Episode sebelumnya : Dua minggu setelah kasus Dion berakhir, geng Yakuza van Java kedatangan klien baru yang lagaknya sangat menyebalkan bernama Reno. Awalnya semua anggota sudah menyatakan keberatan menerima kasus Reno. Namun, setelah mengetahui masalah Reno bahwa ia selalu dipalak, Yukio dan Rido sangat antusias ingin menerima kasus Reno, dan membujuk Shizuka supaya ikut menerima kasus Reno. Shizuka setuju dan menerima kasus Reno tanpa persetujuan Revan, yang bikin sang ketua hanya geleng-geleng kepala pasrah. Tetapi di malam setelah menerima kasus Reno, Shizuka diserang?!
********
Atap sekolah, pukul 14.35
“Haah? Shizuka diserang?!” Mereka berempat kompak terkejut saat Revan menunjukkan layar chat Whatsapp yang diterimanya dari Shizuka di pelajaran pertama. Revan pun tak habis pikir kenapa seorang Shizuka yang kuat dan tiada tandingannya itu bisa kena serang? Dan kenapa Shizuka diserang? Itulah yang masih menjadi pertanyaan Revan.
“Kenapa bisa gitu, Van? Emangnya Shizuka ngapain?”
“Gue juga nggak tau, Ra. Gue cuma dapet chat kalo dia diserang dan tau-tau udah ada di rumah sakit sama Ayah dan Ibunya. Nanti Shizuka mau dateng, kok. Kalo kalian penasaran, tunggu aja disini sampai dia datang.” Kata-kata tegas nan kaku Revan, bikin mereka semua terdiam berpikir. Pantas saja hari ini Shizuka absen. Mereka tahu banget Shizuka tidak mungkin absen kalau alasannya tidak mendesak banget. Sakit pun dia rela masuk sekolah, sampai pernah malah pingsan di kelas gara-gara demam. Kalau sekarang dia tidak masuk, wajar mereka apalagi Revan berpikir ada sesuatu yang gawat sedang terjadi pada Shizuka. Ceklek! Shizuka muncul di depan pintu bersama Shiratori san yang membantunya berjalan. Kali ini Shizuka memakai dress bunga-bunga kecil yang manis banget dan sepatu pantofel hitam. Feminin banget! Revan pun sampai tidak berhenti memandangnya. Mira dan Rita langsung beranjak dari duduknya untuk membantu Shizuka berjalan menuju tempat mereka semua sedang berkumpul.
“Matte, ne.[1]”
“Hai![2]” Balas cowok tinggi besar dan berkimono aneh itu sambil berhenti membiarkan Rita dan Mira menggantikan tugasnya menuntun Shizuka. Saat Shizuka hendak duduk, ia meringis kesakitan memegangi perutnya.
“Jangan-jangan lo...”
“Ya, Van. Hehehhe.... gue ketusuk.”
“HAAAAAAAH?!”
Lagi-lagi, mereka terkejut mendengar kata-kata yang asing banget kalau Shizuka yang mengalaminya. Masalahnya, Shizuka tuh jago banget bela dirinya! Hampir tidak pernah kalah deh! Ibarat dalam dunia game, win rate nya seratus persen saking kuatnya!
“Ke...ke...ke...”
“Mira, gue kan juga manusia. Yah, nggak selamanya gue sempurna kali. Yah, ini juga sebenernya karena gue penasaran aja.” Shizuka senyam-senyum saking lucunya melihat wajah bengong Mira yang kalau diterjemahkan menjadi ‘sumpah lo, Shi? Kok bisa gitu?’. Shizuka mengaduk-aduk tas kecil berwarna putih, mengeluarkan sebuah surat lalu memberikannya pada Revan. Revan menatap surat itu bingung sambil membolak-balikkannya.
“Baca aja, Van. Lo pasti kaget.”
Revan membuka amplop dan membaca suratnya. Seketika itu, tangan Revan bergetar dan wajahnya menegang menahan amarah—kepalanya bagaikan gunung berapi siap meletus.
“Apaan sih kayak yang seru gitu? Coba pinjem!” Yukio merebut surat yang dipegang Revan lalu melotot ke arahnya setelah membaca surat itu.
“Kurang ajar! Revan! Lo....”
“BUKAN GUE, YUKIO!” Kekesalan Revan akhirnya meledak juga, dan yang kena si bodoh Yukio. Shizuka hanya tertawa kecil melihat Yukio garuk-garuk kepala, begitu juga dengan Rido yang ikut melongo melihat surat itu.
“Shi, sumpah demi Allah! Gue nggak mungkin....”
“Iya, Van. Nyantai. Gue tau, kok.”
“Terus, Shi. Kalo kamu tau kenapa kamu tetep dateng?”
“Hmmm.... gue cuma penasaran aja, Ta. Siapa yang berani-beraninya ngaku pake nama ketua kita. Tadinya mau gue hajar kalo pelakunya nungguin disitu. Eh, nggak taunya gue ketusuk duluan. Hahahhaha...” Shizuka ngomong begitu sambil tertawa lepas, bikin Rita merasa kagum melihat Shizuka. Orang biasa pasti tidak akan bisa bersikap santai seperti Shizuka begini. Malah seharusnya masih berbaring mengaduh-aduh di rumah sakit. Shizuka....benar-benar definisi cewek tegar, tangguh plus tiada banding deh!
“Guys. Gue yakin kalo Shizuka diincar, berarti ada seseorang yang ngawasin kita dan berniat nyelakain kita. Mulai sekarang kalo berangkat dan pulang sekolah, sebisa mungkin jangan sendirian. Ini bahaya. Pelakunya nggak tanggung-tanggung, main tusuk.”
Mereka semua mengangguk setuju dengan kata-kata panjang kali lebar Revan. Yukio senyam senyum seperti memikirkan sesuatu yang menyenangkan. Tentu saja tanpa disadari mereka yang sedang serius berpikir siapa orang kurang ajar plus tega menusuk Shizuka sembarangan. Setelah membereskan tasnya, Revan beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.
“Mau kemana, Van?”
“Pulang lah, Do.”
“Lho, kan masih jam setengah lima? Biasanya juga...”
“Nggak bisa, Ki. Pelaku bakal lebih mudah bergerak di malam hari. Mendingan kita ngehindar dan pulang sekarang juga, kan?” Revan jadi menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah mereka. Yaah, sebenarnya sih Revan juga malas pulang cepat. Tapi demi keselamatan teman-temannya, ia harus ‘menggiring’ mereka pulang. Mereka akhirnya cuma angkat bahu lalu beranjak dari duduknya membawa tas masing-masing.
“Van, gimana si Reno?” Tanya Shizuka saat berjalan beriringan menuruni tangga. Revan hanya menggeleng dan pasang wajah lesu memandang anak tangga.