Ya, Suatu Saat Nanti

Asya Ns
Chapter #16

Cemburu Pertama

 ✧༺♡༻✧

Sesuatu yang banyak sulit dimengerti dalam pikiran anak sekolah adalah waktu. Salah satunya adalah Husain. Ia tengah memikirkan suatu hal tidak penting.

"Malang ke Surabaya 98 km, Surabaya ke Malang 98 km. Lantai dasar ke lantai 25 = 25 lantai, lantai 25 ke lantai dasar juga 25 lantai. Hari Senin ke Minggu 6 hari, sedang hari minggu ke senin adalah 1 hari.... Lho, kok bisaaa?! Dasar, waktu, pilih kasih!" gerutunya sembari pulang sekolah.

"Pengumuman pengumuman! Kepada seluruh anggota OSIS diharapkan untuk berkumpul di ruangan OSIS sekarang. Terima kasih." Terdengar suara sebuah peringatan, menyeruak di dalam riuhnya kebahagiaan bunyi lonceng 4 kali.

"Huh, ck! –gak jadi pula...ng, ja-di-nya kumpulan..." Husain membalik langkahnya yang sudah sampai gerbang. Ia kembali ke ruangan OSIS.

Gerakan Zayn juga terhenti. Niatnya untuk mengikuti Din ke masjid harus dia urungkan lebih dulu.

"Hih... pasti cuma mau bahas doa bersama kelas 12, udah tho, lulus tinggal lulus aja, ribet amat!" dengus Zayn, pun menuju ruang OSIS.

Heera keluar dari kelasnya.

"Zayn!" seru Heera, menghampiri Zayn, mereka berjalan bersama masuk ke ruangan itu. 

Husain menghentikan langkahnya sekejap, tertegun melihat Heera bersama Zayn.

"Eum.... Mereka, kan, satu angkatan, jadi wajarlah, kalau akrab." Husain tersenyum masygul, melanjutkan kembali langkahnya.

"Eh, Ra. Mau ada apa, sih, ini?" tanya Zayn.

"Gak tau, sih... paling mau ada rapat buat istighosah kakak kelas."

"Maksudku... kalau gak teramat penting aku mau izin dulu, hehe..."

"Penting-lah! Lagian, sok sibuk banget. Emangnya mau kemana, sih?"

"Udah, udah, gak jadi, hehe... mending kita masuk aja," tangkas Zayn.

Pembina OSIS—Pak Emen, memasuki ruangan. Ia mengucap salam, lantas memulai dialog sore hari itu.

"Anak-anakku yang bapak banggakan... Kalian pasti sudah tahu, lah ya, kenapa bapak kumpulkan kalian hari ini. Kelulusan kelas 12 semakin dekat, dan hal ini sudah bapak umumkan sejak berminggu-minggu lalu, bahkan berbulan yang lalu. Kalian masih ingat, kan?

Bapak sudah pernah meminta kalian untuk menyusun acaranya. Itu karena, hal ini sudah kewajiban kita; kewajiban OSIS untuk menuntun berjalannya acara yang sudah turun-temurun kita lakukan sejak dulu."

"Bagaimana? Dari ketua sendiri apa sudah ada sketsa rencananya?" tanya Pak Emen, yang seketika membuat Raynald sebagai ketua dan Husain wakilnya bergeming.

Mereka sempat mengabarkannya ke anggota yang lain, tetapi para adik kelas itu, tidak ada yang memberinya kelanjutan informasi ide mereka sedikitpun.

Husain dan Raynald saling tatap.

Pak Emen siap mengomel, berasa tahu sepertinya belum dipersiapkan apa-apa.

"Ya Allah... Kalian ini, kan bapak sudah kasih tau jauh-jauh hari. Biar kalian enak nyusun rencananya. Eh malah–"

"Saya ada, Pak," sergah Husain.

Pikiran itu tidak ia pikirkan semalaman atau dari jauh-jauh hari. Ide itu muncul barusan. Detik itu juga. Saat pertanyaan Pak Emen dilontarkan.

Pak Emen menyeringai.

Lihat selengkapnya