Atap Sekolah, pukul 14.30
Dua minggu setelah kasus Dion, mereka mulai sibuk belajar untuk persiapan Ujian Nasional yang tinggal menghitung minggu. Pengayaan pun sudah mulai mereka ikuti sejak seminggu yang lalu, sehingga kesempatan untuk lebih lama di atap sekolah jadi berkurang. Sekarang ini, Revan sedang dipaksa menjadi ‘guru’ Shizuka untuk mengajarkan bahasa Indonesia. Sebenarnya, Revan ingin menolak karena dia sendiri juga sibuk dengan klub seninya. Tapi, Shizuka mengancam dengan memberikan pukulan di meja Revan yang bikin dia harus mengambil meja baru jauh-jauh di gudang sekolah. Eeeh Rita, Rido dan Mira jadi ikut-ikutan minta diajari Revan juga. Fiuuh, nasiiib! Revan melirik Shizuka yang sedang membolak-balik halaman buku cetak bahasa Indonesianya dengan muka bingung.
“Unsur intrinsik prosa (baca: unsuu intorinsikku purosa) eeto...nani kanaa[1]... ngngng.....tema...”
“Tema, alur, amanat, sudut pandang, latar dan setting.” Potong Revan yang dalam hatinya lucu juga mendengar cara bicara Shizuka yang masih saja aneh. Seketika itu mata Shizuka berbinar-binar menatap Revan dan....PLOK! Revan dihadiahi pukulan keras Shizuka di bahunya. Wadaw! Sakiiiiit!
“Sugoi, kimi wa! Yappari tensai! Tensai da![2]” Shizuka tersenyum cerah—tak merasa berdosa sudah bikin sahabatnya itu hampir encok bahu. Revan sih cuma senyam-senyum, karena tidak mengerti sih apa yang dikatakan Shizuka tadi.
“Revan? Van?”
“A! Iya, Ra?” Revan baru sadar ternyata dirinya melamun saat melihat raut wajah Mira yang cemberut, dan bilang dengan judesnya kalau ia sudah beberapa kali memanggilnya.
“Ini, lho. Gue nggak ngerti katanya sebutin macam-macam alur dalam naskah drama. Huh.... Pak Rudi sih ngajar juga meuni setengah-setengah gitu!” Mira jadi curcol dulu saat bertanya ke Revan yang intinya sih tidak paham alur dalam naskah drama. Revan melongokkan kepalanya melihat buku Mira. Waah! Bikin wajah Mira mendadak berubah jadi kepiting rebus-demam seratus derajat-jantung lari maraton! Wajah Revan yang ganteng itu lhooo dekat bangeeet! Tidak sebanding banget deh sama....
Mata Mira jadi beralih ke arah cowok yang sedang duduk di sudut area sambil ketawa-tiwi dan terkadang teriak-teriak sok seru sendirian. Huh! Dasar cowok bloon! Yang lain pada belajar dia malah asyik main game! Apa sih yang ada di otaknya?
“Ra? Lo ngelamun, ya?”
“A? Iya iya, Van? Wah sori, Van hehehhe...” Mira meringis malu karena ketahuan melamun oleh Revan. Tangan kanannya menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Malu dong ketahuan melamun oleh cowok paling kece satu sekolahan!
“Alur dalam naskah drama tuh eksposisi, konflikasi, klimaks, antiklimaks dan konklusi, Ra.” Kata Revan sambil membaca buku cetaknya. Waah! Mira jadi makin kagum dengan Revan. Wajahnya yang dibingkai kacamata, bikin Revan tuh jadi terkesan alim dan benar-benar keren di mata Mira. Yaah, walaupun Revan pakai kacamata cuma saat belajar saja sih.
“Ki! Ayo sini belajar bareng! Revan pinter lho ngajarnya!”
Cih! Yukio menyembulkan wajah dari balik androidnya saat mendengar ajakan cerianya Rido. Mata agak sipitnya menatap mereka sesaat, lalu setelah itu kembali asyik main game.
“Udahlah, Do. Nggak usah diajak anak itu mah. Otaknya aja kosong cuma ada game. Liat aja tasnya pasti ringan karena lupa bawa LKS pengayaan.” Sindir Mira sambil melirik sinis ke arah Yukio. Ternyata sindiran ala emak-emak nyinyirnya manjur, lho! Yukio mengesampingkan android nya lalu menatap tajam ke arah Mira.
“Enak aja ngatain orang otaknya kosong! Gue cuma nggak tertarik sama pelajaran bahasa!”
“Alaa, bilang aja nggak bisa. Nggak usah sok-sokan bilang nggak tertarik, deh!” Mira menebas habis kata-kata Yukio dengan cueknya. Bikin Yukio langsung mengambil tasnya yang ada di samping tas Mira, lalu berjalan cepat ke arah mereka.
“Sori, baby. Pelajaran bahasa sih gampang! Nggak harus...”
Ceklek! BRAK! Tiba-tiba, ada seseorang yang membuka pintu dengan kasar, sampai mereka semua menoleh ke arah si pembuka pintu. Saat itu juga muncul seorang cowok yang berjalan ke arah mereka dengan langkah sombongnya.
“Kalian Yakuza van Java kan? Mau nolongin gue nggak?” Tidak ada malu-malu tidak juga bilang permisi, plus main jeblak pintu pula, cowok itu langsung saja nyablak minta tolong. CTIK!CTIK! Urat kemarahan Mira muncul saat melihat cowok menyebalkan plus banyak tingkah itu. Kelihatannya sih OKB alias orang kaya baru. Mira langsung melirik judes ke arah Revan. Minta dia sadar lirikan-lirikan maut ala nenek lampirnya dan dengarkan kata hatinya untuk menolak tegas cowok itu. Tapi, sepertinya telepati Mira tidak tersambung deh ke Revan. Soalnya, cowok keren itu langsung mengeluarkan notes cokelat dari tasnya.