✧༺♡༻✧
Di dalam kelasnya yang gaduh. Din sibuk bercerita dengan Dila dan Fatma. Mereka seringkali tertawa bersama apabila Din mulai melakukan aksi gila di hadapan mereka. Gaya bercerita Din yang lucu membuat Dila dan Fatma tidak pernah mengabaikan ceritanya.
Din akan mulai bercerita apa saja, selagi itu bukan cerita bohong atau dark jokes. Din akan melakukannya supaya mereka tertawa.
Melihat keseruan Din bercerita, Zayn sepertinya tertarik untuk ikut bergabung.
Zayn berjalan menghampiri ketiga serangkai itu. Ia menarik asal kursi yang tidak terpakai. Menghadapkannya, ikut pada perundingan cerita Din.
Din yang kedatangan Zayn langsung terdiam, sekarang dia tidak dapat bergurau sesuka hatinya lagi. Di hadapannya ada pria, Din harus memilah kata apa saja yang akan dia ucapkan, daripada nanti akan berakhir hal yang tidak diinginkan.
"Hai!" sapa Zayn sok ramah, lantas menaruh kedua tangannya terlipat di meja.
Fatma, Dila, dan Din menatap Zayn penuh curiga. Pria satu itu sama gilanya dengan Din. Tidak pernah benar, antara kelakuan, dan perbincangannya.
"Ih ngapain juga, ikut-ikutan kesini, Sendal Jepit..." gumam Din.
"Apa–" Zayn yang baru akan memulai aksinya terhenti. Ada sebuah suara yang mengheningkan kelas. Mereka kira itu adalah seorang Guru.
Tok Tok Tok!
Pintu kelas sedikit terbuka, setelah bunyi ketukan itu.
Seorang wanita muncul dari balik pintu. Pawakan tubuhnya tinggi. Ia tersenyum, berniat menyampaikan tujuannya.
"Eh, maaf, mau cari, Din," ungkapnya.
Jiwa Din terasa terpanggil. Ia membenarkan posisi duduknya yang tadi menghadap kebelakang.
"Ada apa, Sel?" Din tahu itu adalah Selly, salah satu anggota penting di OSIS.
"Din, dipanggil Pak Bandi, disuruh ke ruangan BK sekarang."
Din mengernyit. Dipanggil ke ruangan bimbingan konseling? Ruangan angker hukuman itu? Untuk apa?
"Suruh apa, Sel?!" pekik Din pada Selly yang memutar langkahnya.
"Suruh ke sana aja."
Din berusaha menenangkan pikirannya. Diakan anggota ROHIS, sedang Pak Bandi kan pembina ROHIS. Masih ada banyak kemungkinan baik daripada harus memikirkan hal buruk.
"Kenapa, Din?" tanya Dila yang melihat Din berjalan; kembali ke tempat duduknya.
"Aku mau ke BK, dipanggil Pak Bandi katanya," beber Din.
Semua anak cukup ngeri mendengar nama itu. Tetapi, dengan santainya Din malah akan bersiap untuk menghampiri Guru itu.