Pagi harinya Nicole terbangun, dia terbangun lebih awal dari biasanya. Tadi malam Nicole memutuskan tidur di kamar Maharani namun tidak di ranjang, melainkan di kasur lantai yang dulu saat kecil dia gunakan bersama Shani ketika tidur bersama Mama Papanya. Selesai mengambil minum, Nicole ke rooftop rumah, diaman dulu dia gunakan untuk berolahraga boxing. Saat rooftop alat olahraganya bertaman, beberapa alat gym bertambah, namun samsak kesayangany masih mengantung disana.
Satu jam bergulat dengan samsak, Nicole memutuskan kebawah. Untuk mandi lalu sarapan bersama Maharani, saat hendak masuk kamar Nicole kembali teringat akan kejadian semalam, dia memutuskan untuk pergi ke kamar Shani dan meminjam baju mendiang Kakaknya itu. Saat dikamar Shani, Nicole tidak menemukan baju yang sesuai dengan dirinya, semuanya dress dan celana pendek. Bahkan kaos polos pun tidak ada. Dengan asal Nicole mengambil jumpsuit hijau army dengan potongan celana pendek namun berlengan panjang. Pada akhirnya Nicole mengambil baju itu lalu memadukanya dengan tanktop hitam miliknya.
Pukul 06:30 Nicole mengantarkan Bude dan Om Bimo ke bandara menggunakan mobil Shani. Maharani yang masih tidur tidak Nicole bangungkan, sementara Galang baru saja bangun dari tidurnya berpapasan dengan Nicole yang akan pergi ke bandara. Galang kaget melihat Nicole mengenakan baju itu. Baju dimana saat itu Shani gunakaan saat pertama kali datang ke apartemenya.
“Kenapa muka lue gitu kayak abis liat hantu?”
“Gak, gak apa-apa. Lue mau kemana?”
“ke airport mau ikut?”
“Ohh ya udah hati-hati”
“Hemm”
*****
Sudah sehari semalam, Bagas tidak dapat menemukan Sri, dia sudah menemui alamat yang diberikan Maharani, ponsel dan nomer Sri terakhir terlacak di rumah Maharani, namun Bagas percaya jika Sri tidak ada disana. Dia sudah bertanya kepada tetangga kosan Sri namun mereka tidak tahu keberadaan Sri.
Pagi harinya Bagas menemui tim forensic untuk meminta hasil DNA yang ada di lap dan kuton botth yang kemarin dia bawa. Saat ada diruangan ahli foresnik dan menyamakan dengan darah Shani mereka mengatakan jika darah tersebut adalah darah ayam. Bagas disitu mulai merasa di permainkan oleh pelaku. Kepala polisi juga berada disana menanyakan perkembangan kasus dokter Amran. Dari hasil penyelidikan kemarin, tepatnya saat penggeledahan di ruangan Bagas membawa vitamin yang ada di ambil di ruangan dokter Amran.
“Soal vitamin D kemarin gimana hasilnya Dok?”
“Oh sebentar” kata dokter itu lalu kembali masuk dan membawa selembar kertas.
“Ini bukan berisi vitamin, dari pil ini isinya 100% sianida”
“Bagus bawa ini bisa jadi bukti kuat di persidangan” kata kepala polisi.
Selesai apel pagi Bagas memutuskan untuk mengecek keberadaan Sri di lokasi terakhir ponsel dideteksi. Pukul 9 Bagas sudah ada di depan kediaman Maharani, sebelum melakukan penggeledahan Bagas meminta izin terlebih dahulu pada Maharani. Namun dia cukup kaget dengan keberadaan Galang disana dengan wajah yang lebam dan beberapa perban di lenganya. Sebuah mobil BMW datang memasuki halaman rumah, seorang perempuan baru saja turun dari mobil dibuat bingung karena banyak polisi yang menggeledah rumahnya.
Nicole yang masih trauma karena dengan kejadian Shani buru-buru masuk tanpa menghiraukan tatapan dari beberapa polisi disana. Saat di dalam dia tidak menemukan siapapun sampai akhirnya dia berteriak memanggil Maharani.
“Mama!! MA!!” teriak Nicole sambil menyusuri area lantai 1.
Seseorang yang dipanggil itu masuk dari arah kolam dengan muka bingung. Nicole langsung memeluk Maharani begitu dia menemuinya.
“Niki kenapa?”
“Mama gak apa-apa? Ini kenapa banyak polisi?”
“Niki Mama baik-baik aja. Mereka dateng karena cari Sri, dia terakhir terdeteksi di rumah ini”
“Hah?”
“Mama rasa kemarin Sri kesini anter baju laundy kita abis itu ngilang, dari CCTV di depan juga Sri pergi gitu aja”
Nicole kemudian mengalihkan pandanganya pada dua orang laki-laki dengan wajah yang masih bonyok di depanya. Bagas, entah kenapa dia merasa terpaku dengan Nicole.
“Kamu tumben pake Shani?” tanya Maharani membuyarkan lamunan Nicole.
“Niki belum sempet ambil dilemari tadi Ma”
“Kamu gak bilang kalo gak ada baju. Ati! Ti! Ambilin baju yang kemain abis di laundy Ti” titah Maharani pada artnya.
Mba Ati membawa kantong plastik berisi baju yang baru di laundy, saat akan membuka Maharani sadar jika kertas laundy yang dia terima berbeda kop,alamat dan nomer telponya.
“Ini Sri laundy dimana ya? Kok bukan di tempat biasa?” tanya Maharani.
Bagas yang sedari tadi diam kini berjalan ke arah Maharani, dia memberikan kertas yang baru dia cabut dari plastik kepada Bagas, kemudian berjalan ke arah belakang tempat laundy dan mengambil kertas laundy lainya yang tersimpan.
“Liat ini laundy yang saya biasa pake, dan ini bukan laundy yang saya pakai”
“Coba saya catet alamatnya di google maps” kata Bagas.
“Ini lokasinya jauh dari sini apalagi apartemen Shani”
“Coba kalo dari rumah sakit tempat Shani dirawat”
Bagas mengetikan alamat rumah sakitnya.
“Sama terlalu jauh Nic”
“Boleh saya liat?” tanya Galang “Ini seperti di daerah kawasan pabrik, kebetulan Om saya punya pabrik sepatu di daerah itu”
“Hah?”
“Oke makasih infonya, kita kesana. Ibu saya bawa kertas laundynya dulu ya”
“Baik”