"SIAAAAAAAAAAAL! NERAKA APAAN? HAH?! SIAPA SIH IZAN ITU?! DENGERNYA AJA GUE SEBEL!" Yukio sampai meninju tembok di samping saking kesalnya. Bikin Revan menatap Yukio dengan raut heran.
"Yukio, lo SMP mana sih? Dia kan terkenal seantero Bandung." Wajar dong Revan bertanya begitu. Soalnya baru kali ini dengar ada manusia yang tidak tahu soal Izan. Secara, namanya tuh sudah melegenda sebagai cowok preman terkuat dan berpengaruh diantara siswa-siswa SMP dan SMA se-Bandung. Siapa saja yang dengar namanya, pasti cerita yang keluar tuh soal keganasan, kekejaman, kegilaan, dan kejahatan Izan sebagai preman sekolah terkenal.
"Gue nggak pernah denger yang gituan di SMP gue. Gue kan SMP nya di Jepang. Gue baru pindah pas SMA kelas satu, bro."
"Dia bener, Van. Dari SD sampe SMP emang tinggal di Jepang nih anak." Mira menambahkan sambil menoyor iseng kepala Yukio. Bikin yang ditoyor melotot ke arah Mira. Mira sih cuma ketawa-tawa iseng.
Ooh, Revan manggut-manggut mengerti. Kalau dilihat dari perawakannya, dia memang tidak terlihat seperti orang Indonesia biasa. Rambut cokelat gelap asli, kulit putih kekuningan khas Asia Timur, dan mata yang agak sipit. Revan baru menyadari ciri fisik Yukio yang seperti itu.
"Pokoknya dia orang yang jahat banget, Ki! Udah deh, lo dengerin aja penjelasan Revan dan jangan diinterupsi terus, oke?! Nanti sampe istirahat kelar nggak selesai-selesai lagi!" Mira lama-lama kesal juga dengan teman tengilnya ini. Soalnya ia sedang serius mendengarkan cerita Revan, si Yukio malah main putus main potong plus emosi segala! Ya, gimana Mira nggak kesel?
"Heh, Mira! Elo sendiri kan yang minta tolong sambil nangis-nangis ke gue? Kok sekarang malah ngacangin gue?! Dasar...."
Yukio tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat Mira memandangnya dengan wajah seram. Seperti merasakan aura dari Mira yang menyuruhnya untuk diam dan jangan banyak komen lagi. Hiii! Yukio begidik ngeri dan langsung merebut notes yang dipegang Revan. Tangannya sibuk membolak-balik kertas notes. Ia mengeluarkan hp nya, kemudian mengetik sesuatu sambil melihat notes itu.
"Makasih, ya." Setelah selesai, Yukio mengembalikan notes tersebut pada Revan. Mira dan Revan sampai bengong melihat tingkah Yukio yang tidak jelas itu. Tapi tak perlu lama-lama, karena mereka sadar waktu juga ikut berjalan.
"Nah, sekarang kalian punya ide kita mau gimana?"
"Hmmm...mending kita..."
"Ke rumah mereka bertiga." Potong Yukio yang sukses bikin Mira dan Revan menoleh ke arahnya. Yukio menunjukkan ponselnya.
"Tadi gue nyatet alamat dan nomer hp Nana, Rido dan Rita yang ditulis nih orang."
"Kita pergi sama-sama aja, Ra. Kalo menurut gue itu...."
"Nggak. Mending kita mencar aja." Potong Yukio.