Ya, Suatu Saat Nanti

Asya Ns
Chapter #18

Cemburu Kedua (Hidup dan Mati)

   ✧༺♡༻✧

Keesokan harinya, rapat OSIS untuk istighosah kelas 12 kembali diadakan.

Husain tentu telah bersiap untuk acara itu.

Semua anggota telah menyusun rencana. Kelulusan kelas 12 yang pada jangka waktu tak lama lagi akan berlangsung.

"Gimana, Ra? Progres desain untuk panggung aman?" Husein mencoba berdialog dengan Heera yang duduk pada pembatas taman kelas. Dekat dengan ruang OSIS.

Heera sedang menunggu untuk disuruh masuk, menunggu teman-teman lainnya datang, dan memulai rapatnya.

Ia cukup tertegun sejenak saat melihat Husain duduk di sebelahnya. Entah bagaimana rasa gugup tiba-tiba menyerang.

Yang gugupi malah seperti tidak berekspresi, seakan tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka, Husain sangat santai; seperti biasanya.

"Ee... Eum... Alhamdulillah udah ada, tinggal pengaplikasiannya aja," jawab Heera.

"Owh... Oiya, bagaimana kabar kakakmu? Bagaimana sekarang?" Husain tidak ingin pembicaraannya putus di sana. Jika hanya disuruh untuk mencari topik, dapat dibilang, Husain masih ahlinya.

"Mbakku? O, Alhamdulillah.... Operasinya lancar, adikku cowok tau, cakep lagi, gumush banget.... Eh btw, makasih ya, Kak Sein, itu juga berkat doa Kakak," ucap Heera dengan tersenyum manis, ia akan berusaha mengimbangi sikap bicara mantan kekasihnya itu. Atau mungkin masih kekasihnya.

Husain ikut menyunggingkan senyum, Ia asyik mengayun-ayunkan kakinya yang menggantung di tempat duduk.

 Sesungguh pun sebenarnya Husain sudah tidak tahan untuk bersikap sok kalem atau diam saja di tempat.

"Ayo! Ayo! Semuanya masuk!" titah Pak Emen, mengacaukan semua perbincangan anak-anak yang masih asyik mengobrol di luar.

"Zayn!" panggil Heera yang hendak masuk. Zayn menoleh sejenak, ia sedang mengobrol janji dengan temannya.

"Iya, Ra, duluan aja, sebentar," serunya, menyodorkan telapak tangan, dari jarak beberapa meter.

"Kalian duluan aja ke sananya, nanti aku susulin," ucap Zayn pada lawan bicaranya.

"Bener, ya, Zayn! Akhir-akhir ini kamu jarang banget ikut nongkrong bareng kita orang!" desak temannya.

"Iya, ah, ribet amat. Udah sana!"

"Laki kok sok sibuk, dih, gak keren. Ayo temen-temen kita ke warung duluan." Teman-teman Zayn lekas meninggalkannya. 

Zayn tergesa-gesa menyusul masuk bersama beberapa anak yang terlambat.

Pak Emen memulai penjelasan setelah mengucap salam pembukaan.

"Jadi, anak-anakku.... Sekarang, tinggal menghitung beberapa hari lagi, loh, buat acara doa bersama kelulusan kelas 12-nya. Bapak minta, rapat kita hari ini. Karena untuk mempersiapkan alat-alat yang akan kita butuhkan. Jadi, nanti kita tulis, kita cek, kita cari apa yang belum ada, kita list apa saja yang perlu dibeli dan tidaknya. Kalian paham, kan, apa yang bapak maksudkan?" 

Beberapa hanya mengangguk menandakan paham, beberapa membuka mulutnya menjawab "Iya".

"Oke, baiklah, supaya tidak kesorean lagi... Kayaknya ini juga udah mendung, mau hujan–" Pak Emen menatap jeli pada langit di luar ruangan, diikuti tatapan yang diajak bicara. "–ayo Selly, maju, tuliskan keperluan kita di papan tulis, ya," imbuh Pak Emen, memberikan Selly sebuah spidol.

"Bagian alat-alat seperti alas tempat duduk, itu masih ada tidak Ray?" Pak Emen menoleh pada Raynald yang senyap.

Lihat selengkapnya