Selasa, 24 Agustus 2021, Pukul 09.10
Hari Selasa yang cerah. Langit biru awan putih kesukaan Shizuka, menggantung di bawah atap sekolah yang menjadi tempat mereka melakukan aktivitas masing-masing. Mira sedang iseng mencorat-coret muka Yukio yang sedang tertidur pulas di bangku panjang. Sebenarnya, Rita sudah melarang Mira mencorat-coret muka Yukio. Karena katanya kalau muka orang dicorat-coret saat tidur, nanti arwahnya tidak bisa balik!
“Biarin aja, Ta! Abis, dia nggak bangun-bangun sih! Lagian dia juga suka ngisengin gue jadi yaa ini balasannya.” Sayangnya Mira sudah terlalu dendam kesumat dengan Yukio, jadinya ia mengacuhkan Rita yang berniat baik menyelamatkan Yukio.
“Eh, Revan mana deh? Gue udah bantuin gambarnya Revan, nih.” Rido pede banget asyik memainkan cat minyak Revan, dan mengaplikasikannya pada kanvas. Mending hasilnya bagus, kalau hasilnya bikin Mira dan Rita reflek ngakak? Berarti sudah dipastikan seratus persen, kalau gambar Rido jelek banget!
“Hahaha....tanya aja sama Shizuka.” Sambil masih tertawa, Rita mengarahkan kepalanya ke Shizuka. Mata Rido memandang Shizuka yang sedang asyik melamun memandangi awan. Sudah pasti kalau sedang begini, mending jangan pernah ganggu dia deh. Mending tidak tahu Revan kemana, daripada harus kena tendangan supernya Shizuka.
Ceklek! Tiba-tiba, pintu atap sekolah terbuka dan sukses bikin Mira dan Rita mengarahkan bola matanya ke arah pintu. Dikira Revan, ternyata seorang cewek berambut ikal yang dikuncir kuda. Poninya yang ikutan ikal membingkai manis wajahnya yang sawo matang. PLOK! Satu pukulan kuat karena tangannya sering memainkan bola basket, cukup banget bikin Yukio terkaget-kaget, sampai....
“PASUKAN SIAP DI TEMPAT! MAJUUUUUU JALAAAN!” Mungkin saking kagetnya, Yukio sampai reflek teriak-teriak tidak jelas dengan mata masih tertutup. Mending sehabis teriak bagai orang gila begitu, ia langsung sadar. Lha ini? Malah tidur lagi! Huh, sialan! Harus pakai jurus andalan kedua, nih! DUG! Tendang kaki ala Kung Fu Jet Li aktor laga favoritnya. Yes! Sukses! Yukio langsung membuka matanya dan bangkit dari tidurnya dengan wajah terkaget-kaget!
“Apaan sih lo?”
“LO YANG APAAN! Mimpi apa sih lo? Mimpi jadi tentara!?” Mira balik sengit tapi tidak bisa menyembunyikan tawanya, melihat wajah Yukio yang polos-polos bego ditambah coretan bulatan warna hitam di kedua matanya dan tiga garis di pipi kiri-kanannya yang putih. Hahaha! Siapa sih yang tidak tertawa terbahak-bahak?!
“Wah, ada okyaku.....SAAAAAAAAAAAAANN [1]!” Shizuka saja sampai kaget melihat wajah Yukio yang dengan pedenya senyam-senyum, saat melihat Shizuka sudah kembali dari dunia melamunnya.
“OMAE WA DARE DA?! [2[” Wah, wah! Gaswat! Shizuka sampai melayangkan tangan terkepalnya ke arah Yukio!
“Lho? I...ini gue, Shi. Yukio. Masa abis liat awan tiba-tiba lo lupa ingatan, sih?” dengan wajah bingung, Yukio sampai merentangkan kedua telapak tangannya di depan Shizuka yang entah kenapa tiba-tiba kesetanan. Cewek berkuncir kuda itu pun sampai menutup mulutnya, walau masih kelihatan ekspresi wajah tawanya.
“Kalian ini kenapa, sih? Rita sayang kok lo ketawa juga?” Yukio mendekat ke arah Rita, tapi cewek kuncir dua itu malah semakin tertawa terbahak-bahak. Bikin Yukio jadi bingung sendiri. Mereka semua kesurupan setan ketawa ya? Kok pada ketawa tidak jelas begitu sih? Shizuka juga yang tadi marah-marah, kenapa mendadak jadi ikutan ketawa?
