“Permisi, Pak. Ada apa, ya?”
“Ieu, Teh. Aya urang nu ditusuk!” Bapak berpeci itu berbicara dengan bahasa Sunda. Shizuka terkejut. Memang sih ia tidak begitu mengerti seratus persen dengan apa yang dibilang bapak tadi. Tapi dengar kata ‘ditusuk’, Shizuka langsung menyeruak diantara kerumunan orang. Hatinya berharap bukan salah satu sahabatnya yang kena tusuk. Sayang, harapannya tidak terkabul. Shizuka langsung jatuh terduduk lemas melihat gadis berkuncir dua itu sudah terkapar dengan banyak darah. Shizuka langsung meraih pergelangan tangannya. Bagus! Masih hidup! Di saat hatinya sedang kalut dan galau begini, tiba-tiba hp nya berbunyi.
“AHO KA YO TEMEE WA?! ITTAI NANI GA HOSHII NO YO?! RITA NI NANI WO YATTANDA?! BAKA! AHOOO!”[1] Shizuka ngamuk-ngamuk bagai macan baru dilepas dari kandang, begitu mengangkat telepon dari Izan. Membuat orang-orang yang berkerumun tadi langsung pada kabur.
“Weeiiiss! Hebat juga lo bisa tau ini gue. Gue nggak ngerti lo ngomong apaan, tapi reaksi marah lo bagus juga. Kalo lo nggak mau jatuh korban lagi, cepet dateng ke markas gue.”
“HEH! LO GILA ATAU NGGAK PUNYA HATI, SIH? GUE MAU NGANTERIN RITA KE RUMAH SAKIT! GUE NGGAK ADA WAKTU BUAT NGELADENIN LO!”
“O-oh, jangan ngamuk gitu, dong. Nanti boneka gue jadi nggak cantik lagi. Ya, udah nggak pa-pa. Tapi….sisanya tinggal satu orang lagi, lho. Lo tau kan…”
Nana! Matanya seketika itu membulat dan hatinya jadi makin galau memikirkan Nana—sahabatnya yang paling lemah itu.
“Oke! Oke! Gue datang.” Shizuka akhirnya menyerah. Apa boleh buat!
“Oke, lo bisa lihat di sekitar tempat lo sekarang ada cowok berbaju hijau yang daritadi ngeliatin lo? Nah, lo ikutin dia aja.”
Shizuka menoleh ke belakang, ke kiri dan ke kanan. Ketemu! Matanya tajam melihat cowok tinggi kurus di bawah pohon, yang sepertinya sudah daritadi mengawasi dari kejauhan.
“Oke, tapi gue mau bawa Rita ke supir gue dulu biar diantar ke rumah sakit. Gue mohon!”
“Wah wah, nyantai. Gue masih baik hati, kok. Tenang aja, lo boleh bawa Rita ke mobil. Tapi…jangan macem-macem!”
Dengan sigap dan cekatan, Shizuka membopong Rita menuju mobilnya.
“Shiratori san! Hayaku byouin he [2]…” nada bicara Shizuka panik banget sambil membaringkan Rita di jok belakang. Tanpa banyak tanya dan bingung lagi, Shiratori san langsung tancap gas setelah Shizuka menutup pintu mobil.
“Oke, gue lagi ngikutin cowok itu sekarang.” Shizuka mengambil hp dari kantong jaket yang ternyata sambungannya belum terputus.
“Bagus, bagus. Oke, sampai ketemu nanti, Sayang.”
Ih! Shizuka mendengus kesal memandang layar hpnya. Sayang sayang pala lo peyang! Shizuka buru-buru memasukkan hp androidnya ke kantong jaket, kemudian berjalan sembari menjaga matanya agar tak kehilangan jejak si cowok berbaju hijau tersebut. Setelah sekian lama berjalan, akhirnya cowok itu masuk ke rumah yang sepertinya sudah lama tak ditinggali. Buktinya, banyak sekali ilalang-ilalang tinggi di halaman rumah. Cat berwarna hijau di temboknya pun sudah mengelupas sana-sini. Shizuka dengan mantap dan tanpa rasa takut, masuk ke rumah itu. Saat ia masuk, tiba-tiba dari arah depan muncul dua orang kekar dengan membawa tongkat kayu hampir mengenai wajah Shizuka! Untungnya dengan cepat, Shizuka memukul kedua kayu tersebut sampai patah jadi dua, kemudian menghajar kedua orang itu sampai pingsan.
