Episode sebelumnya : Setelah menginterogasi Panji adik dari Susan, Revan dan Shizuka mendapat satu titik terang bahwa Panji sepertinya terpaksa masuk geng berandalan! Namun, karena masih belum jelas geng mana yang dimaksud Panji, Shizuka menawarkan ide untuk bertukar sekolah sementara dengan Susan, mengingat wajah dirinya dan Susan mirip. Tapi, Revan langsung menyatakan ketidaksetujuannya karena sangat beresiko untuk Shizuka dan Susan. Ternyata, Shizuka tetap nekat menjalankan idenya.....
*******
Drrd! drrd! drrd! drrd! Sudah beberapa kali hape Shizuka bergetar-getar, dan sangat terasa di badannya. Shizuka yang kini sedang menyamar sebagai Susany Charlotte dengan name tag dan lambang sekolah di lengan kanan seragamnya, jadi cemas tak karuan. Dengan wajah merengut, ia mengambil hape dari saku roknya dan matanya memandang tajam ke layar. Uh! Wajah Shizuka langsung merengut. Revan nelpon?! Huh, sialan pasti si Susan yang ngasih tau! Dasar! Udah dibilang rahasia juga! Terpaksa deh Shizuka bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Pak guru yang sedang mengajarkan bahasa Jepang.
“Pak, saya izin ke toilet.” Kata Shizuka sopan.
Bapak itu menoleh dari balik bukunya dan memandang Shizuka dengan senyum tipis. Waah, alamat mau menguji nih!
“Hmmm...coba pake bahasa Jepang.”
Tuh, kan benar! Dugaan Shizuka benar sebenar-benarnya! Tapi, tantangan bapak lumayan gagah ini, bagi Shizuka sih sangat mudah! Semudah membalikan telapak tangan dan kaki bolak-balik deh!
“Sensei, sumimasen. Toire he itte kamaimasen ka?[1]” Kata-kata Shizuka sukses membuat semua murid di kelas dan bapak itu melongo kagum ke arahnya. Bapak itu sampai terdiam masih tak percaya cewek di depannya ini bisa menjawab tantangannya. Masalahnya kata-kata Shizuka tadi sudah dipastikan belum diajarkan olehnya.
“Sensei, dou desu ka. Kamaimasen ka?[2]”
“A..aa~ douzo...douzo.[3]” Bapak itu mempersilahkan Shizuka dengan raut muka heran. Shizuka langsung keluar dari kelas sambil tertawa. Soalnya, lucu banget sih muka bapak tadi. Bengong gimanaa gitu!
Shizuka sampai juga di toilet yang berseberangan dengan gedung SMP. Ia langsung menekan tombol OK yang ada di hapenya.
“Haai~ moshimoshi.[4]”
“BODOH! LO NEKAT YA?!”
Shizuka sampai reflek menjauhkan hape dari telinganya, saking kerasnya suara Revan tadi. Duh, sepertinya Revan marah besar nih!
“Sori sori.... Abis, penasaran sih. Lo harusnya tau dong kalo gue emang cewek nekat. Eh, oh iya! Ternyata sekolah disini asik juga lho! Ada pelajaran bahasa...”
“Gue khawatir sama lo.”
“Hah?”
Shizuka agak tersipu sampai diam bisu mendadak saat Revan bilang begitu.
“Lo nggak pa-pa, kan? Nggak ada yang curiga sama lo kan? Temen-temen geng Susan gimana? Nggak...”
“Nyantai, Van. Gue mata-mata profesional. Nggak bakalan mudah ngenalin wajah gue. Pokoknya lo tenang aja, deh. Gue tuh jago dan......”
“Eh, bro! Lo dapet berapa duit?”
SET! Suara berat seorang cowok di seberang tembok, sukses bikin Shizuka reflek menoleh dan mendekatkan telinganya ke tembok.
“Gue dapet tujuh ratus ribu, bro. Biasa dapet malak tadi pagi. Hahahha...lumayan nih.” Suara cowok yang ini agak tengil, sepertinya sih temannya.
“Gue cuma enam ratus, yaah beda tipis lah sama lo. Hahahaha..”
“Halo? Shi? Shi?”
Mata Shizuka jadi melotot garang menatap hape di tangannya. Baru sadar kalau ia masih tersambung dengan telepon Revan. Uh! Ganggu aja! Shizuka langsung mendekatkan hape ke telinga dan mulutnya.
“Van, sori ya. Ada tontonan menarik nih. Udah ya daaah!” Shizuka langsung mematikan sambungan telepon tanpa memberikan kesempatan untuk Revan bicara. Hup! Shizuka memanjat ke kloset. Dari tembok pembatas, matanya bisa melihat dua orang berseragam SMP dengan jelas.
“Tapi, gue yakin lah. Si bodoh Panji itu yang bakalan dapet paling rendah. Hahahha...kemaren aja dia nggak dapet uang sesen pun. Bos pinter juga ya ngajak dia.”
Shizuka tercengang. Ia buru-buru mengambil hapenya dan menekan aplikasi ‘video’ untuk merekam mereka. Shizuka kesal ternyata dua orang anak SMP belagu ini yang bikin Panji jadi begitu. Ia jadi teringat kata-kata Revan yang bilang dulunya Panji anak baik-baik. Ternyata kata-kata itu benar!
“Tapi, gimana sih cara si bos bujuk si cupu itu?”
“Gue sih diceritain sama tangan kanannya si bos. Katanya dia ngancam pake kakaknya yang super cantik itu. Kalo dia nggak masuk geng kita, kakaknya bakal diapa-apain. Hahahaha...lumayan lah buat bulan-bulanan kita. Selama ada dia, kita nggak pernah dipukulin karena pasti dia dong yang paling rendah pendapatannya. Hahahahha...” si suara berat ngomong sambil merokok.
“Iya! Dia bodoh banget sih! Lebih milih dipukulin daripada malak.” Balas si cowok suara tengil.
Pik! Shizuka menekan tombol stop lalu meremas kuat hape androidnya saking kesal mendengar pernyataan mereka yang seenaknya pada Panji. Sudah jelas, Panji sedang dibuli! Dengan kemarahan yang meledak-ledak, Shizuka melompati tembok pembatas yang cukup tinggi dari kloset sebagai batu loncatannya. Shizuka mendarat dengan sempurna di depan mereka. Bikin mereka yang tadi sedang asyik merokok sambil menghitung duit, sampai terkaget-kaget. Tapi wajah mereka langsung berubah cengar-cengir senang melihat wajah cantik Shizuka.