YAKIN?

Nanda Utami Khairunnisa
Chapter #1

ANTERIN

Di siang hari, Nina, seorang karyawati kantor Pertama yang sangat periang dan selalu dipanggil Si Pemberani sedang mengerjakan pekerjaannya di meja kubikalnya.

Dia diberi julukan itu oleh teman-temannya karena setiap ada yang bercerita tentang hantu, dia tidak pernah merasakan ketakutan dan selalu menganggap semua hal yang berbau mistis itu tidaklah nyata.

Nina sangat serius dalam mengerjakan pekerjaannya. Ia memutar lagu Bad Guy milik Billie Eilish yang menjadi kesukaannya dengan earphone bervolume tinggi.

I’m a bad guy, tunung tununununung tunung” teriak Nina yang ikut melantunkan lirik lagu sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Nina bernyanyi sangat keras, sehingga dia tidak bisa mendengar suara di sekitarnya.

Nina yang masih fokus dengan kegiatannya, merasa terganggu dengan getaran yang tiba-tiba berasal dari sekat pembatas mejanya. Dia pun segera melepas headphone-nya dan mendapati Aini, teman sepergilaannya yang sudah berada di depan kubikalnya sambil terus menerus mengetuk dan memanggilnya.

“Eh, Aini..” ucap Nina sambil tertawa, “Ada apa nih? Ada gosip baru ya?” kata Nina dengan wajah tanpa dosanya.

Aini membalas kalimat pertanyaan Nina dengan permintaan. “Anterin gue ke kamar mandi Na”.

Nina menyadari ada hal yang aneh dari Aini. Dia mendekati wajah Aini dan memeriksanya. “Ni, lu pucet banget, kesiangan ya lu? Sampe nggak bisa makeup-an gitu”.

Aini masih terdiam. Dia tidak menjawab pertanyaan Nina dan langsung mengulangi kalimat yang sama “Anterin gue ke kamar mandi Na”.

Lagi-lagi, Aneh. Itu yang terlintas di pikiran Nina. Biasanya Aini kalau ke manapun selalu sendiri. Paling kalau mau menggosip baru bareng sama yang lain. Namun, Nina segera menepis pikiran tersebut.

“Yaudah, tapi mau ngapain sih emangnya? Kok tumben banget minta anterin. Biasanya kan lu ke mana aja sendiri Ni. Manja banget lu” balas Nina sambil ketawa.

Tidak ada balasan. Aini langsung pergi keluar ruangan begitu saja.

“Yeh, tadi minta anterin, sekarang malah ninggalin. Gimana si?. Ni, tungguin kali!” ujar Nina sambil berlari menyusul Aini.

***

Di Sepanjang koridor menuju kamar mandi hanya terdengar langkah kaki Nina dan Aini. Merasakan suasana yang sangat canggung, Nina pun membuka percakapan. “Eh Ni, lu udah kasih revisi laporan keuangan bulan ini ke Pak Imam belum?”

“Belom” jawab Aini datar.

“Oh, kirain udah. Mending buruan deh lu kasih. Tahu sendiri kan kalo Pak Imam itu galaknya sampe nggak bisa puter balik” ujar Nina sambil tertawa terbahak-bahak.

Aini masih tidak berekspresi sama sekali. Wajahnya benar-benar datar dan tatapan matanya juga hanya lurus ke depan. Nina masih bingung dengan temannya yang mendadak menjadi pendiam. Ia memutuskan untuk terus mengajak Aini berbicara walaupun hal yang dilontarkan tidaklah penting.

“Ni, gue tadi ngelawak loh. Kok lu diem aja si? Oh, pasti lu lagi sariawan ya?” tanya Nina sambil tertawa.

Lihat selengkapnya