Plok! Plok! Plok! Plok! Dari arah belakang, terdengar tepukan tangan yang membuat Shizuka reflek berbalik sampai topi pet merah nya jatuh. Begitu melihat siapa yang ada di belakangnya, wajahnya langsung mengeras menahan marah.
“Oh, tenang tenang! Lo udah buat keputusan yang tepat, kok.” Plok! Plok! Izan menepuk tangannya lagi yang kali ini lebih keras dan cepat. Seketika itu, cowok berbaju hijau tadi dan sekitar tiga puluh orang berbadan binaraga, berkumpul sambil cengengesan jahat. Shizuka melihat ke arah mereka semua sambil menghela napas panjang.
“Zan, sampe kapan sih lo mau begini? Kata Rido lo cuman pengen bikin gue susah?”
Lho? Muka Izan entah kenapa langsung merah padam. Jantung mendadak degap-degup melebihi batas normal. Cewek ini....bisa ya bikin gue jantungan begini?! Begitulah batin Izan.
“Di…Diem lo! Emangnya lo bisa ngelawan prajurit-prajurit gue, ha? HAHAHA…”
“Mau taruhan?” Tawar Shizuka tanpa terlihat rasa takut sedikit pun di wajahnya. Sukses besar bikin Izan berhenti tertawa lebar.
“A.....apa?”
“Gue tadi bilang mau taruhan?” Shizuka santai banget mengulang perkataannya. Bahkan sempat-sempatnya mengikat rambut panjangnya lho!
“LO NGEREMEHIN GUE, YA? HA?!”
“Gue sama sekali nggak ngeremehin lo, Zan. Justru, gue yang secara berada di atas lo, ngehargain lo yang bener-bener berusaha buat ngejatuhin gue. Gimana? Lo takut?”
Salah satu orang berbadan kekar hampir saja maju hendak meninju Shizuka. Tapi tangan Izan langsung teracungkan di depannya, membuat cowok itu kembali ke tempatnya.
“Oke. Kalo lo bisa ngalahin ke tiga puluh orang ini sendirian, gue bakal bebasin satu orang temen lo yang sekarang lagi jadi sandera gue. Sekarang ini dia lagi nungguin lo di tempat temen lo tadi ditusuk. Dan disana masih ada orang-orang gue. Tenang aja, dia nggak sadar kok.” Izan berjalan pelan mendekati Shizuka. Telunjuknya mengangkat dagu kecil Shizuka.
“Lo tau nggak? Hari ini lo cantik banget. Gimana kalo kita…”
Plak! Shizuka memukul wajah Izan sambil menepis kasar telunjuk Izan dari dagunya.
“Gue nggak bakal pernah sudi dipuji sama lo. Dasar cowok mesum.” Kata Shizuka tegas dan tajam.
“CEWEK SIALAAAN! HEI, KALIAN! HAJAR DIA!”
Dengan senjata teracung ke atas, orang-orang itu berlari menghampiri Shizuka dengan muka seperti ingin melumatkannya sampai hancur.
“Izan, gue udah pernah bilang, kan? Cara yang sama nggak bakal bikin seseorang kalah, malah tambah kuat. Kalo gue kalah, gue bakal nunjukkin wajah penuh air mata gue!” Shizuka teriak-teriak sambil menghajar orang-orang kekar itu dengan susah payah sendirian. Walaupun wajah Shizuka yang cantik sudah kotor dan ada sedikit lebam di tangan, Shizuka akhirnya berhasil menyisakan satu orang berbaju hijau nan cungkring. Ditatap tajam oleh Shizuka, tuh cowok malah ngibrit menghampiri Izan. Izan dengan senyum menyeringainya melangkah mendekati Shizuka.
“Sayang sekali, taruhan kita kayaknya gue yang menang.” Izan menatap Shizuka sambil membenamkan kedua tangan ke dalam saku jaket Puma hitamnya.
“B...B…Bos. Dia ini cewek kuat lho. Dia bisa numbangin preman kelas pro cuman sendirian doang! Bos.....”
“Berisik, lo Zal! Lo cukup liat aja dan jangan halangin gue!” Seru Izan sambil mendorong Rizal—si cowok berbaju hijau itu sampai jatuh. Izan memandang Shizuka dari atas sampai bawah. Puas banget melihat hasil kerja preman-preman kelas pro kenalannya. Sedikit lebam di tangan dan kaki Shizuka sudah cukup bikin Izan puas.
“Wow! Lo sendiri? Seriusan lo sendiri? Oke, gue terima.”
