Cerita Sebelumnya : Ternyata Sania murid palsu SMA Widya Harapan yang diperintah Izan untuk mengawasi geng Yakuza van Java! Rasa terkejut Revan dan Rido pun belum sempat mereka ungkapkan, karena Sania sudah keburu menyerang mereka berdua dengan stunt gun. Meninggalkan Shizuka sendirian melawan para berandalan bawahan Izan, dan Rita yang kini sedang disandera Sania. Selama Sania menyandera Rita, mata Rita menangkap ekspresi kekhawatiran Sania menonton duel maut Shizuka vs Izan. Masih tidak habis pikir, kenapa Izan harus melakukan hal ini demi cewek monster itu?
***********
Dua minggu lalu.....
Sania yang bekerja sebagai pelayan kafe, senang sekali saat melihat Izan mendatangi kafe tempatnya bekerja. Sania langsung minta izin bosnya untuk bertemu dengannya. Tentu saja dengan bilang ingin bertemu dengan kakaknya yang kebetulan mengunjungi kafe. Sudah mengantongi izin legal dari sang Manajer, Sania membuatkan Cappuchino sesuai pesanan Izan dengan hati riang. Saat ia mengantarkan Cappuchino itu ke meja Izan, cowok berpenampilan acak-acakan itu kaget melihat Sania.
“Yo! Udah lama ya nggak ketemu! Kemana aja nih?” Sania ceria banget ambil duduk di depan Izan. Izan terlihat senang banget bertemu dengan teman masa kecilnya itu. Cappuchino nya pun sampai ia teguk habis!
“Gue... abis dari penjara. Gue dipenjara tau.” Izan dengan santainya meletakkan cangkir ke meja. Sania kaget bukan main sampai hampir saja menjerit saking kagetnya. Tapi Izan langsung meletakkan telunjuknya di bibir Sania yang membuat wajah cewek itu memerah menahan malu, sambil membekap mulutnya sendiri. Ya. Sania, Rizal dan Izan adalah teman masa kecil saat SD. Rumah mereka berdekatan jadi mereka sering bermain bersama. Sania tahu kalau dari kecil, Izan memang terkenal pemberani dan kuat. Dia sering menyelamatkan dirinya dan Rizal dari ancaman anak-anak komplek yang lebih besar darinya.
“Iya, San. Biasa, gue terlibat geng jadinya yaah dipenjara. Cuman bentar kok. Setahun.”
Sania manggut-manggut tak bisa berkata-kata. Sedih juga sih melihat Izan yang dulu di matanya tuh seorang superhero kecil, eeh sekarang malah terlihat seperti preman pasar. Kecewa-patah hati-sedih. Izan juga cinta pertama dan tidak akan pernah tergantikan di hati Sania. Yaah, walaupun ia sendiri tidak pernah mengungkapkan ke orangnya langsung.
“San, kebetulan gue ketemu lo disini. Gue emang lagi cari orang buat bantuin gue.”
“Wah? Bantuin apa? Gue mau kok bantuin elo!”
Ya! Ini kesempatan baginya untuk membalas semua kebaikannya di waktu kecil. Izan membisikkan rencananya pada Sania. Wajah Sania yang tadinya sumringah, mendadak jadi datar saat tahu tugas yang dimintanya.
“Kenapa?”
“Zan, gue kan udah tua. Udah dua puluh tahun, lho. Masa jadi murid SMA? Yaah~ pasti ketahuan dong.”
“Nggak. Dengan wajah lo yang begini, menurut gue mereka nggak bakal curiga. Gue udah selidikin sekolah itu dan pengawasannya tuh lemah. Lo bisa nyusup disana cukup berpakaian seragam sekolah sana aja. Nih, udah gue bawain. Sekalian sama kartu siswanya.” Izan menyerahkan kantong plastik berisi seragam hari Senin SMA Widya Harapan berikut atributnya. Sania memandang kresek itu lalu gantian memandang Izan. Masih ragu sih tapi... demi Izan! Ya, apapun akan dilakukan demi Izan yang sudah banyak menolongnya dari pembulian di masa kecil dulu!
“Ya, udah deh, boleh. Gue bakal izin cuti ke Manajer.”
“Thanks, ya. Oia. Hati-hati sama cewek berambut panjang dan berwajah oriental. Instingnya tajam. Lo... harus bisa berakting senatural mungkin.”
********
BRUAAAK! Nostalgia Sania mendadak hilang saat melihat Izan terhempas membentur tumpukan kotak-kotak kayu. Matanya kini menatap tajam dan sebal ke arah Shizuka yang terus berjalan mendekatinya dan menghajar Izan bertubi-tubi. Sania sampai melotot ketakutan. Shizuka seperti kesetanan! Beda banget dengan saat pertama kali ia melihatnya di atap sekolah!
“Tadi, dia nyebut ‘Poinem’ sih. Izan tuh benar-benar serius pengen ngalahin Shizuka. Dari SMP dia emang udah begitu.”
“HEH! Gue bilang lo nggak usah...”
“Kamu khawatir kan sama Izan?”
“Hah?”
“Aku juga. Aku juga khawatir sama Shizuka. Shizuka udah lepas kontrol gitu melawan Izan. Aku juga kasian sama Revan, Mira, Yukio dan Rido... karena itu....”