Yakuza van Java S.2 : Case Files

A.M.E chan
Chapter #2

CASE 1 : STALKER?! OH, NO WAY! (Akhir)

Episode sebelumnya: Setelah Yukio mempromosikan grup pembasmi kejahatannya ke seluruh warga SMA Handayani, akhirnya geng Yakuza van Java mendapatkan klien pertama seorang siswi cantik bernama Stefanny. Stefanny cerita bahwa belakangan ini ia merasa diikuti dan diawasi seseorang. Bukan hanya itu, Stefanny pun menerima kado-kado seram dan misterius yang membuat semua anggota geng Yakuza van Java tercengang. Revan--yang baru saja ditetapkan sebagai ketua geng, memutuskan menerima kasus Stef dan mulai melakukan penyelidikan di sekitar komplek rumah Stef bersama Rido. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang memukul kepala mereka hingga jatuh pingsan.....Apakah kasus ini dapat dipecahkan?

******

Bayang-bayang sebuah ruangan terpantul di mata Revan, dan lama-kelamaan menjadi jelas saat matanya terbuka lebar. Revan kaget mendapati dirinya berada di sebuah kamar, lalu reflek terbangun. Ouch! Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit sekali. Masih ingat dengan jelas dirinya dipukul tiba-tiba oleh seseorang. Revan melirik ke arah Rido yang masih terbaring di ranjang sebelah. Perlahan, ia turun dari ranjang lalu menghampiri ranjang Rido.

"Do!Do! Bangun, Do," Revan mengguncang tubuh gede Rido kuat-kuat.

"HAH?! KURANG AJAR! SINI KALO BERANI! AYO KITA—"

"Heh! Berisik banget sih lo!" Revan langsung menutup mulut Rido yang tiba-tiba teriak seperti orang gila. PLAK! Revan memukul keras bahu Rido supaya sadar dan untungnya manjur. Rido sudah tenang dan matanya kini memandang Revan yang ada di sisi kirinya.

"Revan! Lo nggak pa-pa, kan?"

"Nggak pa-pa. Eh, ini dimana, ya?"

"Rumah bapak." Sambung seseorang yang bikin Revan dan Rido menoleh. Revan menarik tangan Rido yang malah dengan santainya minum air putih yang sepertinya telah disediakan pemilik rumah. Bikin Rido batuk-batuk keselek plus kebasahan karena airnya sempat tumpah di kemejanya. Mereka berdua mendatangi sang bapak.

"Terimakasih, ya Pak. Maaf ngerepotin." Kata Revan sopan sambil agak membungkuk. Bapak itu tersenyum lalu menggeleng.

"Nggak kok, dik. Tadi kebetulan saya nemu kalian tergeletak di jalan. Yaa, saya tolong." Kata bapak itu dengan bersahaja.

"Baiklah, kalau begitu saya sama teman saya pamit pulang dulu." Pamit Revan yang bikin Rido buru-buru mengambil ranselnya yang ada di kursi depan ranjang.

"Saya antar, ya."

"Ng...nggak usah, Pak. Kami pulang sendiri aja."Revan mengangkat tangannya rendah. Bapak itu sudah tua kurus pula. Mana mungkin Revan tega bikin repot dua kali tuh bapak-bapak?

"Lho, bahaya anak sekolah berkeliaran malam-malam. Ini udah jam sepuluh malem, lho."

Revan dan Rido kompak melihat jam tangannya. Pukul sepuluh lewat sepuluh. Revan menepuk jidat menyesali dirinya yang kurang waspada sampai bisa dipukul dengan mudah oleh orang tak dikenal.

"Sebentar ya saya ambil kunci mobil dulu. Rumah kalian dimana?"

"Saya di jalan Pasteur." Kata Revan.

"Kalo gue...eh! Saya di Sukajadi, Pak. Deket Peveje," kata Rido sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tidak lupa juga nyengir kuda. Bapak itu tersenyum lalu pergi mengambil kunci mobil.

"Van, yang mukul kita tadi jangan-jangan...."

