Episode Sebelumnya : Revan mengajak Shelvia ke atap sekolah--markas Yakuza van Java untuk melihat foto enam terduga pelaku. Sayangnya, Shelvia tidak dapat mengingat jelas, dan hanya menceritakan cerita yang menurutnya lucu tentang salah satu orang dari enam terduga pelaku. Namun bagi Revan sang cowok jenius, cerita Shelvia tadi jadi petunjuk siapa sebenarnya Mr.Killer. Setelah selesai mendapat keterangan dari Shelvia, Revan menyuruh Rido mengantar Shelvia pulang, dan meminta sisanya untuk membantunya mencari bukti fisik. Di saat mereka berhasil menemukan bukti fisik tersebut, Revan mendapat telepon kabar buruk soal Rido dari Shelvia.
RSUP Hasan Sadikin, pukul 18.16
Revan dan kawan-kawan tiba di ruang UGD dan melihat perut Rido yang baru saja diperban. Rido meringis sambil tersenyum mengacungkan dua jarinya ke arah Revan.
“Gue udah selamatin Shelvia. Bener dugaan lo, Van. Dia kayaknya cerdas. Untung gue cepet sadar, terus sempet dorong Shelvia. Yaaah, resikonya gue yang kena sih. Tapi nggak pa-pa, cuma keserempet pisau doang. Lukanya juga nggak parah, kok.”
Rita cemas melihat teman sejak SMP nya itu selalu kenapa-napa. Tapi saat Revan tersenyum sambil mengacungkan ibu jari ke arahnya dan melihat Rido malah tersenyum bangga, kecemasan Rita jadi hilang. Yah, mungkin sebagai cowok tipe heroik seperti Rido, melindungi orang dan melaksanakan perintah ketua dengan baik tuh hal yang membanggakan kali ya. Sekalipun dia sendiri jadi korbannya.
“Oh, iya Van. Ngomong-ngomong itu apaan sih? Kresek hitam yang daritadi lo bawa?” Rido menunjuk-nunjuk ke arah kresek yang sedang dibawa Revan.
“WAAAAA! JANGAN DIBUKAAAAA!” Yukio langsung ngumpet di balik badan Rita. Rita sih cuma senyam-senyum tipis melihat tingkah Yukio. JWIIIIT~ Mira langsung menjewer telinga Yukio dan menyeretnya jauh-jauh dari Rita. Revan menoleh lemas ke arah Yukio yang sifatnya minta ampun deh kekanak-kanakannya.
“Tenang aja. Nggak bakal gue keluarin, kok.”
Ah! Revan seperti teringat sesuatu yang penting, lalu buru-buru mengambil androidnya. Setelah izin ke teman-temannya untuk menelepon, ia keluar dari ruang UGD. Shizuka bingung. Revan mau ngapain sih? Tak lama, Revan sudah masuk lagi ke ruang UGD dengan senyum terukir di wajahnya.
“Lo nelponin siapa sih tadi?” Shizuka jadi penasaran juga sih.
“Nelpon Rendi. Besok pas istirahat pada ngumpul ya di atap sekolah. Sebenernya, gue udah ada gambaran pelakunya tapi gue mau mastiin pelakunya memang dia atau bukan.” Revan tersenyum tipis, menandakan kalau kasus ini akan segera berakhir. Mereka semua yang tidak mengerti maksud senyum Revan, cuma bisa bengong menatap Revan yang dinilai penuh misteri tapi cerdas. Kecuali Shizuka—sang ahli pembaca ekspresi. Cewek cantik itu ikut tersenyum, berharap kasus ini akan benar-benar berakhir seperti dugaannya.
*******
Selasa, pukul 09.17
Ceklek! Tiba-tiba saja muncul empat orang dari balik pintu yang dua orangnya mereka kenal—Rendi dan Lia. Revan meminta mereka duduk dan menyebutkan nama dan kelas masing-masing. Tak peduli, cuek sabodo amat deh dengan tatapan berbinar-binar Mira dan Rita melihat cowok ganteng, dan tatapan cengok bingung Shizuka-Yukio.
“Gue Ranti, KM kelas 2-3 IPA.”
“Gue Daniel, KM kelas...”
“2-1 IPS! KYAAAAA! BENERAN GANTENG TERNYATA!”
GUBRAAK! Foto-foto yang sedang dijembreng Revan buat ditunjukkan ke para ketua murid kelas dua, jadi berantakan deh mendengar teriakan heboh-tak terkendalikan Mira dan Rita. Revan garuk-garuk kepala kesal lalu menatap tajam Mira dan Rita. Yukio sih jangan ditanya, ketawa puas banget seperti sedang melihat aksi lawak! Kurang ajar! Bukannya bantuin kek!
“So...sori, Van. Hehehe...biasa lah cewek kalo ketemu cowok ganteng bin bule-bule gitu. Hahahha...” Rita meringis keki yang diamini juga dengan anggukan Mira. Revan mendesah panjang lalu menyerahkan semua foto itu pada Shizuka. Capek! Sudah tidak ada mood lagi! Waah, Shizuka yaa senang banget diserahi tugas begitu. Sama saja kan secara tidak langsung memintanya jadi asisten?! Dengan semangat, Shizuka menunjukkan sebuah foto bergambar cewek berambut cepak.
“Ah! Itu Dian! Temen sekelas gue!” Cewek berambut shaggy pendek bernama Ranti, tiba-tiba saja menunjuk ke arah foto yang dipegang Shizuka.
“Oke. Lo bisa ceritain dia anak yang kayak gimana terus dia ikut klub apa?”
Rita, Mira, Shizuka dan Yukio kompak menoleh ke arah Revan. Mereka tidak mengerti tujuan Revan menanyakan itu. Apa hubungannya penyelesaian kasus ini dengan karakter dan klub para terduga pelaku?
“Hmmm....dia itu anaknya tomboy, Kak. Tuh, di foto ini dia lagi ngobrol sama cowok, kan? Yah, gue nggak gitu deket sih tapi dia orangnya baik nggak neko-neko. Oh, iya dia ikut klub catur.”
Revan mencatat semua keterangan Ranti di notes cokelatnya. Melihat sinyal lirikan dan jari-jari Revan yang bergerak-gerak cepat, Shizuka mengambil foto di tumpukan selanjutnya. Foto bergambar cewek cantik berkerudung.
“Itu Carissa. Lho? Kakak curiga sama cewek alim kayak gini?” Alis Rendi naik menatap Revan. Ia tidak menyangka dan tak setuju kalau Revan memasukkan cewek itu dalam daftar terduga pelaku.