Episode Sebelumnya : Geng Yakuza van Java mengunjungi rumah Susan untuk mengetahui kondisi Panji dengan detail. Perubahan drastis Panji dari cerita Susan, bikin Revan yang sangat mengenal Panji sejak ia berpacaran dengan Susan, sangat terguncang sampai tak bisa berkata-kata. Shizuka dengan berani meminta Susan untuk menemaninya mendatangi kamar Panji. Susan terkejut ingin menolak permintaan Shizuka. Tapi karena Shizuka bersikeras ingin bertemu langsung dengan Panji, akhirnya ia mengajak Shizuka naik ke atas. Seperti yang Susan duga sebelumnya, ia langsung diteriaki Panji saat ia mengetuk pintu kamarnya. Shizuka mundur berniat mendobrak kamar Panji yang bikin Susan terbengong-bengong melihatnya!
******
“KAKAAK! SIAPA CEWEK TANK INI, KAAAAK! USIR DIA U...”
PLAK! Shizuka langsung menampar wajahnya. Wajah seramnya dekat banget dengan wajah Panji, hiiii! bikin merinding dan pucat pasi.
“SHIZUKA! ADA A.... HAH?!” Revan yang buru-buru menyusul ke atas diikuti yang lain karena mendengar teriakan Panji, kaget banget melihat Shizuka sudah berada di atas ranjang Panji.
“Kakaaaak! Gue bilang usir cewek ini! Kalo nggaak...”
Lagi-lagi, teriakan Panji terpotong karena kepalan tangan Shizuka hampir mendekati wajahnya. Hiii! Kali ini Panji benar-benar merinding. Tubuhnya reflek merasakan ketakutan melihat tinju Shizuka yang tinggal beberapa senti bakal melukai wajahnya itu.
“Emangnya mulut lo itu cuman bisa merintah-merintah kakak lo? Denger, ya. Kita kesini mau nanya-nanya soal elo. Lo mau kan?” Kata-kata Shizuka sih pelan dan lembut, tapi wajahnya itu lho sangar plus seram! Seperti menegaskan kalau Panji harus menurutinya. Panji sampai reflek mengangguk kuat, bikin Shizuka tersenyum manis lalu turun dari ranjangnya.
“Van, katanya dia mau ngobrol nih sama lo.” Shizuka mendekat santai ke Revan.
Revan melangkah masuk ke kamar Panji dengan notes cokelat dan pulpen di tangan. Ia menarik kursi belajar Panji dan meletakkannya di sisi ranjang. Revan juga minta Rido dan Yukio untuk berjaga di sisi Panji.
“Ji, gue cuman nanya tiga hal. Kalo bisa lo jawab jujur, ya.” kata Revan dengan senyum ramahnya. PLAK! Rido memukul bahu Panji sampai jatuh tersungkur.
“Dengerin tuh! Jawab yang jujur!”
“Do, gue nggak nyuruh elo buat mukul dia.” Revan melotot tajam ke arah Rido. Bikin dia meringis keki dan menggaruk kepalanya. Yukio jadi iri dengan Rido. Sebenarnya, dia juga ingin kebagian memukul cowok nyebelin ini.
“Oke, pertanyaan pertama. Kenapa lo berubah kayak gini? Gue tau banget soal lo. Lo itu adik Susan yang baik dan nggak pernah main kasar, ssuka berantem apalagi ngurung diri di kamar kayak gini. Kenapa?” Tanya Revan sambil menatap Panji dengan lembut. Panji malah menunduk. Sebenarnya, Panji tidak mau cowok yang sangat dekat dengan kakak dan dirinya ini melihat perubahan dirinya. Panji masih menganggap Revan kakak yang baik. Kak Revan nggak boleh tau!
“Emangnya kenapa kalo gue berubah? Suka-suka gue dong! Kalo nggak berantem, bukan cowok namanya, Kak! Banci banci!”
Dari ambang pintu, Shizuka terus menatap wajah Panji untuk menilai perkataan dan ekspresinya. Revan hanya manggut-manggut lalu mencatat entah apa di notesnya. Susan? Daritadi dia sudah meneteskan air mata saja melihat adiknya diinterogasi bagai penjahat begitu. Mira dan Rita sampai berusaha ekstra berusaha keras untuk menenangkannya.
“Pertanyaan kedua. Lo berantem pasti nggak sendirian kan. Lo masuk geng? Terus siapa yang ngajak lo masuk geng?”
Shizuka menangkap wajah Panji seperti mendadak menegang. Setelah itu raut wajahnya berubah sangat sedih lalu menunduk. Hmmm....ada yang nggak beres sama Panji!
“Kakaaaaaaak! Terakhir kali gue bilang! Cepet usir....”
“Rido.Yukio.”
PAK! BUG! Rido dan Yukio langsung memukul bahu Panji. Panji reflek bangkit dan menoleh ke arah si pemukul. Matanya melirik judes ke arah Yukio. Ia tidak menyangka ternyata cowok kelihatan alay itu, tenaganya kuat juga menabok dirinya.
“Panji?”
“Gue nggak mau jawab.”
“Kalo gitu, mau gue panggilin yang lebih oke buat bikin lo jawab?” Revan melirik ke arah Shizuka. Seketika itu, badan Panji mendadak merinding melihat Shizuka yang terus menatapnya tajam. Hiiii! Bikin Panji langsung menunduk.
“Gue masuk geng. Lebih tepatnya......kejebak.”
Revan manggut-manggut lagi lalu mencatat dengan gerakan cepat di notesnya. BUG! Tak ada angin, tak ada hujan, eeeh si Yukio tiba-tiba memukul jatuh Panji, sukses bikin Revan melotot ke Yukio.
“Lo ngapain?!”
“Abis, Van. Gue kesel! Masa gue sama Rido cuman dijadiin penjaga doang? Emangnya kita babysitter nya apa?”
Dug! Revan menendang tulang kering Yukio yang bikin cowok nyebelin itu mengangkat-angkat kakinya. Rido hanya ketawa cekikikan melihat tingkah bodoh Yukio.
“Sori, ya. Dia emang rada bloon. Jangan diambil hati. Next, geng lo itu tujuannya cuman berantem doang? Ada modus lain nggak?”
Kini, ekspresi Panji benar-benar seperti orang marah yang siap ngamuk-ngamuk. Sepreinya saja sampai ia genggam kuat-kuat. Tanpa mereka tahu, lubuk hati Panji terus saja meminta maaf pada Revan dan kakaknya—Susan. Ia tidak mau Revan tahu masalah sebenarnya.
“Kak Revan, gue haus. Mau minum dulu.” Panji turun dari ranjangnya dan tiba-tiba tangannya dengan cepat mengambil pisau di atas piring buah, lalu mengacung-acungkannya pada Revan, Yukio dan Rido! Mereka bertiga menjauh sambil mengangkat tangannya. Shizuka pun sampai kaget tak menyangka Panji bakal mengambil pisau itu.
“Pergi! Keluar dari kamar gue! Kalo kalian masih sayang nyawa, pergi sekarang juga!”
Yukio dan Shizuka hendak maju mencoba mendekati Panji. Tapi tangan Panji yang memegang pisau langsung diarahkan ke lehernya. Bikin mereka mau tidak mau mengerem mendadak.
“Kalo kalian berdua mendekat, gue bakal bunuh diri! Kakak! Benerin pintu gue!”