Episode sebelumnya : Geng Yakuza van Java kedatangan klien baru lagi. Kali ini seorang cewek centil bernama Leli--kelas 3-2 IPS. Leli cemas belakangan ini kakak kembarnya yang bernama Lela selalu pulang tengah malam. Sikapnya pun menjadi kasar terhadap dirinya. Revan selaku ketua geng menerima kasus Leli dan mulai melakukan penyelidikannya dengan mendatangi sekolah Lela-- Claire International School. Saat Revan bertemu Lela dan menanyakan perihal kecemasan yang Leli ceritakan, mendadak sikap ceria Lela berubah mendung. Ada apa?
*******
“Leli, ayo pulang!” tiba-tiba Lela menarik tangan Leli dengan kasar yang bikin tangan kanan Leli terlepas dari lengan Yukio. Mereka bertiga pergi begitu saja meninggalkan geng Yakuza van Java. Tapi, Yukio sempat melihat wajah sedih Leli yang menoleh ke arahnya saat ditarik paksa si Lela.
“SIAAAAAAALLL! NYEBELIN BANGET MEREKAAAAAAA!!” Shizuka teriak-teriak dengan napas tersengal-sengal saking terus menahan kekesalannya. Bando putihnya saja sampai hampir melorot karena Shizuka terus aktif menggerakkan badannya. Revan hanya menghela nafas lalu berbalik menghadap mereka.
“Gue punya rencana lain.” Kata-kata Revan sukses bikin Shizuka berhenti teriak-teriak orasi memuntahkan kekesalannya.
“Apaan?” Shizuka, Rido dan Rita kompak bertanya ke Revan. Penasaran dan ingin rasanya cepat-cepat kasus ini diakhiri.
“Gue tau kalo dia nggak bakalan mau cerita sama kita.”
“Terus kenapa...”
“Dengerin dulu, Ki.” Revan buru-buru memotong kata-kata Yukio. Ia tahu banget rencana licik Yukio yang ingin sekali menjatuhkan dirinya.
“Tujuan gue minta Leli nemenin kita ke sekolah Lela, bukan buat nanya langsung ke Lela. Gue cuman pengen tau wajah aja buat rencana gue yang sebenarnya.”
Shizuka mengangguk mengerti. Tapi Rita, Yukio apalagi Rido cuma garuk-garuk kepala saking benar-benar tidak mengerti. Revan menghela nafasnya lagi sebelum mengatakan maksud perkataannya.
“Intinya malam ini gue mau ngawasin Lela. Leli bilang dia suka keluar malem, kan? Nah rencana gue sebenarnya yaa itu. Guys, malam ini kumpul di rumah Shizuka jam delapan malam. Jangan ada yang telat! Shizuka nanti siapin mobil, ya. Oh, iya kalo bisa Shiratori san jangan ikut. Soalnya nanti bikin geger dengan baju anehnya itu.” Revan jelasin rencana plus memberikan komando sambil bersandar santai di tembok gerbang sekolah.
“Gue sih oke-oke aja, Van. Tapi kalo bukan Shiratori san terus yang nyetir siapa dong?”
“Gue.” Kata Yukio sambil senyum-senyum pasang gaya lebay nya. Rambut kebanggaannya pun kebetulan tertiup angin semilir dengan dramatisnya —mendukung suasana Yukio yang sedang sok keren banget.
“Emangnya lo udah punya SIM?”
Dengan raut sombong bagai orang kaya baru yang sedang ngetren di sosmed, Yukio menggelengkan kepala sambil mengeluarkan dompet dari saku celananya. Dengan bangganya, ia menunjukkan SIM yang sukses bikin mereka semua terkejut.
“Kok...kok...”
“Iya, Rita sayang. Hebat, kan gue? Yukio Mijima gitu, lho.”
“Ya, udah jadi Yukio nih yang nyetir?” Revan melirik datar ke Yukio. Ia merasa khawatir kalau dia yang harus menyetir. Soalnya, Yukio kan sembrono banget!
“Lho? Ya iya dong masa elo? Kan gue yang punya SIM.” Yukio mengacung-acungkan SIM itu di depan mata Revan—maksudnya sih supaya Revan iri.
Revan menoleh ke arah Shizuka dan Shizuka hanya angkat bahu yang artinya ‘terserah elo aja’. Revan menghela panjang napasnya, lalu melirik pasrah ke Yukio.
“Ya, udah deh. Semoga aja kita nggak ke alam baka.” Kata Revan cuek lalu berbalik mulai melangkah.
“HEH! MAKSUD LO APA?! LO IRI KAN LO...”
Puk! Rido menepuk pundak Yukio yang bikin repetan emosinya mendadak berhenti.
“Jangan lupa kasih tau Mira soal ini.” Pesan Rido lalu pergi menyusul Shizuka, Revan dan Rita yang sudah jalan duluan di depan. Yukio cemberut menatap Revan. Apa bagusnya sih cowok bernama Revan itu? Kenapa harus dia...DIA yang jadi ketua geng Yakuza van Java?! Ternyata Yukio masih belum terima Revan menjabat sebagai ketua geng Yakuza van Java.
******
Pukul 20.15
Tidak seperti biasanya, kali ini Rido dan Rita datang tepat waktu ke rumah Shizuka. Revan? Dia tidak pulang ke rumah dan daritadi menunggu di rumah Shizuka—yah membicarakan soal kasus kedua ini. Saat Rido bertanya kenapa dia tidak pulang, jawabannya singkat ala cowok SMA jaman sekarang.
“Gue males pulang.” Begitu kata Revan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Shizuka menghentak-hentakkan kakinya dan melihat jam tangannya. Siapa yang ditunggu Shizuka? Ya siapa lagi kalo bukan si biang telat Yukio dan Mira, dong.
“WOOOOYY!”
Baru juga dipikirkan, suara Yukio yang nge-bass terdengar dari jauh sambil melambaikan tangannya. Seperti biasa bajunya super lebay dengan jaket bermotif totol macan kuning ceria serta kaos bergambar macan pula. Entah apa yang dipikirkannya, style nya ini sangat main tabrak warna sekali! Shizuka yang tadinya mau marah-marah jadi tidak bisa melihat Yukio sudah seperti badut jalanan. Malah Shizuka jadi ingin tertawa.
“Kok lama, Ra?” Tanya Revan dengan wajah senyum tipis saking lucunya fashion Yukio.
“Sori, Van. Gue baru tau. Abis, dia chat gue lima menit sebelum berangkat sih jadi gue buru-buru, deh. Kalo dia tuh, udah sempet dandan! Emang kecentilan dia mah.”
“Yee~ siapa suruh latihan basket. Makanya tinggalin aja sih olahraga yang bikin item itu. Nanti kulit lo tambah item, lho. Hahahaha....”
PLOK! “Heh! Ngaca diri dong kalo mau ngejek orang! Udah jelas lo yang salah, ngasih tau gue mendadak lagi! Nih liat! Gue jadi seadanya banget kan.”
Yukio malah tambah ngakak melihat Mira marah-marah. Akibatnya, satu injakan kaki gajah jurus ala Mira langsung mendarat di kaki kanannya.
“Ya, udah. Kita berangkat yuk. Rumah Leli agak jauh soalnya.”
Shizuka mengangguk membenarkan kata Revan, lalu melempar kunci mobil ke Yukio yang langsung ditangkap dengan sok keren olehnya.