Ceklek! Tiba-tiba, Revan membuka pintu atap sekolah, kemudian masuk sambil menelepon. Saking seriusnya menelepon, Revan sampai tidak sadar sudah jadi bahan pelototan Yukio.
“Ah, iya. Iya, Maah. Nanti Revan beli....”
PRAK! Revan sampai menjatuhkan hp androidnya dan terpaku selama beberapa detik saat sadar daritadi dipelototi Yukio. Tapi dengan wajah cool dan dinginnya, ia cuek saja membereskan hp nya yang sudah berantakan, mengambil hp cadangan yang ada di saku celana panjangnya, dan lanjut menelepon. Walau dalam hatinya sih tidak bisa menahan tawa melihat Yukio sudah seperti panda kurang gizi.
“Udahlah Mira, kasian Yukio. Kayak orang bego gitu.” Rido yang tidak bisa tertawa sebebas Mira, cuma bisa menolong sohib satu-duanya itu dengan meminta Mira menyudahi keisengannya. Wajah Mira cemberut, tapi yah memang kasihan juga sih. Ditambah lagi sang klien jadi senyam-senyum melulu melihat wajah Yukio. Mira mengeluarkan kaca dari rok abu-abunya, lalu menunjukkannya pada Yukio.
“OH, NOOOOOOOOOOOOOO!!!” Yukio langsung ngibrit keluar atap sekolah dengan kedua tangan menutup wajahnya. Mira makin tertawa lebar melihat ekspresi Yukio yang sangat shok melihat wajahnya. Rido dan Revan sebenarnya ingin sekali tertawa bebas seperti Mira, tapi gimana? Bagi Rido, Yukio teman yang paling akrab dengannya. Revan? Dia harus menjaga reputasi sebagai cowok ramah dan sopan plus tampang calm and cool nya.
“Ngng...sori ya lo jadi dicuekin. Ayo ayo sini.” Shizuka menggandeng tangan cewek itu untuk bergabung dengan yang lain. Mereka duduk dengan posisi cewek sang klien kedua itu di tengah. Maksudnya sih supaya yang lain bisa dengar ceritanya dengan jelas. Revan tentu saja sudah siap daritadi dengan notes coklat dan pulpennya.
“Nama lo?”
“Ya, ampun Revan. Dia kan Leli anak kelas 3-2 IPS. Masa angkatan sendiri nggak tau.” Kata-kata pedas Mira diikuti anggukan cewek bernama Leli itu. Revan hanya memandang sekilas ke arah Mira lalu bilang 'sori'. Setelah itu, matanya kembali serius menatap cewek di depannya! Huh! Dingin banget sih! Dalam hati, rasanya Mira ingin menggigit saputangan saja saking kesal kata-katanya dibalas Revan dengan sangat dingin.
“Oke, Leli. Masalah lo apaan?”
Cewek itu malah diam. Yah, memang sih menceritakan sesuatu yang pribadi pada orang lain, sudah pasti bawaannya ragu-resah-gelisah. Takut kalau cerita, nanti ceritanya tersebar lah, diejek, ditertawakan, waah macam-macam hal buruk deh! Jadinya, Leli cuma memegang ujung rok abu-abunya sambil menunduk.
“Nggak pa-pa, Leli. Rahasia lo terjamin kok sama kita. Ya, nggak?” Rido baik banget menghibur si klien yang kelihatannya tipe pemalu ini. Sampai minta pendapat yang lain juga untuk meyakinkan Leli! Tentu saja mereka semua mengangguk tanda setuju. Saat Leli hendak buka mulut mulai bercerita, eeeh tiba-tiba langkah bedebam dan bantingan kasar pintu dari si cowok alay itu, sukses mengganggu suasana yang sedang serius-seriusnya.
“HEH! SIAPA YANG CORET-CORET MUKA GUE YANG GANTENG INI? GILA LO! GUE DIKETAWAIN SAMA ANAK-ANAK KELAS SATU!!!”
Set! Mata Mira langsung melotot ke arah Yukio yang sedang mengusap-usap wajah dengan sapu tangannya. Gila nih anak! Main jeblak pintu, suaranya berisik, eeh sekarang marah-marah nyolot gitu! Dasar biang onar! Ganggu suasana! Perlu diplester nih mulut sembarangannya!
