Semua santri ramai berdiri di halaman pondok. Mereka seperti hendak menyambut sebuah kedatangan besar.
Siapa yang datang?
Husain yang sedang me-murojaah Al-Qur'an-nya seketika berhenti. Ia mendengar sebuah suara mobil mendekati pesantren rumahnya.
Ia mengamati sekitar. Salah satu santri Abuya yang diajarinya, Farhan. Sibuk berlalu-lalang dari tadi.
"Dhemma'ah?²⁰" Husain menghentikan langkah Farhan. Ia bergegas menghampiri Husain, bertanya, "Naam Lora, Entarah Ka Dissa',²¹Ada yang mau dibantu Lora?" jawab Farhan menggunakan bahasa campur-campur.
"Engga. Itu, kenapa semua santri kok berdiri di sana?"
"Masa', sampeyan ngga tahu tho, Lora?" Farhan sempat terkejut, acara pertemuan sebesar ini, anak Kyainya malah tidak tahu. Mungkin itu disebabkan karena akhir-akhir ini Husain selalu pulang sekolah sore, sibuk rapat OSIS untuk acara doa bersama (Istighosah) kelas 12.
"Aku tidak tahu...."
"Kyai Sa'ad berkunjung lagi kemari, Lora. Kali ini beliau bersama keluarganya," jelas Farhan.
Husain membulatkan mulutnya. "Tumben sekali," pikir Husain kembali ke ruangan takmir di masjid yang berada rumahnya.
"Oh, iya, Lora." Farhan kembali berseru.
Husain menoleh.
"Katanya, putri kyai Sa'ad ada yang cuantik loh, Lora. Beliau Syarifah, suaranya bagus," tambahnya.
"Terus biar apa?" tanya Husain linglung.
Farhan merasa dia salah menyampaikan kabar. Ini Lora Husain, dia tidak hobi masalah wanita. Jika malah Husain sampai merajuk. Duh, akan payah baginya.
"Maaf Lora, tidak ada apa-apa." Farhan segera mengambil langkah cepat, pergi meninggalkan Husain. Ia tidak ingin salah bicara lagi.
Puluhan santri mengikuti laju masuknya mobil itu ke pesantren. Kyai Amin; Ayah Husain kembali memeluk Kyai Sa'ad. Ini pertemuan kedua mereka, setelah dulu kerap bersama waktu tinggal di Makkah.
Para santri berebut ingin menyalami kyai Sa'ad. Keluarga perempuannya disambut hangat oleh Ibu Husain—Ummi Saha. Mereka dipersilahkan masuk ke ruangan sekat ruang tamu khusus.
"Jadi, ini putrimu, Rub?" tanya Ummi Saha.
"Iya, Saha. Perasaan baru kemarin aku timang, sekarang kok sudah besar," sahut Bunda Rubi, istri kyai Sa'ad.
"Dia cantik, sepertimu." Putri kyai Sa'ad itu lantas mencium tangan Ummi Saha.