Seminggu kemudian (setelah ujian nasional)
Akhirnya, Ujian Nasional telah berlalu tepat di hari ini! Tapi mereka masih belum bisa bernapas lega karena masih ada ujian sekolah yang diadakan minggu depan bareng anak kelas satu dan dua. Shizuka, Mira, Rita dan Revan hari ini sedang belajar bahasa Sunda. Eh, salah! Lebih tepatnya sih mengajari Shizuka. Ya iyalah! Sudah pasti dia buta banget sama bahasa Sunda!
SET! Mata Mira kini melirik judes ke arah cowok berambut cokelat yang sedang mojok asyik ketawa-tawa baca komik bareng Rido. Hih! Tuh anak bukannya ikutan belajar malah ngakak baca komik! Padahal turunan orang Jepang juga, sok-sokan banget nggak mau belajar bahasa Sunda! Memangnya Rido bisa ngajarin? Yaah, dia juga jongkok banget Sundanya. Cuma ngerti arti naon doang! Parah!
“Bentar, ya.” Mira beranjak dari duduknya, juga meninggalkan buku cetak bahasa Sundanya. Langkahnya penuh kemarahan dan kemurkaan, siap mendatangi mereka berdua yang sedang mojok bagai orang pacaran. Yukio dan Rido menoleh ke atas karena mendadak gelap. Jeng! Jeng! Hiii! Wajah mereka langsung pucat melihat wajah Mira yang sudah seperti ratu setan ngamuk yang siap menghancurkan dunia.
“AUW! AUW! MIRA! MIRA! SAKIIIT~!” mereka berdua jerit-jerit mengaduh kesakitan saat Mira menjewer-seret mereka. Harus dong! Mau jadi apa mereka kalau gagal lulus cuma karena jeblok di UAS bahasa Sunda? Memalukan martabat bangsa dan negara! Huh! Mira sudah capek! Ngurus Yukio seorang saja, sudah seperti badan serasa rontok semua, lha ditambah Rido? Fiuuh! Mata judes Mira melirik ke Yukio dan Rido yang sedang malas-malasan membuka buku bahasa Sunda dengan tampang merengut. Siap mengeluarkan jurus pamungkasnya deh kalau tuh duo sableng berani-beraninya kabur!
“Ngapain sih nyuruh kita kesini? Panas tau! Masih enakan tempat tadi. Ngadem.” Yukio ngomong gitu pake bonus bibir monyong lima senti lah! Bikin Mira tuh jadi gregetan pengen muntir bibir merahnya itu. Tentu saja biar diam. Ganggu yang lain tau!
“Lo masih nanya gitu, Ki? Hello~ Yukio bodoh bin bloon! Minggu depan kita mau UAS bahasa Sunda tau! Lo kayak yang ngerti aja!”
“Aah~ Sunda mah gampang, Ra. Tinggal...”
“Sok! Terjemahin yang ini!” Mira panas banget mendengar omongan sok-sombong-nyebelinnya Rido. Langsung deh Mira kasih tuh buku cetak bahasa Sunda nya ke Rido. Mampus! Rido garuk-garuk kepala tidak mengerti. Sudah jelas karena isi buku itu bacaan semua! Mata Yukio pun terlihat berputar-putar pusing gitu saat melihat tuh buku. Revan sih no comment cuma bisa geleng-geleng kepala meratapi kebodohan mereka berdua.
Ceklek! Tiba-tiba saja ada seseorang yang membuka pintu. Wow! Mata Rita dan Mira langsung deh berbinar-binar heboh. Cuma dua kata yang ingin diungkapkan ke si pembuka pintu yang ternyata cowok. Manis banget! Sayang seribu sayang, si cowok sama sekali tidak menghiraukan tatapan kagum duo cewek doyan hunting cowok keren itu. Matanya lurus tegas menatap Revan. Rido saja sampai garuk-garuk kepala melihat tuh cowok. Masalahnya, dia pakai baju bebas datang kesini. Ah! iya ya! Hari ini kan kelas satu dan dua lagi libur karena UAN kelas tiga! Lupa!
“Kalo lo dateng kesini, pasti ada masalah yang mau lo selesein kan?” Revan berdiri menghadap si cowok berkacamata nan manis itu. Cowok itu tersenyum tipis lalu mengangguk sambil memasukkan tangannya ke saku celana hitam. Waaah! Bikin Rita dan Mira tambah klepek-klepek dan kompak bangkit dari duduknya.
“Silahkan! Silahkan! Duduk disana yuuk!” Mira dan Rita ceria dan heboh amat dorong-dorong si cowok buat mengajaknya duduk lesehan. Sukses besar bikin Shizuka, Rido, Revan dan Yukio bengong. Tuh duo cewek kesambet setan apaan sih? Apa salah makan obat? Ah! Secara tidak langsung, mereka kompak memutuskan uytuk tidak memikirkan tingkah mendadak aneh Mira-Rita. Langsung saja deh Revan interogasi tuh cowok.
“Nama?”
“Vino, kelas 2-2 IPS.”
Mira dan Rita sepertinya tidak menggubris kasus yang akan dibawa Vino. Soalnya, mereka terlalu tertarik dengan wajah Vino yang manis tapi keren gimanaa gitu. Mata Yukio dan Rido kompak melirik sinis ke arah Mira. Dasar sendirinya tukang mupeng! Begitulah batin mereka.
“Begini, saya bendahara OSIS. Saya minta kakak-kakak bersedia membantu saya menyelidiki anggaran OSIS. Akhir-akhir ini, sejak saya menerima tiga anggota baru sebagai wakil bendahara dan asisten, saya merasa anggaran selalu berkurang dari yang semestinya. Saya mohon kakak bersedia menolong. Saya udah dengar reputasi kakak yang udah nolong Dion.” Omongan Vino panjang kali lebar banget! Sudah begitu baku banget lagi! Matanya? Tajam terkesan serius! Shizuka pun sampai terkagum-kagum lho dengan Vino. Setidaknya kekesalan melihat tingkah Yukio dan Rido yang kekanak-kanakan tingkat super tadi, bisa terobati lah dengan sikap dan tutur bicara Vino yang di matanya ‘orang benar’.
“Kak? Bagaimana? Kakak mau nerima kasus saya nggak?”
Mereka semua gelagapan seperti baru tersadar dari dunia melamun. Oh, tidak semua! Kecuali Revan! Daritadi, sorot matanya nyinyir sinis melihat berbagai macam ekspresi sahabat-sahabatnya saat menatap sang klien. Revan menghela napas. Yukio-Rido berwajah cemberut menatap Vino, sementara Shizuka-Mira-Rita? Sumringah nan ceria! Ah, dasar cewek. Sudah jelas ini mah hasilnya.