Episode Sebelumnya : Shizuka mendapat telepon dari orang yang palimg ingin ia lupakan, orang yang menorehkan luka dan trauma dalam di hidupnya, Izantyo Fernandes! Shizuka, cewek yang terkenal cewek terkuat se-Bandung raya tiada banding ini, mendadak menjadi cewek paling lemah di dunia dengan tubuh gemetar sampai tak bisa berkata-kata. Sahabat-sahabat Shizuka menyadari alarm super berbahaya dari telepon Izan, dan memutuskan untuk lebih menjaga Shizuka. Namun, kedatangan Sania sebagai klien kasus dan keputusan Revan menerima kasus Sania, membuat Yukio dan Rido berang.
************
Adu mulut yang terjadi antara Revan vs Rido dan Yukio sepertinya tidak akan pernah padam. Soalnya, Rido dan Yukio masih tidak setuju Revan menerima kasus Sania. Padahal Shizuka sudah bilang sampai mulutnya capek soal kemungkinan maksud Revan. Revan juga sudah menjelaskan ke mereka dengan sabar. Kesabaran Revan tuh diacungi jempol banget deh! Sayangnya Yukio dan Rido memang bebal! Susaaah plus bandeel banget!
“GUE NGGAK PERCAYA, SHI! DIA INI NIH! SI MUKA DINGIN INI, PASTI MAU CARI MUKA AJA!” Begitulah sanggahan Yukio saat Shizuka dengan lembutnya memberitahu alasan Revan berbuat begini. Telunjuk Yukio masih menunjuk-nunjuk tajam ke arah Revan.
“Iya bener, Ki! Gue nggak nyangka aja, ketua kita nggak becus kayak gini! Gila! Nggak tau apa masalah di depan kita!? Kasian kan Shizuka! Rugi banget gue dukung lo pas pemilihan ketua geng! ” Rido juga ikut-ikutan mengomel.
Revan hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menepuk wajahnya. Harus berapa juta kali sih bilang kalau tujuannya menerima kasus Sania tuh supaya mereka tetap dalam pengawasannya dan tidak ada yang coba-coba nekat melawan sendirian? Yukio dan Rido memang sepaket manusia yang paling bahaya dan memungkinkan buat cari bahaya!
“Kalian berdua...”
“Yukio, Rido. Gue aja yang punya masalah sama Izan, santai aja kok. Bener kok kata Revan. Gue bisa melindungi diri sendiri.”
Revan yang tadinya ingin bilang alasan yang sama seperti kemaren-kemaren, jadi terdiam dan menoleh ke arah Shizuka. Ia tahu Shizuka pasti bermaksud membelanya. Kata-kata Shizuka plus senyum bidadarinya, sukses lah bikin Yukio dan Rido akhirnya diam. Iya dong! Mana mau mereka kena bogem mentah Shizuka, kalau berani melawannya?
“Besok tanggal merah, kan? Gue udah bikin janji sama Sania buat nyelidikin tiga tempat yang jadi tempat terakhir dia sama pacarnya. Mau nggak mau kalian harus ikut dan jangan ada yang telat.”
Yukio dan Rido langsung beranjak dari duduknya dengan kesal lalu pergi meninggalkan Revan. Mira dan Rita jadi ikut pergi mengejar mereka berdua. Revan mengacak-acak rambutnya. Merasa gagal karena sudah bikin retak persahabatan geng Yakuza van Java. Sejak ada kasus Sania, Revan merasa grup ini seperti pecah jadi dua kubu. Kita sahabat, kan? Kalian juga yang milih gue jadi ketua. Gue baru tau susahnya jadi ketua. Gue harus gimana? Gue....
Puk!
Revan menoleh kaget ke belakang. Shizuka? Cewek berambut ikal panjang itu sedang tersenyum manis sambil menepuk-nepuk keras pundak Revan.
“Hahaha... Apaan sih, Van? Muka lo kusut kayak benang layangan gitu? Kayak bukan Revan tau!”
Revan merasa semangatnya kembali saat melihat senyum Shizuka. Shizuka beneran cewek tegar di mata Revan. Ya! Masih ada Shizuka yang percaya padanya. Semangat! Ia berdiri lalu mengambil tasnya dan keluar dari atap sekolah sambil menggandeng tangan Shizuka. Waah! Hati Shizuka berbunga-bunga. Saking berbunga-bunga bahagianya sampai instingnya absen tidak memberikan sinyal bahaya seperti biasanya. Ternyata daritadi mereka semua diawasi oleh seorang berjaket biru langit, bercadar dan bertopi. Orang tersebut mengambil hp nya saat mereka berdua sudah jauh dari pandangannya.
“Bos. Sesuai rencana, plan A berhasil.”
Tak lama setelah itu, terdengar suara tawa senang dan menyuruhnya untuk kembali ke mobil. Orang berkacamata hitam itu mematikan sambungan teleponnya lalu menatap sinis gerbang sekolah di depannya.
“Kalian semua bakal tamat. Bos Izan yang sekarang pasti bisa ngalahin lo.” Setelah bicara begitu, orang itu langsung beranjak dari pohon beringin. Tempat dia sembunyi mengawasi Yakuza van Java sampai mereka keluar dari gerbang sekolah.
Selasa, pukul 10.30
Tap. Tap. Tap. Shizuka menghentakkan kakinya dengan wajah cemberut. Revan dan Sania sudah datang sejak sejam yang lalu. Jadi sekarang tinggal menunggu Rita, Rido, Yukio dan Mira. Yah, Shizuka sudah tahu sih kalau mereka berempat pasti bakalan telat. Apalagi Yukio dan Rido yang menentang banget rencana Revan. Sudah pasti kecil kemungkinan mereka berdua bakalan datang. Fiuuh! Shizuka cuma bisa menghela napas. Mata cokelat beningnya ia arahkan ke sosok Revan yang sedang nyender di gerbang rumah sambil melipat tangan depan dada. Hmm....senyum tipis terukir di bibir tipisnya. Kagum banget dengan kesabaran Revan. Semoga saja perpecahan di geng Yakuza van Java ini cepat....
“Maaf, Shi! Hhhh...hhhh....tadi macet....” Repetan permohonan maaf Rita sukses banget memangkas harapan hati Shizuka. Mata Shizuka yang tadinya menatap Revan, kini beralih ke sosok imut berkuncir dua di depannya yang sedang ngos-ngosan mengatur napas. Wajah Mira yang juga penuh keringat karena habis berlari, ia arahkan ke cewek berambut lurus yang sedang berdiri di sebelah Revan. Sania—si cewek berambut panjang itu tersenyum, tapi....kok rasanya senyumnya itu sangat tidak tulus banget ya? Mira sampai mengucek matanya, dan...sekarang Sania sedang mengobrol dengan Revan. Lha? Apa salah liat ya?
“Lho, Ra? Ta? Rido sama Yukio?”
Mereka berdua saling pandang mendengar pertanyaan Shizuka, lalu menghela napas. Sebenarnya alasan mereka berdua telat, karena mati-matian menyuruh Rido dan Yukio untuk ikut. Tapi mereka yang memang satu dua soal sifat dan pemikiran, tentu saja tidak bakalan sudi ikut. Tidak perlu dibilang pun, sepertinya Shizuka sudah mengerti saat melihat raut wajah kusut Mira dan Rita. Revan sih sepertinya cuek-cuek saja, tuh duo kepala batu tidak ada. Mungkin sudah menduga mereka tidak bakalan mau datang. Karena tidak ada Yukio, akhirnya Shizuka terpaksa meminta Shiratori san untuk menyetir mobil.