Keesokan harinya seperti biasa, Mira yang rumahnya dekat dari sekolah, berjalan santai sambil membawa tas jinjing berisi seragam klub basket. Hari ini bakal ada latihan basket tambahan, makanya ia berangkat lebih pagi. Duh, hari ini full banget lah. Sore lagi deh pulangnya. Mira mendesah membayangkan segudang menu latihan dari pelatihnya. Baru saja beberapa langkah berjalan, tiba-tiba langkah Mira berhenti. Matanya melihat sebuah mobil super mewah berwarna hitam berhenti jauh di depannya. Hah?! Mira kaget banget melihat Shizuka keluar dari mobil mewah itu. Ternyata Shizuka anak orang super kaya toh?!
Mira buru-buru menepis pikiran tidak jelas dan tidak bergunanya tadi. Tapi, baru saja tangannya naik setengah tiang mau menyapa, eh buru-buru diturunkan lagi. Ada rasa malu juga kalau nanti Shizuka tidak membalas sapaannya. Takut dong! Kalau orang-orang di sekitarnya menganggapnya orang gila dadakan? Hii! Nggak mauu! Akhirnya, Mira memutuskan untuk mengikutinya dari belakang saja. Pikirnya, mungkin saja dia sadar kalau diikuti. Mira baru sadar kalau arah Shizuka berjalan, semakin jauh dari rute sekolah. Bikin Mira makin memantapkan langkahnya untuk ngintilin Shizuka. Langkahnya berhenti lagi saat ia melihat Shizuka belok ke sebuah gang yang jelas-jelas bukan ke arah sekolah. Saat mengintip ke arah gang, mata Mira seketika itu membulat kaget. Dua orang preman berwajah sangar dan bertubuh kekar sedang berhadapan dengan Shizuka! Oh my God! Mau ngapain tuh orang sama Shizuka?!
"Wah!Wah! Cewek ini berani juga nerima tantangan kita!" cowok berkaos singlet dan celana kargo cengengesan dengan muka menyebalkan. Cengengesannya diamini tawa cowok berkaos oblong dan berjaket.
"Hei, nak. Lo mau sekolah apa mau sok kuat? Dasi lo tuh! Nggak bisa pake dasi ya? Sini, biar abang ajarin cara pake...."
DUAG! Sebuah pukulan keras tepat mengenai dagu cowok berkaos oblong itu, yang membuatnya jatuh terduduk menahan sakit.
"Gue males denger ocehan lo. Lo! Sini!"
"KURANG AJAR!" cowok berkaos singlet melayangkan kepalan tangannya. Tapi dengan cepat Shizuka menghindar dan menendang tulang kering tuh preman hingga jatuh terduduk.
Mata Mira terpaku pada cowok berkaus oblong yang tadi dihajar Shizuka pertama kali. Ia tersenyum menyeringai ke arah Shizuka. Tanpa Shizuka sadari, dua orang preman tiba-tiba keluar dari persembunyiannya dibalik tembok sambil mengacungkan tongkat kayu. BUAK! Kedua preman itu tertawa, tapi begitu melihat siapa yang kena pukulan mereka, kedua preman itu terkejut. Shizuka yang berbalik melihatnya pun ikut terkejut.
"Hei! Ayo cepat kabur!" Preman yang membawa balok kayu langsung kabur sambil membopong kedua preman yang sudah kena hajar Shizuka. Shizuka masih dirundung rasa kaget sampai terdiam beberapa saat.
"Mi...Mira....doushite [1]..."
Mira cuma tersenyum dengan kepala masih mengeluarkan sedikit darah.
"Gue...nggak ngerti lo ngomong apa, Shi. Gue...cuman pengen nyelamatin lo doang sebagai...temen."
Wajah Shizuka yang tadinya mengeras, dengan cepat berubah datar seperti biasanya. Ia mengeluarkan kotak P3K mini dari tasnya lalu membalut kening Mira dengan perban yang sudah dikasih obat. Setelah selesai, ia melangkah pergi meninggalkan Mira.
"Shi! Kenapa sih lo nggak mau bicara sama gue? Kita kan udah duduk bareng, sekelas bareng dari kelas satu. Gue salah apa, Shi? Gue..."
"Mending lo nggak usah deket-deket gue. Gue benci denger kata 'temen'."
Mira terdiam. Dugaannya selama ini benar. Shizuka pasti punya kenangan buruk soal teman. Mira berusaha berdiri walau sempoyongan karena masih pusing kena pukulan tadi. Ia juga berusaha mengambil tas jinjing dan ranselnya.
"Lo...pasti punya kenangan buruk, ya soal temen?"