Pulang dari apartemen Wulan, Nicole dan Marlo mampir ke sebuah bangunan tempat mereka bekerja dulu. Nicole dan Marlo belum mengambil barang-barang mereka, Nicole juga belum mendapat surat pemecatan, dan mereka memutuskan untuk kesana.Selesai dari sana, mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah danau untuk istirahat makan siang, saat sedang memarkirkan mobil dipinggir jalan mereka melihat sesuatu yang sangat gajal, sebuah tubuh manusia tergeletak dipinggir jalan. Marlo tidak berani mendekati tubuh itu, lalu dengan terpaksa Nicole yang mendekat dan membalik tubuh itu. Mereka berdua kaget karna melihat mantan bos mereka tergelatak dengan wajah penuh luka.
“Lo?”
“Nic cek Nic masih napas gak?”
Nicole mengecek napas dari hidung Galang, ketika mengetahui orang itu masih bernapas Nicole menepuk-nepuk dengan kata lain sedikit menampar wajah Galang. Karena tak ada respon dia melakukan CPR pada Galang dengan menekan jantung Galang sambil Marlo menepuk-nepuk wajah Galang. Tak berapa lama mereka melakukan CPR Galang mulai merespon dan muntah pada celana Nicole.
Galang dibantu Marlo duduk dan bersandar pada mobil mereka. Nicole yang sedikit kesal memberikan Galang minumanya sambil dia membersihkan muntahan Galang pada celananya dengan tisu basah.
“Bapak gak apa-apa? Abis kena begal apa gimana Pak?”
“Engak. Saya gak apa-apa” katanya lalu batuk-batuk.
“Nic kita bawa ke rumah sakit aja kali ya sekalian anter lue kesana”
“Ya udah taro tengah aja” Kata Nicole dan membukakan pintu.
Galang dibantu Marlo berdiri dan masuk ke dalam mobilnya.
*****
Sudah hampir 12 jam tubuh Shani di autopsy namun hasil masih belum didapat. Nicole baru datang bersama Marlo mereka melihat Maharani yang duduk sembari memegangi kalung salib dan terus berdoa sesekali menangis, setelah mengambil gambar yang di perlukan Nicole dan Marlo menghampiri Maharani yang duduk dan mencoba memenangkan Maharani. Salah satu perawat keluar dari ruang autopsy di lanjutkan dengan dokter-dokter yang masih memakai masker. Maharani langsung berdiri dan menghampiri dokter yang sedang berjalan menanyakan bagaimana kondisi Shani.
“Dokter bagaimana hasil autopsynya?” tanya Maharani langsung membuat dokter-dokter itu berhenti.
“Begini ibu, kami bisa memastikan penyebab kematian anak ibu adalah sianida yang disuntikan pada tubuh korban beberapa kali dalam dosis yang banyak, saat kami sedang membedah tubuh jasad anak ibu kami mencium bau kacang almond, biasanya itu terindikasi adanya sianida yang ada ditubuh anak ibu. Tapi untuk memastikan apakah itu benar atau tidak, kita akan menunggu hasil lab. Jadi saya harap ibu bisa sabar menunggu”
Mendengar adanya sianida ditubuh Shani membuat Maharani lemas, dia sudah mencoba mengikhlaskan anaknya untuk pergi ke rumah Tuhan tapi bukan dengan cara dibunuh seperti ini. Bergitu para dokter pergi Maharani kembali duduk di kursi dan menatap kosong tembok di depanya, Nicole mencoba menenangkan syok Maharani dengan mengelus lengannya.
“Kalo benar ada sianida Mama akan tuntut rumah sakit itu” kalimat itu Maharani utarakan sembari meneteskan air mata, dia kemudian memegang tangan Nicole yang masih memeluknya.
“Mama akan ikhlas kalo Shani pergi tapi Mama tidak akan ikhlas jika Shani pergi karna dibunuh”
“Ma aku janji, aku bakal nemuin siapa orang yang membunuh Shani”
*****
Bagas mendapat laporan dari Nicole mengenai penyebab kematian Shani, ini cukup menjadi alasan mereka membuat surat penggeledahan kepada dokter Amran, mereka bergerak cepat. Saat ini mereka sedang memerikasa daftar pasien yang sudah ditangani dan sedang ditangani oleh dokter Amran, karena belum adanya laporan yang masuk dari salah satu keluarga pasien yang pernah ditangani oleh dokter Amran. Dokter Amran baru 1 tahun masuk kedalam rumah sakit ini, namun dengan data yang ada menunjukan jika 75% pasien yang meninggal adalah pasien yang berada dibawah pengawasan dia, pasien tersebut meninggal kurang dari 7 hari dia dirawat dirumah sakit ini. Bagas membawa berkas-berkas itu keluar dari ruangan arsip dan meminta anggotannya bersiap untuk menggeledah ruangan dokter Amran bekerja.
Para anggota polisi masuk kedalam ruangan dokter Amran menggeledah setiap sudut ruangan dan lemari yang berada disana. Namun sayangnya mereka tidak menemukan sesuatu yang ganjal dengan itu semua. Mereka hanya menemukan vitamin D yang berada di meja dokter Amran. Jika dilihat sekilas itu seperti vitamin D biasa, yang terkadang ada pada setiap rumah dan bisa di beli dimana saja. Bagas memiliki ide gila dia meminta pihak rumah sakit mengumpulkan sampah dari alat keseharan yang di pakai dokter Amran hari ini. Pihak rumah sakit menolak permintaan Bagas karena setiap sampah alat kesehatan setiap dokter dijadikan satu yang kemudian akan di ambil oleh pihak pengelola sampah rumah sakit. Namun dia merasa janggal dengan butiran vitamin itu pada umumnya, dia membawa obat-obat itu untuk di cek apakah isi di dalamnya.
Saat Bagas dan timnya keluar dari lobby rumah sakit sebuah sirine mobil ambulance berbunyi dan itu merupakan ambulance yang pernah dia naiki bersama Nicole kemarin. Prof Jerome turun dari ambulance, lalu dia menyapa Bagas yang masih berdiri diteras itu.
“Bagas” sapa Prof Jerome.
“Halo Prof, sedang apa di sini?”
“Sedang mengantar pasien kemarin Pak David, dia mengalami beberapa masalah”
“Masalah apa Prof ?”
“Sistem imunnya mulai menurun drastis, dari hasil lab, penggunaan obat terlalu banyak, saya merasa ada hal yang janggal karna saya memberikanya obat sesuai dosis tapi masalah ini terjadi”
“Kenapa tidak dirawat di lab saja Prof ?”
“Kami sudah mencobanya kemarin, namun tenaga medis disana bilang jika alat mereka kurang memadai sehingga saya harus membawa beliau kemari. Saya liat-liat kamu lagi sibuk, saya permisi dulu ya”