Episode Sebelumnya : Mendengar cerita dari Rita, geng Yakuza van Java langsung memanggil Mona untuk membuatnya mengaku bahwa dialah sang koruptor dana OSIS yang bikin Vino sang Bendahara OSIS resah. Namun diluar dugaan, Mona berlutut di depan geng Yakuza van Java sambil menangis berkata bahwa bukan dia pelakunya. Revan sang ketua geng pun merasa janggal kalau pelakunya Mona. Masalahnya, semua kejadian buruk yang ada pada diri Mona terlalu pas timing kejadiannya. Seperti ada yang merencanakan ini semua dengan sangat cerdas....
Tangan kanan Rido yang hampir memegang handel pintu atap sekolah, jadi terhenti kemudian membalikkan badannya ke arah Revan. Mira, Rita, Yukio bahkan Shizuka pun ikut menoleh ke arah sang ketua. Namun, Shizuka tidak butuh waktu lama untuk bengong keheranan seperti yang lain. Bibir mungilnya langsung mengukir senyum tipis.
"Kak..." Mona masih berlinang air mata dan masih dalam posisi berlutut menatap Revan di depannya. Revan ikut berlutut. Tarik napas buang napas. Sebisa mungkin berusaha mengatur ekspresi dan emosinya untuk bisa berbicara pelan dengan Mona.
"Mona, habis pulang sekolah bisa dateng ke ruang klub melukis? Gue pengen bicara empat mata sama lo."
Kata-kata Revan ini tentu saja bikin Yukio dan Rido meradang. Dengan kekuatan berlebih Shizuka, dan tarikan kuat Mira yang sekuat bapak-bapak lomba tarik tambang tujuh belasan, Rido dan Yukio tidak bisa mendekati Revan. Namun...
" Lo gila Van! Pelaku udah di depan mata, malah diajak nongki ke ruang klub lo! Lo kesengsem sama nih cewe?!" Kata-kata pedes Yukio tidak sanggup ditahan oleh Shizuka dan Mira.
"Ki! Lo diem aja deh! Revan pasti tau yang terbaik!
" Halah! Lo bego, Ra! Mau aja ditipu sama dia!
Plok! Jurus tepokan tawon ala Mira sukses mendarat di kepala Yukio, kemudian menariknya keluar dari barikade badan Shizuka.
"Baiklah, Kak. Terimakasih. Nanti saya dateng di jam yang kakak bilang." Mona membungkuk sedikit pada Revan, lalu pergi hendak keluar dari markas Yakuza van Java. Tapi...
"Hei! Mau kemana lo!?"
PLAK!
"ADAOW!" Rido refleks teriak kesakitan, saat tangan besarnya ditepok tangan mungil nan halus Shizuka. Mungil tapi sakitnya bagaikan ditepok kaki bison! Kok bisa?
"Biarkan dia pergi, Do. Kita percaya aja sama Revan. Apa selama ini dia pernah ngecewain kita?"
Rido terdiam. Matanya tajam menatap Shizuka, tapi yang ditatap lebih menunjukkan aura seram.
"Do... Aku mohon." Rita yang daritadi diam, akhirnya angkat bicara. Rido menghela nafas sebentar, kemudian melepaskan pergelangan tangan Mona untuk membiarkan dia keluar.
"Bisa lo jelasin kenapa harus..."
TEEEET! TEEEET! Bel tanda istirahat usai, sukses memotong kata-kata Rido. Revan berjalan pelan menghampiri sahabat-sahabatnya.
"Gue nggak bakal ngomong panjang lebar, udah nggak ada waktu juga. Intinya, gue pengen dengar cerita dari pihak Mona. Kenapa harus tanpa kalian? Karena...lo dan lo bakal ganggu gue. Nanti gue kabarin lagi tugas kalian selanjutnya. Sekian." Revan menunjuk Rido dan Yukio dengan santai, kemudian berjalan tanpa merasa dosa menuju pintu. Meninggalkan Yukio dan Rido yang makin emosi melihat Revan, Mira yang masih terbengong-bengong tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, Rita yang merasa lega karena sahabatnya masih ada harapan baik, serta Shizuka yang diam mematung menatap pintu atap sekolah yang perlahan tertutup.
Kamar Revan, Pukul 21:30
Revan membanting punggungnya ke kursi belajarnya. Meja belajarnya kini dipenuhi dengan tumpukan kertas-kertas laporan keuangan bendahara OSIS. Pusing! Begitulah teriak Revan dalam hati. Otaknya mengingat saat ia 'mewawancarai' Mona.
"Hmm, dari raut wajah sih kayaknya cerita dia bukan bohong. Ah! Coba saat itu gue ajak Shizuka." Lagi-lagi Revan mengacak rambutnya. Tangannya sekali lagi menyentuh kertas-kertas laporan keuangan. Hmm? Matanya tertuju pada sebuah kertas dengan lambang sekolah dan lambang OSIS. Jarinya mengambil kertas itu, dan tiba-tiba saja Revan bangkit dari sandaran kursi belajarnya.
"Laporan keuangan Festival Sekolah Friendship. Oh! Festival sekolah waktu itu! Cuma ini data Mona yang diketik!" Revan mulai antusias lalu mencari struk dan kwitansi pengeluaran yang untungnya disimpan dengan sangat rapi per box oleh Vino sang Bendahara OSIS utama. Mata Revan yang jeli plus otaknya yang cemerlang secemerlang masa depan anak Presiden, langsung menemukan hal yang menurutnya janggal.
