Kyoto, pukul 22.00
Yukio langsung masuk ke dalam setelah puas bersantai minum coklat panas di balkon apartemennya. Ia buru-buru menutup pintu geser kaca kamarnya sambil menepuk-nepuk lengan dan membuang napas ke arah kedua telapak tangannya. Rintik-rintik salju yang menusuk kulit karena musim dingin yang sedang menyelimuti Kyoto, bikin Yukio tidak bisa bertahan di luar lama-lama. Ia menyalakan lampu belajarnya lalu tangannya meraih pigura bergambar foto kelulusannya saat SMA bersama geng Yakuza van Java. Yukio jadi senyam-senyum sendiri memandang potret dirinya yang berwajah aduhai nyolotnya gara-gara pipinya dicubit Mira.

“Cubitan Mira... masih kerasa tuh sakitnya....” Yukio memegangi pipinya dengan mata tetap tertuju pada sosok Mira di foto yang merentangkan kedua jari tangan kanannya dengan wajah sangat cerah. Posenya ceria banget serasa puas mencubit pipinya. Tung! Yukio buru-buru menaruh pigura ke tempatnya semula karena tiba-tiba terdengar bunyi dari laptopnya. Matanya langsung menatap layar laptop yang ternyata masih menampilkan Facebook. Deg! Jantungnya serasa jogging plus sit up- push up mendadak. Ada chat dari Mira. Padahal sahabat sejak kecilnya itu cuma menanyakan kabar, tapi entah kenapa hatinya serasa berbunga-bunga. Wajahnya pun tanpa ia sadari mengukir senyum bahagia. Sayangnya, Yukio yang gengsinya segede gajah bengkak cuma bisa mengetik kata-kata ledekan untuk membalas chat Mira. Untuk mengalihkan hatinya yang saat ini sedang gempa skala seratus saking senangnya menerima chat Mira, ia membalikkan badan dan memandang koper-kopernya. Besok pagi ia harus naik Shinkansen menuju Chiba untuk ke bandara Narita. Tung! Lagi-lagi laptopnya berbunyi dan seketika itu senyum bahagianya berubah jadi senyum cengengesan ala anak usil. Kata-kata kemarahan Mira yang merespon ejekannya, bikin ia semakin tidak sabar ingin bertemu dan membuat cewek galak itu jantungan dengan kedatangannya. Ya, Yukio memang sengaja tidak memberitahu tanggal kedatangannya ke Indonesia, walau Mira sudah berjuta kali menanyakannya. Ia langsung menutup akun Facebook-nya setelah membalas ‘udah ya mau bobok’ ke Mira, dan setelah itu mematikan laptop. Yukio buru-buru naik ke tempat tidur, menarik selimut sampai menutup seluruh tubuhnya. Bukan karena suhu udara di Kyoto yang sampai minus tiga derajat, tapi karena dirinya sudah tidak sabar ingin menyambut hari esok.