“Jam segini lagi, semoga aja Reza nggak ngambek sama aku” gumamku, sambil melihat jam tangan kecilku yang berwarna hitam kecoklatan.
“Bu Dewi baru mau pulang?” tanya pak Iwan, satpam di kantorku.
“Iya nih pak Iwan, saya duluan ya” sahutku dengan tersenyum.
“Baik bu Dewi, hati-hati di jalan ya bu” jawab pak Iwan.
Aku keluar kantor dan segera memesan ojek online. Perjalanan dari kantor ke rumahku sebenarnya tidak banyak memakan waktu, hanya sekitar 15 menit saja. Namun, karena sekarang sudah menunjukkan pukul 7 malam dan kantorku berada di daerah yang lumayan sepi, kendaraan pun jadi jarang yang lewat.
Setelah mendapatkan ojek online, aku langsung bergegas naik dan menuju rumah. Di sepanjang perjalanan, pikiranku hanya tertuju pada satu orang, yaitu Reza, anakku.
Selama di perjalanan, tiba-tiba, ada pesan masuk dari tetanggaku, Eka, yang selalu menjaga Reza ketika aku bekerja “Mba Dewi, udah pulang belum? Rezanya udah nanyain terus ni mba. Dari tadi aku juga udah suruh makan, tapi dia nggak mau. Katanya nunggu mamanya pulang aja”.
Dasar Reza, anak itu memang selalu rewel kalau sudah jam segini. Aku tersenyum sendiri karena mengingat tingkahnya yang masih manja padahal umurnya sudah 10 tahun.
“Iya Ka, tunggu sebentar ya, aku udah di perjalan pulang kok.” balasku kepada Eka.
***
Sesampainya di rumah, seperti biasa. Reza selalu kegirangan menyambut kedatanganku. “Mama!” dia berlari kencang dan segera memelukku. Aku pun balas memeluknya
“Reza kangen banget sama Mama!. Kenapa sih Mama pulangnya malam terus? Kan Reza jadi nggak bisa main sama Mama”
“Hmm, sini sini, anak kesayangan Mama yang ganteng. Sini sayang, Mama bilangin ya. Mama itu kan pulang malam karena kerja, biar bisa dapat uang. Kalau nggak ada uang, nanti kita nggak bisa makan dong?” sahutku sambil memeluknya dengan erat
Karena Reza anak yang manja dan tidak mau kalah, Reza pun membalasku “Tapi kan Ma, nggak harus sampai malam juga kali!” reza terus merajuk kepadaku. Aku pun semakin gemas terhadapnya. Bagaimana tidak? Lihatlah, pipinya yang tembam dan memerah membuatku ingin sekali mencubitnya.
“Iya, iya, Mama janji deh nggak akan pulang malam lagi” balasku dengan tatapan yakin agar Reza percaya kepadaku.
“Janji!” Reza mengulangi perkataanku dengan semangatnya yang menggebu-gebu.
“Iya sayang, Mama janji” kataku sambil mengangguk dan mencium pipi tembamnya. Lalu dibalas dengan senyuman Reza yang menggemaskan.
Di saat Reza sedang bermanja-manja padaku, aku mendengar suara pintu kamar madi terbuka dan muncul Eka dari dalamnya.
“Eh, mba Dewi udah pulang. Aku udah siapin makan malamnya di meja ya mba. Oh iya, aku mau sekalian pamit pulang dulu”.
“Iya Ka, baru aja sampe kok aku. Loh, kamu langsung pulang? Nggak mau makan malam bareng dulu nih?”.
“Nggak usah deh mba, aku makan sama ibu aja nanti di rumah”.
“Oh, ya sudah kalau gitu, terima kasih banyak ya Eka udah jagain Reza yang bawel ini” kataku sambil mencubit pipi Reza gemas.
“Aw, apaan sih Ma, sakit tau! Lagian Reza juga udah gede kali!” keluhnya kepadaku.
Aku hanya tertawa melihat tingkahnya. Katanya sih sudah besar, tapi masih suka manja sama Mamanya. Dasar Reza.
Eka yang masih berdiri di depan pintu, juga ikut tertawa karena melihat kelakuan Reza “Sama-sama ya mba Dewi, ya udah mba aku pulang ya mba” pamit Eka dan langsung ku iyakan.
Setelah Eka pulang, hanya tersisa aku dan Reza yang sedang makan malam. Ya, selalu seperti ini. Hanya berdua dengan anak manjaku, Reza.
Aku masih menyuapi Reza. Lihat saja anak ini, tidak mau dibilang anak kecil, tapi masih sangat manja kepadaku.
Setiap aku memperhatikan wajah Reza, aku merasa harus semakin giat lagi dalam mengais rezeki, untuk memenuhi kebutuhan Reza.
“Reza, habis ini langsung tidur ya” ujarku sambil menyodorkan suapan terakhir ke mulutnya dan langsung dibalas anggukan olehnya.