Di ruang introgasi Bagas berhadapan dengan dokter Amran yang terlihat baik-baik saja dia tidak terlihat cemas atau khawatir. Bagas menatap tajam dokter Amran sembari menanyakan apa motive dari dia membunuh pasien-pasienya.
“Saya cuma menyembukan para pasien saya saja. Pak polisi tahu tidak pasien-pasien itu sangat kesakitan dan menderita”
“Lalu bagaimana dengan Shani dan Daffa apa motive kamu juga sama?”
“Daffa? Oh dia pasien anak-anak penderita kanker otak” Kata dokter Amran lalu menghembuskan napas “Dia sangat kasihan dan naif umurnya sudah tidak lama lagi padahal tapi dia anak kecil yang suka dengan tantangan, awalnya saya tidak mau melakukan ini pada Daffa tapi saya melihat ibunya menangis sambil melpone seseorang, dia nangis kejer loh sambil memohon-memohon. Kasian kan? Makanya saya percepat ke sembuhan Daffa”
“Anda tidak menyembukan tapi membunuh pasien Anda”
“Oh.. dokter salah, mengantarkan para pasien ke rumah Tuhan itu sebuah kesembuhan” katanya lalu tertawa.
“Jadi berapa korban yang sudah Anda bunuh?” tanya Bagas sedikit tegas.
Dokter Amran duduk sambil berpikir. Bagas dengan sedikit kesal melempar buku jurnal milik dokter Amran.
“Apa 15 orang itu?”
“Oh.. ini hanya yang saya sempat tulis sisanya masih banyak sekitar 20-25 orang yang tidak saya tulis”
“Lalu bagaimana dengan Shani? kenapa Anda tidak tulis dalam jurnal itu juga?”
“Shani? dia sedikit special, dia datang dari keluarga berada banyak orang yang menunggu kesembuhanya, tapi dia special”
“Kenapa dia special? Anda tadi bilang jika banyak orang yang menunggu kesembuhanya, lalu kenapa Anda bunuh juga?”
“Karena dia special” kata dokter Amran sambil menyengir di depan Bagas.
Bagas yang sudah tersulut emosi mengebrak meja lalu mencengkram kuat kerah baju dokter Amran, sambil menatap tajam. Atas aksinya itu polisi yang berada di balik kaca berlari keluar dan masuk keruang introgasi, namun Bagas menghentikan rekan-rekanya dengan memeberi kode stop menggunakan tangan satunya. Nicole yang ternyata ada disana juga berdiri di pintu sambil mengepalkan tangan bersiap untuk menonjok dokter Amran. Saat para polisi mulai keluar ruangan menyisakan Bagas dan dokter Amran disana Nicole masuk kedalam lalu mengunci pintu introgasi dari dalam.
“Gas bisa tingalin gue sama dia gak?” pinta Nicole tegas.
Bagas melempar tubuh dokter Amran ke lantai.