Pagi ini digedung Sabda Cipta Putra Corp diadakan konversi pers, dalam konversi pers ini Hendrawan meminta maaf atas kejadian yang terjadi pada rumah sakitnya karna dokter Amran, dia juga meminta maaf atas kelalaian rumah sakit yang telah menerima dokter Amran, dan dari situ dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatanya sebagai CEO di Sabda Cipta Putra Corp, dan akan resmi digantikan oleh putranya Galang Hadi Putra.
Nicole yang melihat konversi pers itu bersama Maharani hanya bisa tersenyum getir. Mereka kebetulan ada disana untuk tetap akan melayangkan gugatan kepada rumah sakit itu. Beberapa menit kemudian Nicole dan Maharani menunggu di depan ruangan Hendrawan, para staf sedang membersihkan meja Hendrawan. Nicole yang merasa bosan akhirnya memutuskan untuk ke kantin tempatnya nongkrong dulu bersama Marlo. Suasana kantin tidak cukup ramai seperti biasanya, sampai sebuah suara berhasil mengocek konsentrasinya.
Galang yang entah dari mana datangnya sudah duduk di hadapan Nicole. Dia menatap Nicole dan menyerahkan sebuah paper bag diatas meja. Nicole bingung dengan isi paper bag itu.
“Jaket?”
“Itu jaket Shani” katanya membuat Nicole memicingkan mata dan mendekatkan wajahnya ke Galang.
“Itu gue beli di roma, harusnya kemarin gue kasih ke dia. Gimana soal penembakan Shani?”
“Kecurigaan mengarah ke Sri”
“Sri?”
“Iya Sri, art Shani” Nicole melirik ke sekeliling “Lue gak kerja?”
“Gue masih nunggu kopi sih, lue mau kopi juga?”
“Gak deh thanks” Nicole merasa tidak nyaman dengan tatapan orang-orang disana, dia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk menghindari Galang.
Di sisi lain Maharani sedang duduk bersama Hendrawan, mereka duduk untuk membahas penuntutan rumah sakit yang merupakan anak perusahaanya, namun Hendrawan malah membelokan pembahasan mengenai Galang dan Shani.
“Ya mereka memang ada hubungan”
“Bagaimana kalau begini Bu Maharani, saya akan kasih penawaran kita kan sebenarnya calon besan, bagaimana kalo kita damai saja, batalkan gugatan Anda terhadap rumah sakit saya, itu saja gampang kan? Lagipula rumah sakit saya tidak ada sangkut pautnya dengan dokter Amran. Dia memang bekerja dibawah saya tapi itu bukan 100% kesalahan rumah sakit. Ibu tahu kan jika ibu menajutkan kasus gugatan ini ibu akan kalah di pengadilan”
“Saya tidak akan berhenti berjuang untuk anak saya. Kalau Anda mau saya bayar saya terimakasih. Karna saya tidak akan pernah mundur untuk gugatan itu. Di sini yang gugat bukan hanya saya, ada seorang ibu dari korban dokter Amran juga. Itu tidak ada hubunganya dengan hubungan pribadi anak-anak kita” kata Maharani cukup emosi.
“Baik sampai bertemu di pengadilan” kata Hendrawan.
“Oke kalo begitu saya permisi” kata Maharani
*****
Maharani sangat kebingungan dengan semua barang yang akan dia jual, dia teringat jika dulu dia pernah di berikan sebuah kalung dari Shani, dia mengobrak abrik seluruh lemari perhiasanya dan menatanya dimeja, lalu kemudian memfoto seluruh perhiasanya dan menanyakan ke admin setiap brand perhiasan itu apakah dia bisa menjualnya besok atau tidak. Namun salah satu perhiasan dari Shani tidak bisa dijual di dalam negeri, itu harus dijual ke singapura atau langsung ke outlet yang ada diparis, karna Shani membelinya disana, jika dia pergi ke singapura makan pencarinaya akan berlangsung selama 1 bulan karna harus di teliti ke asilian dan apakah adanya lecet atau tidak, namun jika dia langsung ke paris maka dia bisa mendapat pencarian setidaknya 2 hari.
Maharani menghembuskan napas kasar dan melihat semua barang-barang mewahnya, selama ini dia sudah membuang banyak uang untuk membeli brand-brand semua ini. Nicole yang tak sengaja masuk melihat maharani manarik beberapa tas hermes keluar dari lemarinya. Dia juga bingung karna hampir seluruh perhiasan Maharani ada meja itu, beberapa jam tangan peninggalan Papanya juga ada disana.
“Ma, ini semua mau di kemanain?”
“Mama mau jual Nic, siapa tahu Pak Hendrawan tuntut Mama”
“Ini semua bisa kejual kemana?”