"Hmm, kwitansi pembelian konsumsi panitia ini kenapa ada coretan di bagian teh kotak?" Revan langsung mencari data kerja Mona yang lain, dan seketika itu mata Revan membelalak.
"Apa maksudnya ini?" Revan terheran-heran. Ia juga memeriksa data kerja Rina dan Desi.
Hmmm... Gue harus tanya Mona soal konsumsi yang jadi tanggung jawabnya. Begitulah batin Revan sambil mengambil data ketikan Mona, kemudian menaruhnya diatas boks kwitansi dan struk Festival sekolah.
Jumat, 3 Desember 2021, pukul 09.15
"Eh! Ya ampun! Itu kan kak Revan!" cewek-cewek kelas 2-2 IPA kasak-kusuk histeris saat melihat sosok tampan dingin ala karakter situs komik terbesar se-Indonesia itu muncul di ambang pintu kelas 2-2 IPA. Jelas Revan mendengar bisikan-bisikan mereka, tapi otak dan matanya tetap fokus mencari Mona. Ah! Itu dia! Matanya menangkap sosok Mona sedang duduk di kursinya melahap roti bakar dari kotak bekalnya. Secepat kilat, Revan menghampiri meja Mona yang bikin cewek sekelas Mona membelalak keheranan.
"Kak Revan?!" Mona terlihat kaget sampai buru-buru menutup kotak bekalnya.
"Nggak pa-pa. Lanjut makan aja. Gue cuma mau nanya beberapa hal."
"O...oh iya..." Mona kembali membuka kotak bekalnya dengan tangan gemetar. Revan menyadarinya. Hmm, apa dia mikir gue dateng buat ngelabrak dia, ya? Begitulah batin Revan.
"Tenang aja, lo ga usah takut. Gue sendirian kok kesini. Gue mau tanya, lo beliin apa buat konsumsi anak-anak panitia festival sekolah Friendship waktu itu?"
"Aaah, saya beliin sesuai yang diminta sama seksi konsumsi, Kak. Kalo nggak salah inget ya, snack bolu kukus, lemper daun, risoles daging sama teh kotak. Itu kan 30 rebu ya per kotak. Nah 20 rebu sisanya saya beliin nasi bungkus. Jadi per orang panitia dapet sekotak snack dan satu nasi bungkus."
Revan manggut-manggut lalu tangannya mulai bergerak menulis perkataan Mona.
" Jadi budget konsumsi panitia per orang lima puluh ribu? "
" Iya, kak. "
" Lo inget beli dimana? "
" Saya nggak tau, Kak. Itu tugas seksi Konsumsi. Saya cuma ngasi uang dari patungan murid, staf dan biaya ijin usaha dari toko-toko yang berpartisipasi di festival. Namanya uang pendapatan, dan itu dipegang Vino Bendahara utama OSIS. Jadi saya terima uang dari Vino setelah anak-anak seksi Konsumsi menyerahkan proposal pembelian konsumsi ke saya, lalu saya lapor ke Vino dan saya kasih uang dari Vino ke mereka. Jadi saya nggak tau dimana mereka beli konsumsinya karena tidak tertulis nama tokonya di proposal mereka. "
Dengan kecepatan bagaikan pesawat jet tempur, Revan mencatat semua perkataan Mona yang agak belibet ini tanpa kurang satu pun! Bikin Mona dalam hati terheran-heran melihat kemampuan Revan.
" Oke satu lagi. Boleh tau nggak nama panitia seksi Konsumsi? "
"Patricia, Leonard dan Kiki, Kak. Mereka famous kok, karena temen se-gengnya Desi wakil Bendahara OSIS itu lho kak."
Revan keluar kelas 2-2 IPA sambil menatap hasil tulisannya. Setelah itu, ia menatap jam tangannya. Masih ada lima belas menit lagi sebelum jam masuk kelas. Namun saat Revan hendak melangkah, tiba-tiba bahunya ada yang menepuk.
SET! Revan langsung berbalik dengan muka siap menggerutu. Mengira cewek-cewek ganjen kelas 2-2 IPA tadi yang berani menjawilnya, tapi ternyata...
"Shizuka..?"
"Lo bisa aja kabur dari Mira, Yukio, Rido dan Rita, tapi jangan harap bisa kabur dari gue." Shizuka tersenyum tipis. Sorot matanya tajam seperti biasa, namun tidak terlihat marah atau ngambek.
Revan ikut tersenyum tipis. Kebetulan sekali bala bantuan yang paling dibutuhkan, datang dengan sendirinya.
"Kebetulan, ada yang mau gue tanya ke elo."
Shizuka mengangguk santai. Walau sebenarnya hatinya agak deg-degan. Mengira Revan ingin menanyakan perasaannya. Tapi ternyata...
"Lo sama Rido kan panitia festival waktu itu. Lo dapet makan nggak?"
Shizuka reflek memutar bola matanya. Yaelah ternyata mau nanyain itu! Begitulah rutukan kekecewaan Shizuka.
"Dapet kok. Gue dapet snack gitu sama nasi bungkus."
Hmm, Mona jujur. Begitulah batin Revan.
"Isi snack nya apaan?"