Revan akhirnya tiba tepat pukul tiga sore di depan gerbang SMA Widya Harapan yang sepi. Rasa rindu dan kangen yang sudah menggunung tak tertahankan, membuat Revan dengan cepat melangkah masuk ke gedung sekolah setelah memarkirkan motornya. Saat Revan keliling melewati kelas demi kelas dan beberapa ruang klub, banyak juga adik-adik kelas yang menyapanya. Oh, ternyata Yakuza van Java memang masih dikenang seluruh warga SMA Widya Harapan! Kakinya terus melangkah meniti anak tangga demi anak tangga sampai akhirnya langkahnya berhenti di depan sebuah pintu berwarna abu usang. Warnanya masih sama dengan pintu atap sekolah setahun lalu. Hmm... Mang Asep kayaknya lupa, sampai setahun dibiarkan lumutan begini. Begitulah pikir Revan sambil tersenyum tipis. Revan tidak perlu jadi ahli spiritual atau dukun sembur untuk tahu keberadaan teman-teman Yakuza van Java. Karena begitu ia membuka pintu, sudah ada lima orang yang sedang berdiri membelakanginya. Mata Revan berbinar-binar bahagia. Rasa kangennya sudah semakin tidak bisa dibendung begitu melihat mereka. Ia melangkah pelan hendak mendekati mereka. Tapi....
“Lo telat sepuluh menit, Van!” Suara Shizuka yang masih saja tegas seperti saat SMA dulu, bikin Revan reflek berhenti melangkah. Ia melihat jam tangannya lalu wajahnya yang tadi sumringah mendadak berubah lesu.
“So... sori, Shi. Gue....”
“Alaaa! Nggak usah ngeles deh! Gue tau dia pasti telat karena abis main cewek tuh!” Suara ngebass nyebelin Yukio, masih saja bikin kuping Revan panas. Ternyata walau sudah setahun tidak ketemu, Yukio masih antipati saja terhadap dirinya! Saat Revan ingin membantah kata-kata ngasal Yukio barusan, eeeh si Rido sudah main potong main serobot saja untuk angkat bicara.
“Nggak lah, Ki. Kalo menurut gue nih, kayaknya si Revan tuh abis dimarahin nyokap. Dulu kan sering banget tuh urusan sama nyokapnya. Hihihihi....”
“Heh! Kalian jangan ngomong gitu dong! Revan tuh cowok baek-baek! Nggak kayak kalian, bego semua! Kalian tuh bisa lulus SMA juga pasti mukjizat Allah buat kalian, tauuu!” Orang yang bisa bilang kata-kata pedas sepedas sambel uleg Bu Tukiyem—tukang gado-gado geledek sekolah sih yaa cuma Mira jagonya.
“Hihihi... Mira jangan gitu, dong. Kan kasian Rido sama Yukio.”
Revan cuma bisa diam bengong sampai Rita selesai bicara barusan. Sudah mah tadi ditegur Shizuka gara-gara telat, eeh sekarang malah diacuhkan. Parahnya lagi, orang sedang kangen ingin cerita-cerita, ingin peluk, melepas rindu yang sudah menjalar sampai ubun-ubun ini, eeh mereka malah berdiri membelakanginya. Nah! Sekarang mereka sudah tidak bicara lagi. Yaah, walaupun angin sore yang semilir masih tetap berhembus dengan lembutnya. Tapi, pikir Revan sekaranglah saatnya untuk memuntahkan semua kekesalan soal kelakuan ‘aneh’ mereka ini.
“Kalian tuh, ya bisa nggak....”
