YAKIN?

Nanda Utami Khairunnisa
Chapter #2

ONDEL-ONDEL

Tuk tuk tuk. Bunyi ketukan jari-jemariku di atas meja yang seirama dengan gumamanku.

“Ya, sedikit lagi selesai!” seruku antusias sambil menuliskan kalimat terakhir dari artikel yang sedang ku kerjakan hari ini di laptopku.

Sesekali ku lirik jam yang berada di sudut layar laptop. “Oke, udah jam 10. Waktunya cabut!” ku renggangkan badan dan langsung bangun dari kursi.

“Laptop udah dimatiin, terus berkas yang ini ditaruh di dalam laci!” ucapku senang sambil membereskan barang-barangku.

Sejenak, aku melihat ke seluruh ruangan. Hanya aku seorang diri yang masih berada di kantor. Memang begitu. Setiap hari aku selalu pulang di atas jam 10 malam.

Selesai merapihkan barang-barang, aku bergegas menuju parkiran yang berada di basemen. Ku lihat seluruh kantor yang sudah sangat sepi. Ya, memang sepertinya hanya aku manusia terajin yang masih berada di kantor saat ini.

Aku menertawakan betapa rajinnya diriku. Dengan tidak menghiraukan sekitar, aku langsung masuk ke dalam lift dan menekan tombol B2 untuk menuju ke parkiran.

Sesampainya di parkiran, aku langsung menemukan mobil sedan berwarna merah yang terparkir tidak jauh dari tempatku berdiri.

“Itu dia! Kalo jadi karyawan teladan tuh enaknya gini. Dateng masih sepi, pulang juga sepi. Jadinya nggak perlu antre lama buat keluar masuk kantornya” kataku bangga sambil menghapiri mobil kesayanganku itu. Aku langsung menyalakan mobil dan menancap gas keluar dari kantor.

***

Rute perjalan pulang pergiku ke kantor selalu melewati jalan tikus. Jalanan yang memang sebenarnya bukan untuk pengendara mobil. Aku menggunakan jalan itu karena malas berhadapan dengan kemacetan. Makanya aku harus bertemu dengan pepohonan tinggi, serta jalanan yang amat sepi dan juga gelap.

Selama di perjalanan, aku merasa bosan karena mobil ini terlalu sepi. Aku memutuskan untuk memutar lagu yang belakangan ini menjadi lagu kesukaanku ketika di jalan. ‘It’s you’re fuckin’ nightmare’. Akhirnya, lagu Avenged Sevenvold yang berjudul Nightmare pun memenuhi mobilku.

Mila incoming video call.

Aku melihat ke arah ponselku yang berdering. Terlihat ada panggilan video masuk dari sahabatku, Mila. Aku segera menggeser tombol berwarna hijau yang berada di layar ponselku ke arah kanan untuk mengangkat panggilan darinya. Seketika, lagu berhenti.

“ARAAAA!” teriak Mila yang mengagetkanku.

“Iya kenapa Mil? Nggak usah ngegas! Biasa aja kali. Gue juga denger!” kataku kesal sambil menutup salah satu telingaku.

Dengan wajah tanpa dosanya, dia tertawa dan meminta maaf kepadaku lalu dia bertanya “Udah pulang belum lu?”.

Aku yang masih fokus dengan jalanan pun segera menjawab pertanyaannya, “Ini gue masih di jalan, kenapa sih lu?”.

Mila menunjukkan ekspresi wajah yang kaget. Sudah biasa, batinku. Aku menghitung sampai 3.

Satu.. Dua.. Tiga..

“GILA! JAM SEGINI? BARU BALIK?!” benar saja, Mila langsung teriak dan menyambarku dengan pertanyaannya seperti seorang ibu yang sedang mengitrogasi anaknya.

Aku hanya meliriknya sekilas dan menganggukan kepala.

“Ra, lu itu kan cewek. Kok balik malem jadi hobi lu sih?!” Mila memarahiku lagi. Ku lihat, ada kecemasan di wajahnya.

“Yah, gimana ya.. Namanya juga tuntutan pekerjaan kan Mil. Emangnya jurnalis bisa milih waktu? Kalo bisa juga gue maunya kerja dari rumah aja, biar nggak usah ke mana-mana” jawabku sambil tertawa yang dipaksakan ke arahnya.

Mila yang dari tadi menunjukan kecemasan di wajahnya, tiba-tiba berubah menjadi tertawa karena mendengar jawaban dariku. Dia sangat mencemaskanku, namun mau bagaimana lagi? Mungkin perkataanku ada benarnya juga.

“Yeh, keenakan dong lu!” kata Mila sambil tertawa. Aku pun ikut tertawa mendengarnya.

“Eh iya Ra, tadi katanya lu mau certain Andri, Buruan dong! Gue kepo banget nih!!” sambung Mila antusias.

Lihat selengkapnya