“Diem lo! Nih ada klien lagi cerita! Yang kayak gitu sih nggak penting!” Mira langsung bangkit dari duduknya lalu menyeret Yukio dengan menarik tangannya untuk bergabung dengan yang lain. Jangan ditanya gimana rasanya ditarik Mira. Suakiiiit banget! Bagaikan ditarik monster!
Kalau Mira sih sudah judeg-sakit kepala-sakit hati-sakit jiwa melihat wajah tengil Yukio, tapi lain cerita dengan Leli. Leli yang tadinya menunduk-nunduk malu-malu kucing, eeh tiba-tiba matanya langsung berbinar-binar saat melihat Yukio. Cuma melihat saja sepertinya masih kurang deh. Leli sampai langsung bangkit dari duduknya lalu menggamit lengan Yukio dengan manja! Ih! Mira sampe cengok, begitu juga dengan Rita, Rido, Shizuka dan Revan. Sejak kapan coba Yukio bisa jadi magnet si Leli yang tadinya suram jadi cerah ceria begitu?
“Kalo ada dia gue mau cerita,” kata Leli dengan senyum yang manis banget sambil masih merangkul lengan Yukio. Yukio sih senang-senang saja digilai mendadak oleh Leli, tapi Mira nih jadinya yang bingung plus terheran-heran sampai melirik judes ke arah Leli. Apa-apaan coba sikapnya itu? Main rangkul-rangkulan, tatap-tatapan ganjen lagi?! Ih! Entah kenapa hati Mira malah jadi panas.
“Ya, udah terserah yang penting cerita aja masalah lo apa. Bentar lagi istirahat selesai soalnya.” Revan berusaha mempertahankan kewibawaannya di depan Leli. Yaah, walau dalam hatinya sudah risih, kesel plus gondok ternyata Leli cewek centil.
“Kakak gue berubah.” Dengan mata masih tidak lepas dari Yukio, Leli ngomong dengan nada manja yang...ih! kalau didengar orang normal, pasti rasanya ingin memuntir mulutnya! Parahnya lagi, Leli malah asyik main mata sampai cubit-cubitan segala! Huh! Dasar klien aneh! Muka dua! Ganjen! Nyebeliiiiin!
Yukio sadar sih sebenarnya daritadi Mira menatap dirinya dengan wajah kesal seperti aura-aura hitam keluar dari tubuhnya, tapi ia lebih memilih cuek. Kalau Shizuka? Dia juga sudah kesal melihatnya. Bukan karena cewek itu jadi tergila-gila dengan Yukio, tapi karena ceritanya sepotong-sepotong dan matanya tidak melihat Revan yang bertanya padanya. Tidak sopan banget sih!
“Terus?” Revan sih sepertinya cuek saja dengan kelakuan Leli. Buktinya, matanya masih tetap menatap datar ke arah Leli yang sedang manja-manjaan menyebalkan. Waah, Mira sampai merasa kalau Revan pantas mendapat penghargaan sebagai cowok tersabar di dunia! Tapi, tunggu dulu! Sepertinya tatapan datar Revan sukses deh! Buktinya, Leli jadi berhenti manja-manjaan dengan Yukio, lalu wajahnya berubah sedih dan menunduk!
“Padahal kakak gue tadinya baik, soleha, sayang sama gue. Eeh, jadi kasar dan selalu pulang malem. Jam satuan gitu deh. Gue sedih, gue pengen kakak kembali kayak dulu yang sayang dan lembut sama gue. Gue mohon balikin kakak gue kayak dulu,” dengan nada yang makin lama makin bergetar seperti menahan tangis, Leli cerita soal kakaknya. Tapi sayangnya, sikap agresif Leli tadi sudah mengunci hati Mira dan Shizuka. Dalam hati Mira sih, inginnya ditolak saja permintaannya. Shizuka juga sudah eneg melihat tingkah Leli tadi, sampai pasang wajah bete! Yaah, meski Leli tidak sadar akan semua hal itu.
“Oke. Gue terima.”
What?! Mira dan Shizuka reflek mendelik tajam ke arah Revan yang lurus-lurus saja menerima kasus Leli. Memangnya tidak terhipnotis ya dengan tingkah menyebalkan Leli tadi?
“Waaah~ Yukio! Ternyata Revan baik banget, ya. Lo beruntung lho bisa temenan sama Revan. Makasih, ya.” Kata Leli dengan nada manjanya sambil merangkul dan menyandarkan kepalanya centil di bahu Yukio. Huh! Bikin Rita dan Rido yang tadinya netral, lama-lama jadi sebal juga melihat Leli!