Episode Sebelumnya : Revan meminta sahabat geng Yakuza van Java untuk berkumpul di atap sekolah yang menjadi 'markas' mereka. Namun, Rita meminta izin telat datang karena ingin memastikan apakah benar Mona yang dimaksud adalah sahabat masa kecilnya. Sementara itu, Revan dkk sedang pusing memeriksa data keuangan OSIS dan tak lama Rita datang dengan raut wajah yang sangat tidak biasa. Shizuka curiga. Apa benar Mona yang masuk dalam daftar suspect adalah Mona sahabat masa kecil Rita?
**********
Shizuka benar-benar kepikiran. Dia tahu Rita menyimpan sesuatu.
“Rita....lo.....”
TEEEEEEEEEEET! TEEEEEET! TEEEEEEET! Uh! Bel tanda istirahat usai ini sukses banget mengganggu Shizuka yang ingin menanyakan keadaan Rita. Yaah, apa boleh buat deh. Jadinya cuma bisa bengong menatap Rita yang sedang mengembalikan kertas rekapan ke Revan sambil senyam-senyum geleng-geleng kepala. Revan bisa saja cuek menerima kertas dari Rita tanpa berpikir apa-apa, lalu gadis berkuncir dua itu berlari menuju pintu atap sekolah. Mira, Yukio dan Rido boleh juga merasa tenang tertipu oleh akting Rita yang brilian banget! Tapi, itu tidak berlaku dengan Shizuka! Wajahnya sedih memandang punggung Rita di depannya yang sedang buru-buru menuruni tangga. Yosh! Hati Shizuka sudah bertekad bulat ingin mencari tahu soal Rita yang aneh hari ini.
***********
“Lho? Kakak temennya Mona? Kak, di kelas tuh Mona nggak ada yang mau nemenin, tau. Alasannya karena gosip yang nyebar baru-baru ini, kak. Katanya Mona tuh klepto, jadi semuanya pada musuhin dia. Kakak juga lebih baik jangan deket-deket sama dia.”
Rita menghela napas mengingat semua perkataan seenak udel Susi—teman sekelas Mona. Rita sudah bertemu Mona. Ternyata memang benar, dia sahabat masa kecilnya! Rita merasa Mona masih sama seperti Mona yang dulu--manis dan lemah lembut. Rita yakin Mona tidak mungkin melakukan itu. Rita masih ingat keceriaan Mona kecil saat bermain bersamanya. Aaah! Gara-gara memikirkan gosip miring-diluar dugaan soal Mona, pikiran Rita sukses seratus persen tidak bisa konsen ke pelajaran kesenian yang sedang membahas not balok. Padahal kan Rita paling suka banget tuh pelajaran musik.
“Nggak baik mendem masalah sendiri lho, Ta.”
SET! Rita langsung menoleh ke arah sumber suara yang ternyata suara Revan. Mata Revan tetap mengarah ke papan tulis dengan tatapan cool- wajah juga datar seperti biasanya. Karena nggak ada respon dari Rita, Revan sampai mengalihkan pandangannya dari papan tulis.
“Lo lagi ada masalah ya?”
Rita terdiam beberapa saat.
"Van, apa udah ada gambaran soal pelakunya?"
"Hmm, kami baru meriksa laporan keuangannya aja sih. Sejauh yang gue periksa, gue dapet satu hint dari laporan keuangan itu. Ada perbedaan jauh antara uang kas yang ada dengan laporan pengeluaran yang dicatat salah satu dari tiga suspect itu."
"Oh, gitu." Semoga aja bukan Mona yang dimaksud. Begitulah batin Rita.
"Lo jangan ngalihin pembicaraan deh. Gue tanya lo ada masalah?"
"Ah! nggak kok Van."
“Kalo lo emang nggak ada masalah, nggak mungkin kan Shizuka daritadi liatin ke arah sini mulu?” kini, Revan mengarahkan wajah datarnya ke barisan tempat Shizuka duduk. Rita jadi latah ikutan nengok. Ngng....iya sih Shizuka sedang menatap ke arah Rita. Eh! Lebih tepatnya melotot dengan raut penasaran! Hihihi...dasar Shizuka. Memang susah ya bohong di depan dia.
“Rita! Revan! Lagi ngobrol apa kalian?!”
Waduh! Gawat! Revan dan Rita jadi kompak menengok ke arah Bu Martha—guru kesenian tergalak kedua setelah Pak Dedi—guru Matematika. Suaranya yang menggelegar bagai petir di siang bolong, sukses besar bikin Rita gemetar. Saat Rita berniat berdiri bermaksud menjelaskan berjuta alasan masuk akal ke Bu Martha, eeh Revan sudah berdiri duluan. Tangan kanannya direntangkan rendah ke arah Rita. Maksudnya menyuruh cewek imut itu diam saja.
“Saya yang mengajaknya mengobrol. Maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi.”
Wajah si Ibu yang tadinya menegang-melotot-siap meledakkan amarah, jadi berubah lembut plus senyum manis terukir di wajah gemuknya. Waah...si Rita sampai bengong melihat Revan. Baru tahu kalau Revan jago menghadapi bagaimanapun orangnya dengan sangat tenang!
“Nggak apa-apa, Revan. Bagus kalo mau mengakui kesalahan kamu. Silahkan duduk lagi.”
Raut bengong Rita seketika itu berubah sedih. Merasa bersalah pada Revan. Seharusnya dirinya juga ikut minta maaf bareng Revan tapi...malah Revan sendirian yang minta maaf. Ya! Sekarang saatnya minta maaf ke Revan!
“Maaf, ya...aku...”
“Gue yang salah, kok. Lo nggak perlu minta maaf. Kan gue duluan yang ngajak ngobrol. Gue lebih nggak bisa maafin diri gue sendiri, karena nggak bisa ngerti masalah sahabat gue.”
Walau kata-kata Revan tadi tajam terkesan menyindir, tapi Rita bisa melihat kalau raut wajahnya sedih. Mau cerita? Ah, tidak! Ini kan tidak ada hubungannya dengan geng Yakuza van Java! Belum tentu juga Mona pelakunya. Bisa saja yang dimaksud Revan tuh Desi atau Rina. Gosip kuartet cewek itu pasti cuma kabar angin atau fitnah! Yosh! Kunci mulut rapat-rapat!