Fakultas Hukum Universitas Indonesia, pukul 13.30
“Ada yang tahu bedanya hukum pidana dan hukum perdata?” Seorang bapak agak ceking dengan rambut tipis yang beruban, tiba-tiba mengajukan pertanyaan setelah daritadi beliau menjelaskan materi barunya yang panjang lebar selebar jalan layang. Gara-gara pertanyaan beliau, mahasiswa-mahasiswa yang tadi sedang asik mengobrol, pacaran, main hape, baca novel yang disembunyikan dibalik buku cetak, dan bahkan tidur pun langsung pada balik lagi ke ‘alam’ mata kuliah Sejarah Hukum Indonesia. Parahnya lagi, pertanyaan Pak Adi—dosen yang sudah lanjut usia itu cuma direspon saling sikut, menunduk atau bahkan mengunci mulut mereka pakai gembok lapis baja saking tidak mau menjawab. Di tengah keheningan dan suasana kelas yang sepi layaknya kuburan di tengah malam, tiba-tiba seorang cowok berkulit putih dengan kacamata minus yang membingkai wajah kerennya, mengangkat tangan. Sukses besar bikin si cowok jadi artis mendadak gara-gara semua mata tertuju padanya, tak terkecuali Pak Adi.
“Ya, Revan?” Mungkin Pak Adi saking bosennya yang jawab cowok itu ituuu saja, sampai beliau hafal namanya. Tapi sebagai seorang dosen, Pak Adi merasa harus menghargai muridnya yang punya kemauan belajar. Yaah meskipun sepertinya sih cuma cowok itu saja yang terlihat punya semangat.

“Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan yang dilarang undang-undang, sedangkan hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara penduduk sehari-hari seperti misalnya perkawinan, perceraian dan lain sebagainya.” Jawaban tegas dan lugas Revan, disambut rasa kagum Pak Adi dan mahasiswa lainnya yang ikut mata kuliah beliau. Sudah pasti, para mahasiswi pun jadi tambah kepincut dengan Revan yang sudah terkenal pintar dan ganteng se-kampus.
“Ya, benar sekali Revan.” Respon Pak Adi langsung disambut tepukan tangan dari mahasiswa lain. Tapi sayangnya, Revan tidak menggubris apresiasi pujian dari teman-teman mahasiswa. Matanya teruuus saja melototin jam tangan yang sekarang sudah menunjukkan pukul dua lebih sepuluh. Wajahnya terlihat gusar bagaikan sedang menunggu malaikat mencabut nyawanya.