Rabu, 10 November 2021 Pukul 14.30
Mira tersenyum senang saat melihat tujuh orang yang menghilang itu benar-benar datang ke sekolah! Masih ingat ekspresi senang Nina kala itu yang lebay bilang makasih berkali-kali. Sampai Shizuka lagi-lagi harus turun ngomong menghentikan ucapan makasihnya. Kini, matanya beralih menatap Shizuka di sebelahnya. Daritadi Shizuka teruuus saja menatap ke arah jendela. Memang sih hari ini langit sedang cerah sekali, awan juga banyak. Pantas saja mata Shizuka lebih tertarik menatap jendela daripada papan tulis berisi rumus-rumus matematika yang njelimet-bikin pusing tujuh kelilingnya Pak Dedi. Otak Shizuka mulai mencampurkan imajinasi dengan awan. Burung-burung yang terkadang menumpang lewat, atap-atap rumah penduduk yang menghiasi pemandangan di luar jendela, semua itu bikin Shizuka terlena sampai tak sadar kalau Pak Dedi yang terkenal nyebelin bin galak itu, sudah berada di depan mejanya. Disentuh Mira ribuan kali sampai ditepuk keras saat Pak Dedi berjalan untuk menghampiri mejanya pun, sama sekali tidak bikin dia sadar! Juara banget ngelamunnya!
“Shizuka! Shizuka!”
Hebat, kan? Mata Shizuka tetap saja mengarah ke jendela sambil bertopang dagu malas-malasan. Padahal Pak Dedi memanggilnya sudah seperti memanggil para hantu keluar siang-siang saja. Menggelegar banget suaranya! Mira yang duduk di sebelahnya saja sampai reflek tutup kuping! Tapi ia masih semangat empat lima berusaha menyeret Shizuka dari dunia melamunnya. Kali ini terpaksa Mira pakai jurus tepok tawon yang biasa dipakai untuk menghentikan kenakalan dan keusilan Yukio.
“Shi...Shi...Shiii....”
“Apa sih?! beri....eh! hehehhe...bapak...” Marah Shizuka hilang mendadak jadi cengar-cengir saat melihat Pak Dedi yang sedang melotot ke arahnya. Waduh! Gawat! Pertanda buruk! Bahaya tingkat waspada!
“Kamu pasti nggak merhatiin pengayaan bapak, ya? Daritadi bapak perhatiin kamu ngeliatin jendela mulu! Kamu pikir bapak ngajarnya di jendela, gitu hah?! Ayo! Kerjakan soal di papan tulis!” Pak Dedi menyodorkan spidol dengan mata masih melotot ke arahnya. Bola mata Shizuka kini beralih ke papan tulis. Hyaaa! Soal apaan tuh?! Shizuka langsung pucat pasi saat melihat soal trigonometri di papan tulis. Matanya melirik melas ke arah Mira berharap bisa memberikan jawaban untuk soal itu. Dari lubuk hati yang paling dalam, Mira sih ingin sekali membantunya tapi sayangnya dia sendiri juga tidak bisa menjawab soal itu. Pasrah pada Yang Maha Kuasa, Shizuka menerima spidol dari sang guru lalu berjalan mengikutinya menuju papan tulis. Tuk.Tuk. Shizuka mengetuk-ngetuk spidol di papan tulis saking tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Walaupun otaknya disuruh kerja lembur-kerja rodi-kerja paksa, tetap saja ia tidak menemukan jawabannya. Masalahnya, Shizuka paling benci pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Yaa jelas saja ia tidak bisa jawab dooong!
“Hehehe....nggak bisa, Pak.” Shizuka nyengir kuda ala Rido sambil garuk-garuk kepala menengok ke arah Pak Dedi. Murid-murid kelas 3-1 IPA kompak tertawa keras, puas banget melihat tingkah polos dan pede ya Shizuka. Muka Pak Dedi merah padam, kelihatan sekali beliau sedang menahan sejuta ampere kemarahan dan kekesalan!