"Iya, nggak salah lagi. Dia tuh pelaku yang nguntit Stef. Kayaknya dia curiga ngeliat kita yang berseragam sama kayak Stef. Seragam SMA Widya Harapan kan kalo hari Senin bukan putih abu-abu." Bisik Revan. Rido melihat pantulan dirinya di kaca jendela teras yang mengenakan celana panjang biru dongker tua, jas berwarna sama dengan garis simetris putih di sisi kerah dan ujung lengan, dipadu dasi merah yang menggantung di kerah kemeja.

"Oh, iya Van! Ada yang mau gue—"

"Ayo, Nak. Kita berangkat." Kata bapak itu. Rido sempat bengong tapi setelah itu ia angkat bahu lalu pergi menyusul Revan naik mobil Fortuner sang bapak.

Keesokkan harinya, pukul 09.10

"HAAAH?!" Mereka semua kompak kaget saat Revan cerita dirinya dan Rido diserang. Yukio sudah meninju-ninju lantai semen saking kesalnya kenapa Rido yang dia anggap kuat, bisa kena pentung orang. Rita daritadi melihat Rido dengan wajah cemas.

"Tapi, Van. Kenapa—"

"Gue udah nyatet kondisi jalan di sekitar rumah Stef. Tempat-tempat yang memungkinkan pelaku sembunyi pas ngawasin Stef juga udah gue selidikin." Revan memotong perkataan Shizuka sambil menyibak kertas demi kertas yang ada di notes itu. BRUAAAK! KRATAK!KRATAK! Tiba-tiba, Shizuka meninju ubin sampai hancur. Retakannya sampai ke tempat Revan yang bikin Yukio bergidik ngeri. Mira dan Rido agak merinding melihat kekuatan Shizuka yang ternyata masih power full. Dengan santai dan tidak terlihat takut seperti yang lain, Revan menoleh. Keningnya mengernyit pertanda bingung melihat pose Shizuka sedang meninju lantai semen.

"Gue nggak suka, ya gue mau ngomong tapi dipotong." Kata Shizuka dengan senyum manisnya ke arah Revan. Kerutan di dahi Revan seketika itu menghilang. Matanya kini menatap Shizuka dengan wajah datar.

"Maaf, ya. Nah lo mau ngomong apa?" Revan benar-benar tidak terpengaruh sama sekali dengan aura seramnya Shizuka. Dalam hati, Mira dan Rita semakin kagum dengan Revan yang tidak terlihat konyol seperti Rido dan Yukio yang sudah menjauh dari area Shizuka berdiri, sambil saling peluk segala!

"Gue bilang juga apa, kan? Nggak baik bergerak sendirian. Kalo kemarin kita rame-rame kesana kan, lo sama Rido nggak bakal diserang. Lo suka cari mati, ya?"

"Udah terlanjur, Shi. Tapi nggak pa-pa kok. Ini sesuai prediksi gue buat ngecilin ruang lingkup pelaku. Kita kan nggak tau asal pelaku darimana. Dengan dia mukul gue sama Rido kemarin, itu jadi bukti kalo dia tinggal dekat komplek Stef. Kalo nggak, nggak mungkin dia tau spot-spot bagus buat ngawasin orang tanpa ketauan. Gue udah liat langsung tempat itu."

"Lagian, Do. Kenapa sih nggak lo lawan aja? Coba gue, udah gue tendang dia!" Yukio gemas banget ingin menghajar mampus tuh pelaku.

"Gue nggak sempet, Ki. Gerakan dia cepet banget. Udah gitu nggak kerasa lho kalo kita diawasi. Beneran tiba-tiba banget kejadiannya. Oh, iya Van! Ada yang mau gue kasih tau."

"Nanti aja pas ketemu sama Stef. Biar dia bisa tau. Kali-kali aja itu petunjuk bagus." Kata Revan.

TEEEEEEEEET! TEEEEEET! TEEEEET! Bel tiga kali berdering pertanda waktu istirahat telah usai. Revan berdiri diikuti yang lain dan sebelum keluar dari markas, Revan mengingatkan rencana hari Minggu nanti.

"Oke, guys. Jangan lupa hari Minggu jam sepuluh di depan gerbang sekolah, ya. Nggak pake telat!"