Izan sempat kaget banget mendengar kata-kata Shizuka tadi, tapi kemudian ia tersenyum. Rizal cuma bisa bengong melihat adegan berantem mereka yang....luar biasa! BRUG! Tiba-tiba Izan jatuh terduduk di samping Rizal, saat kakinya kena tendang Shizuka. Rizal melihat muka bos nya sudah penuh luka dan darah di sana-sini. Dengan susah payah, Izan berdiri sambil menghapus darah di sudut bibirnya.
“Wow! Lo yang sekarang beda banget ya sama lo yang dulu, waktu gue hajar pertama kali. Lo mau minta ampun sama gue kayak waktu itu? Hm?” Shizuka menyindir sambil melemaskan lehernya.
“Gue belum kalah! HYAAAA!” Izan mendatangi Shizuka dengan sempoyongan sambil mengacungkan bogemnya. Shizuka tersenyum manis sekali ke arah Izan, lalu berlari dengan gaya yang sama dengan Izan. BUG! Rizal melihat adegan saling tonjok yang terhenti sesaat itu dengan pandangan kagum, dan....Izan tumbang! Ternyata kepalan tangan Shizuka tepat mengenai wajah Izan, sedangkan kepalan tangan Izan cuma menyerempet telinga Shizuka. Shizuka melepaskan ikatan rambutnya dan membiarkan rambut sebatas dadanya tergerai indah. Shizuka menunduk melihat Izan sedang merem-melek menahan sakit. Shizuka juga menatap Rizal yang bikin tuh cowok mundur selangkah saking takutnya. Shizuka melangkah melewati Izan yang terkapar, maksudnya sih ingin cepat pergi dari tempat ini. Tapi tangan Izan yang menahan kaki kanan Shizuka, bikin cewek cantik itu menoleh kaget ke Izan.
“Ke….kenapa….kenapa. Pa…padahal lo cewek tapi…kenapa gue….gue selalu…”
Shizuka menatap Izan dengan mata tajam, lalu berjongkok. Jari-jari putih mulusnya sedang berusaha melepaskan jari-jari Izan dari mata kakinya.
“Karena lo jahat itu aja. Lo nggak pernah liat film superhero, ya? Siapapun orangnya, yang baik selalu menang lawan yang jahat.”
“Ha...hah?! Si…siapa..yang percaya…film anak…”
“Makanya gue bilang lo tuh bukan manusia! Emangnya lo nggak bisa mikir dikit, kalo semua yang lo lakuin ini bikin susah orang lain?” Shizuka mengeluarkan obat merah, kapas, dan plester dari kotak P3K mini yang selalu ia bawa kemana-mana dari tas kecilnya.
“Ma…mau apa, lo? Jangan bilang lo mau…”
“Udah, nggak usah banyak omong. Gue begini karena gue manusia. Punya sisi kemanusiaan berlebihan kayak gini nyusahin juga, tau. Gue jadi nggak tega liat lo babak belur begini, tapi gue nggak nolong.” Shizuka menaruh kapas yang sudah dilumuri obat luka ke wajah Izan, lalu setelah itu merekatkan plester di bagian yang luka kecil. Rizal terpaku diam. Mendengar Shizuka bicara begitu dan melihat kebaikannya yang tetap menolong Izan, Rizal sadar kalau penilaiannya soal Shizuka selama ini sudah salah.
“Ma…makasih, ya.”
“He…hei…Rizal…lo nggak u..usah…ngucapin ma..makasih segala..lo mau gue…”
PLAK! Shizuka menepis tangan Izan yang sedang menggapai-gapai kaki Rizal.
“Lo nggak usah banyak gerak dulu, deh! Temen lo ini beda sama lo! Dia masih manusia. Mending lo diem dan pikir kesalahan lo!” Shizuka berdiri lalu berjalan pelan.
“I...inget, lo. Walaupun lo berbaik hati sama gue, nggak semudah itu lo bisa kabur dari neraka gue. Lo masih…”
Shizuka mengambil topi pet nya yang tadi jatuh dan pergi meninggalkan mereka, seolah tidak mendengar perkataan Izan tadi. Malas juga sih didengarnya.
Dengan susah payah menahan rasa sakit, akhirnya Shizuka tiba di tempat janjian. Dia segera mempercepat langkahnya begitu melihat Nana yang ternyata sedang bersama Rido.
“Y..yo…” Shizuka menepuk bahu mereka berdua sambil menunduk dibalik topinya.