Episode Sebelumnya: Revan sebenarnya sudah menemukan dugaan pelaku GH.OST, tapi karena aksi tersangka ini sangat rapi, Revan tidak bisa menemukan bukti kuat untuk menyudutkan pelaku. Namun, kedatangan Mang Asep ke atap sekolah sore itu mengubah kebuntuan kasus ini menjadi titik terang untuk mengungkap pelakunya. Siapa pelakunya?
Kamis, 18 November 2021 pukul 17.05
Langit mendung yang menggantung di atas gedung sekolah SMA Widya Harapan, membuat lorong lantai dua semakin terlihat gelap plus seram. Revan yang berjalan di depan, agak risih juga saat Shizuka dan Mira memeluk kedua lengannya karena sedang ketakutan. Susah jalannya gitu lho! Rido dan Yukio sih sudah meninju-ninju telapak tangan saja, saking penasaran-ingin menghajar mampus si pelaku! Setelah menuruni tangga, mereka tiba di depan ruang guru. Revan membuka pintu ruang guru itu sedikit, kemudian......mata Shizuka dan Rita terbelalak saking kagetnya.
“HA...HA..HMMPFH!” Mulut Rita langsung dibekap oleh Yukio. Habisnya kalau tidak begitu, Rita bakal mengeluarkan teriakan cempreng dan melengking, yang bikin tuh pelaku langsung ngibrit ketakutan. Revan mengacungkan jempolnya pada Yukio. Mira melotot heran melihat Yukio malah senyam-senyum merasa bangga! Waah, kejadian langka nih!
Sialan! Memang bukan setan kok! Mana ada setan napak begitu kakinya?! Mau nakutin si cewek legendaris ini, ya! Hati Shizuka terus saja merutuk-rutuk gemas melihat hantu palsu itu. Tidak perlu menunggu komando, langsung saja nyelonong masuk dan menyalakan saklar lampu. Revan menepuk wajahnya melihat aksi dadakan Shizuka. Kalau sudah kepalang basah begini, mau tidak mau deh harus ikut masuk bareng Shizuka. Melihat Revan masuk ke ruangan, yang lainnya jadi tancap gas ikut masuk juga. Mata mereka jelas sekali melihat si pelaku yang menyelimuti dirinya dengan kain putih, sedang diam membatu di depan salah satu meja guru. Kedua tangannya masing-masing pegang cat merah dan kuas.
“HA! ITU KAN MEJANYA BU TINA! GURU BAHASA INDONESIA YANG BAIK ITU! KURANG A...”
SET! Tangan Revan teracung di depan Yukio yang hampir saja ingi maju hendak menghajarnya. Main hakim sendiri? Oh, tidak bisa! Menurut Revan, itu tindakan tak manusiawi dan tak adil! Ia maju selangkah di depan mereka, lalu melipat tangannya di depan dada. Gila! Keren bangeeet!
“Lo ngelakuin ini semua karena dendam kan? Tapi sayangnya lo terlalu berani ngasih petunjuk ke kita. Yaaah~ kertas bertuliskan ghost itu. Sudah pasti maksudnya bukan ghost dari kata bahasa Inggris yang artinya hantu, tapi inisial nama lo. Hendrik Olgasyahputera, kapten klub sepak bola. Iya, kan?”
Wow! Kata-kata Revan yang sekarang sedang menatap tajam si pelaku sepertinya tepat! Shizuka bisa melihat dengan jelas tubuh orang berkain putih itu sedang gemetar, walau masih membelakanginya. Masih tidak mau ngomong juga? Lanjuuut deh!
“Mungkin maksud lo pengen bales dendam ke Pak Dedi karena udah bikin lo malu. Sebagai orang yang suka banget sepak bola, pasti lo ngerasa sakit hati dan akhirnya lo ngelakuin ini semua. Lo cerdas juga! Supaya nggak dicurigain temen-temen, lo juga ngerusak meja guru lain dan ngumpetin barang-barang milik mereka. Tapi, gue tau lo pelakunya bukan karena itu aja. Lo anggota klub sepak bola yang jadwal latihannya setiap Kamis dari jam tiga sore sampai jam lima. Tepat setiap kejadian meja guru yang rusak itu selalu terjadi. Yaaah, intinya cuma lo yang bisa dan punya motif buat ngelakuin itu semua.”
BRUUK! Semua analisis Revan tadi, bikin si pelaku tiba-tiba saja jatuh terduduk lemas. Dengan gestur pasrah, ia melepas kain putih yang menyelimutinya. Wow! Mata sahabat-sahabat Yakuza van Java membelalak segede terong. Dia....memang Hendrik!
“Seharusnya gue nggak ngeremehin kalian semua, ya Yakuza van Java. Yah, semua yang lo bilang tadi bener banget. Gue emang dendam sama Pak Dedi. Kata-kata pedes dia...SIAL! seenaknya aja bilang gitu! Mentang-mentang guru!”
Shizuka jadi merasa iba melihat Hendrik. Kelihatannya dia shok dan terpukul banget. Bukan karena ketahuan aksinya oleh Revan, tapi lebih karena kesal. Sudah pasti kesal dengan Pak Dedi. Guru galak plus paling nyebelin itu memang suka ngomong seenak udel sih!