Yukio berjalan malas-malasan keluar dari atap sekolah. Rita dan Rido mengangguk dan keluar mengikuti Mira dan Yukio yang sudah keluar duluan. Puk! Shizuka menepuk pundak Revan pelan.

"Semangat, ya." Kata Shizuka singkat saat berjalan melaluinya dengan rambut panjang gelombangnya yang tertiup angin. Bikin Revan sempat terpana lalu tersenyum, dan berjalan menyusul Shizuka keluar.

Minggu, 15 Agustus 2021 pukul 10.22

Revan dan Shizuka sudah sejam berdiri di depan gerbang. Mata Revan tidak habis-habisnya memuji kecantikan Shizuka yang memakai jaket tak berlengan dipadu dengan kaos panjang garis horizontal hitam putih dan rok rimpel. Dalam hati, Shizuka juga kagum melihat Revan berpakaian selain seragam, ternyata keren banget! Tapi rasa kagum Shizuka tidak bisa lama, karena rasa kagumnya dikalahkan dengan rasa kesal meratapi teman-temannya yang punya penyakit ngaret abadi.

"Duuuh, lama banget ya." Sungut Shizuka sambil melihat ke arah jam tangannya terus-terusan.

"HAAAII!" Untungnya Revan tak perlu lama-lama melihat wajah bete Shizuka, karena Yukio sudah datang dengan jaket biru metalik alay, aksesoris bejibun plus kaos putih bertuliskan peace. Revan dan Shizuka cuma melambaikan tangannya rendah. No comment deh sama style Yukio yang lebay selangit! Rasanya ingin pura-pura tidak kenal saja melihat cowok ini.

"Aduh maaf ya, Revan Shizuka. Ini nih gara-gara Yukio dandannya lama." Kata Mira sambil melirik judes ke arahnya. Masalahnya, bukannya minta maaf atau pasang muka menyesal kek. Eeh, ini orang malah senyam-senyum pasang gaya mentereng. Apaan deh?!

"Enak aja! Gue dandan kan biar semua pada tau kalo gue emang keren dan ganteng. Daripada elo main basket mulu jadi item deh."

Mira sudah tidak tahan dengan gaya bicaranya itu, langsung saja tangannya mengacak-acak rambut Yukio. Yukio teriak-teriak mohon ampun. Bagi Yukio, rambutnya itu sudah seperti berlian yang harus dijaga mati-matian.

"Sori, gue telat." Rido datang dengan kaos hijau dan celana kargo santai. Berbanding terbalik dengan Yukio yang super genjreng dengan topi yang dipakai terbalik.

"Mana Rita?"

"Nggak tau, Shi. Gue nggak bareng, soalnya rumah gue sama dia nggak deket-deket amat." Kata Rido sambil angkat bahu. Tiba-tiba, terdengar dering dari arah Revan yang membuatnya buru-buru mengambil android dari saku jaketnya. Oh, ternyata chat Whatsapp dari Rita.

"Dia nyusul katanya. Biar gue kasih tau alamatnya, deh." Kata Revan lalu mengetik chat balasan untuk Rita.

Mereka langsung berjalan sampai ke mini market lalu sepakat memesan taksi online. Selang sepuluh menit setelah Revan memesan taksi online, mobil yang dipesan Revan telah tiba di depan mereka. Revan ambil posisi di samping supir, Mira dan Shizuka di baris kedua, Yukio dan Rido di baris terakhir.

Tak lama kemudian, mereka tiba di depan gerbang sebuah komplek perumahan. Mereka terpaksa berjalan menuju rumah Stef di bawah sinar matahari Bandung yang panasnya bagaikan dipanggang di atas panggangan sate! Karena kawasan elit tersebut tidak bisa dimasuki sembarang kendaraan. Hanya kendaraan pemilik rumah dalam komplek itu yang boleh masuk.

"Masih lama nggak sih? Panas nih. Jadi hauus..." Yukio merengek-rengek sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Centil amat sih lo! Yang kibas-kibas tangan tuh cuman cewek!"

"Cerewet lu, Ra! Huh! Udara Indonesia memang panas banget, ya."

Lihat selengkapnya