Selasa, 2 November 2021 pukul 16.10
GLEGAAAR! ZAAAAAAAAA! Hujan deras turun dari langit yang mendung hebat disertai petir yang dahsyat! Sepertinya hujan ini bakal lama redanya. Shizuka memandang rintik hujan deras dari jendela dengan tatapan sebal. Ya, Shizuka paling benci hujan. Apa lagi sebabnya kalau bukan karena tidak bisa pergi ke atap sekolah untuk melihat awan. Parahnya lagi, tak ada satu pun dari mereka berenam yang membawa payung! Ya, sudah deh mereka terpaksa terjebak di kelas sehabis pengayaan Biologi.
“Tuh kan! Tau gitu tadi payung gue nggak dibalikin lagi ke rumah! Gara-gara elo, sih!” Mira ngedumel sambil menoyor keras bahu Yukio.
“Yee, tadi kan cerah makanya gue ngeledek lo bawa payung. Sekarang tiba-tiba ujan yaa salahin aja langitnya.” Yukio jago banget ngeles cueknya. Matanya tetap tertuju pada androidnya. Huh! Bikin Mira kesal bukan main sampai merampas hp android dari tangannya.
“Aaa~ Mira! Balikiiin~ mau menang tuh bentar lagi,” Yukio merengek-rengek dengan nada melas. Dengan wajah senyum menyeringai, Mira menekan tombol di sisi kanan tengah hp Yukio. Pet! Seketika layar hp nya mati total. Berhasil bikin Yukio bengong plus shok. Rido dan Rita sih cuma bisa tertawa saja melihat tingkah mereka berdua. Revan sama sekali tidak menggubris opera lawak Mira-Yukio. Soalnya si doi sedang serius mencuri-curi pandang ke Shizuka. Fiuh! Revan menghela nafas melihat Shizuka masiiih saja berwajah bad mood begitu. Rasanya mendadak Revan jadi benci hujan juga!
Puk. Puk.
Revan menoleh kaget ke belakang. Matanya melihat cewek berkacamata, berambut panjang lurus yang tadi tiba-tiba menepuk bahunya. Sepertinya, cewek itu juga kaget. Wajar dong karena tiba-tiba Revan berbalik plus bonus serangan tatapan dingin.
“Ada apa?” Suara berat dan tegas Revan, bikin mereka semua jadi ikut menengok ke arah cewek berkacamata itu.
“Ngngng...itu....anu...gue...mau...minta tolong.”
SET! Yukio dan Rido langsung melesat menghampiri cewek yang lumayan cantik itu. Rido sampai kepedean banget main lepas kacamata si cewek! Masih kurang lebay? Tuh! Si Yukio mulai main kerling mata ganjen bagai kelilipan debu segede gunung ditambah pegang tangan segala! Dasar playboy cap badak! Buaya darat gila cewek cakep!
“Kami, geng Yakuza van Java bakalan nolongin lo. Lo diapain? Dipalak? Di...”
PLAK! PLOK! Shizuka dan Mira langsung turun tangan membereskan kedua cowok mata keranjang itu, lalu menyeret mereka jauh-jauh dari hadapan si cewek. Masalahnya tuh cewek jadi kebingungan siap ngibrit! Rita inisiatif ambil kursi untuk cewek itu duduk, sedangkan Revan mengambil notes cokelat dan pulpen dari kantong tasnya.
“Oke, cerita aja.”
“Lho, Van? Biasanya kan nanya nama dulu. Kok udah disuruh cerita aja? Wah rada pikun juga lo.”
SET! Semua mata tajam termasuk mata Rido tertuju ke arahnya. Yukio yang sedang tertawa keras, lama-lama jadi meleot salah tingkah.
“Lho? Ke...kenapa? Emang bener kan?”
“Yuu...kiii....oooo...” Wajah Mira sudah menunduk menahan marah, malu, dan kesal pada sahabat masa kecilnya ini. Begonya bukan main banget sih!
“He? Napa, Ra?”
“DIA INI NINAAAA! KM KELAS KITAAA!” Mereka berlima kompak teriak sampai Nina dan Yukio terkaget-kaget tutup kuping. Revan geleng-geleng kepala, benar-benar tidak habis pikir melihat Yukio. Nih anak kemana saja sih? Wujudnya saja ada di kelas, tapi otaknya? Ketinggalan di planet Mars! Yaah, untung saja kebodohan Yukio tadi bikin Nina jadi makin berani untuk mengutarakan masalahnya ke Revan.
“Van, gue bingung sama mereka yang udah dua minggu ini hilang nggak ada kabar. Padahal waktu semester satu, mereka masih rajin masuk sekolah. Eeh, lama-lama cuman pas UTS doang, terus sekarang hilang sama sekali. Gue mohon, Van, semuanya. Bikin mereka balik sekolah lagi, ya. Gue sebagai ketua kelas pengen lulus bareng sama mereka juga.”
Revan memutar-mutar pulpennya seperti berpikir sesaat soal kasus Nina ini. Memang sih, kasus ini bukan cuma milik pribadi Nina saja, melainkan menyangkut kelasnya juga. Tapi kan....
“Hmmm....bukannya gue nolak. Tapi itu kan emang tanggung jawab lo sebagai KM dan bagian konseling. Tinggal minta alamat ke TU terus datengin rumah mereka, beres kan?”
Sahabat geng Yakuza van Java melotot garang mendengar Revan bisa ngomong sedatar, sesantai, dan semulus itu. Bilang maaf kek, sori kek, eeh tuh orang asal jeplak saja menolak kasus Nina. Masalahnya nih, wajah Nina jadi murung dan terdiam. Bukan karena sakit hati dengan kata-kata Revan yang terlalu to the point seperti yang mereka pikirkan, tapi karena malu menceritakan kejadian aneh yang dialaminya bersama Rian—wakil KM kelas 3-1 IPA. Yaah, mau bagaimana lagi. Kalau ingin masalah ini cepat selesai, yaa harus jujur menjelaskan semuanya kan? Perkara nanti deh kalau mereka mau percaya atau tidak. Begitulah pikir Nina.
“I...itu...ngng... sebenernya, gue udah coba datengin mereka semua bareng Rian. Tapi....orang rumah bilang nggak ada lah, nggak kenal lah, udah pindah lah yah macem-macem, deh.”
“HAAAAAA?!”
Tuh, kan! Dugaan Nina tepat saat melihat ekspresi mereka semua yang terkejut dan terheran-heran mendengar ceritanya.
“A...aneh, kan? Padahal gue udah minta alamatnya sama TU. Mana mungkin coba TU salah catet?” Nina menatap tajam wajah Revan dan lainnya yang sedang serius mendengarkan ceritanya. Mereka manggut-manggut mantap. Jelas, ini sebuah kasus. Kasus aneh yang terjadi di kelas mereka sendiri. Revan sendiri pun tidak menyangka kalau TU bisa salah mengarsipkan alamat murid-murid. Sampai tujuh orang lho!
“Gue mohon. Gue nggak tau harus minta bantuan siapa lagi, nih.”
“Oke, gue terima kasus lo.” Kata-kata tegas Revan bikin mata Nina berbinar-binar sampai bilang makasih terus-terusan kalau tidak dihentikan Shizuka. Yukio dan Rido sih cuek saja dengan keputusan Revan. Mereka merasa kasus kali ini tidak menarik, cuma mencari orang hilang mah tidak ada jotos-jotosannya. Dasar gila berantem!