Cerita sebelumnya : Saat teman-teman Yakuza van Java sedang serius mencari nama dengan huruf H dan O, tiba-tiba Mang Asep datang ke markas Yakuza van Java--atap sekolah dengan wajah pucat dan nafas tersengal-sengal. Beliau mengabarkan berita buruk bahwa meja Pak Dedi--guru Matematika kelas tiga yang terkenal paling galak se-SMA Widya Harapan diserang! Apakah ini ulah GH.OST?
*******
Revan hanya bisa geleng-geleng kepala, begitu tiba di ruang guru. Meja Pak Dedi sudah berantakan banget! Bagai habis dibobol perampok! Meja dipenuhi coretan merah bertuliskan GH.OST, serta berkas-berkas yang berceceran disana-sini! Dengan otak secerdas Einstein-nya, Revan jadi berpikir si pelaku pasti dendam kesumat banget pada Pak Dedi. Sangat tidak manusiawi sekali berantakannya! Sampai meja kacanya remuk seperti dihantam kuat oleh sesuatu! Yukio dan Rido saja sudah mengepalkan tangannya melihat meja yang bagai kapal pecah itu. Ingin sekali meninju sang pelaku sialan itu! GREP! Tiba-tiba Pak Dedi mencengkeram kerah kemeja Revan yang membuat Shizuka dan yang lain terkaget-kaget.
“KAMU! PASTI KAMU YANG MENGHANCURKAN MEJA DAN MENCURI KAMERA BAPAK, YA? BAPAK TAU KAMU IKUT KLUB SENI! CAT INI PASTI KAMU! IYA, KAN!?” Pak Dedi sembarangan saja bentak-bentak menuduh Revan dengan mata melotot yang sangat dekat mengarah ke wajah Revan. Shizuka udah kesal setengah gila dengan tuh Pak guru super galak se-SMA Widya Harapan. PLAK! Dengan berani dan tanpa mengurangi rasa hormat, Shizuka terpaksa memukul tangan Pak Dedi yang masih mencengkeram kerah kemeja Revan.
“KA...KAMU!”
“Maaf, Bapak nggak bisa nuduh Revan sembarangan cuman karena dia ikut klub seni! Daritadi Revan selalu sama saya dan teman-teman saya di atap sekolah! Gimana coba dia ngelakuin ini semua?” Shizuka berusaha menekan emosinya, yaah walau nadanya masih agak tinggi, mata masih agak menatap tajam dan napas naik-turun menahan kesal.
“I...iya, Pak Dedi. Mereka semua terus berada di atap sekolah. Abdi berani jamin, Pak,” Mang Asep berusaha memberanikan diri berbicara dengan Pak Dedi yang sedang marah. Yaah walau nadanya terkesan takut-takut plus suara keciiil banget, tapi bagi geng Yakuza van Java itu sudah sangat membantu sekali lho! Wajah Pak Dedi masih semerah buah tomat saking kesalnya. Mungkin karena kamera kesayangannya hilang, ditambah coretan seram plus kaca pada mejanya yang retak parah. Wajar saja sih beliau jadi emosi tingkat dewa begitu.
“POKOKNYA, CEPAT TEMUKAN PELAKUNYA DAN BALIKIN KAMERA SAYA! MAHAL TAU! TERUS, MANG ASEP! GANTI MEJA SAYA!” Pak Dedi mengambil tasnya lalu berjalan cepat keluar dari ruang guru. Mang Asep hanya membungkuk patuh pada perintah Pak Dedi.
“Maaf, ya kang Revan. Pak Dedi emang orangnya...”
“Nggak pa-pa, Mang. Saya ngerti, kok.” Revan menepuk bahu Mang Asep dengan bonus senyum tipisnya. Setelah itu, ia berjongkok seperti sedang mencari-cari sesuatu.
“Nyari kertas, ya? Ini nih tadi aku temuin di bawah meja. Kayaknya jatuh, deh.” Rita mengulurkan secarik kertas kecil. Revan mengambil kertas kecil itu dari tangan kecil Rita. Tulisannya sangat persis seperti yang Mang Asep kasih kemarin, serta tulisan merah besar-besar yang ada di segala sisi meja Pak Dedi ini. Ada titik diantara H dan O!
“Mang, sejak kapan ada kejadian kayak gini?” Revan bertanya tapi matanya fokus memeriksa meja Pak Dedi. Mang Asep seperti berpikir sesaat, setelah itu memandang Revan yang kali ini sedang menyentuh barang-barang yang berserakan di meja guru matematika tergalak itu. Tentu saja dengan sarung tangannya.
“Mungkin sejak sebulan yang lalu, kang. Kalo nggak salah mah hari Kamis. Korban pertamanya teh Bu Susi. Tuh meja yang itu, abis itu merembet deh ke banyak meja.” Mang Asep tunjuk sana-tunjuk sini meja-meja yang sudah menjadi korban si GH.OST.
“AH! Tapi kalo Pak galak nyebelin itu aja yang diginiin sih gue setuju!”
Mata Shizuka seketika itu berbinar-binar memandang Rido. Omongan Rido tadi menurutnya kata-kata paling ingin ia kasih acungan seratus jempol. Guru temperamen hobi menghukum murid semena-mena gitu, memang pantas dikasih sedikit pelajaran!
Revan memeriksa semua meja guru yang ada. Ternyata sudah banyak juga meja yang dirusak. Cuma lima meja yang kelihatannya belum diganti. Revan mengetuk sebuah meja yang kacanya dihias gambar tempel kelinci lucu—salah satu meja yang masih selamat dari kebrutalan GH.OST. Revan tahu itu punya Bu Rani—guru bahasa Inggris kelas tiga yang masih muda itu.
“Guys, kita harus selesein kasus ini secepatnya! Jam berapa sekarang?”
“Hahahha...lo nggak liat jam dinding segede gaban di atas pintu? Tuh!” dengan wajah cengengesan merasa menang, Yukio menunjuk jam bulat berwarna putih. Revan manggut-manggut, matanya menyipit kelihatan seperti memikirkan sesuatu. Revan pamit ke Mang Asep, kemudian buru-buru keluar dari ruang guru diikuti yang lainnya. Kasus ini harus cepat selesai! Tinggal sejam lagi sampa Mang Asep mengunci pintu atap sekolah. Waktu adalah uang! Sebisa mungkin, setidaknya harus ada titik terang dari kasus ini!