Yakuza van Java

A.M.E chan
Chapter #15

When the Heart Trying to Get Out from the Death #4

Pukul 15.00 Rumah Rita

   Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan dari sekolah, akhirnya mereka bertiga sampai juga di depan sebuah rumah sederhana berpagar dan bertembok hijau.

   "Nggak salah lagi, ini rumah Rita." Revan melihat notesnya untuk mencocokan nomer rumah dengan catatannya.

   "Punteeen! Permisiiii! Peeermiiiiisiiiii!" Yukio tingak-tinguk sambil mengetuk-ngetuk gembok pagar. Huh! Berisiiik banget!

   "Heh! Nggak sopan teriak-teriak kayak neriakin maling aja! Kita ini nggak kenal sama nih orang, jadi harus sopan. Kita bukan mau ke rumah preman lho." Omelan Mira yang pedasnya bagaikan cabe, sukses bikin Yukio diam cemberut.

    "Tuh, ada bel. Gue pencet, ya." Revan memencet bel yang ada di sebelah pagar. Tak lama setelah itu, pintu depan terbuka.

     "Tuh, kan! Bel lebih ampuh daripada teriakan lo itu." Sindir Mira sambil cekikikan.

     "Berisik lu!" Wajah Yukio semakin kelihatan menekuk. Mira memang tidak pernah ngomong baik-baik padanya. Selaluu saja omelan, marah-marah dan sindiran yang didapat. Yaah, Yukio sih cuma bisa mengelus dada kalau sudah diperlakukan begitu.

     "Cari siapa, ya?" Ibu-ibu yang tadi buka pintu, merasa heran saat melihat tamunya ternyata tiga anak sekolahan.

     "Maaf, ini benar rumah Rita?" Tanya Mira.

    "Iya benar saya ibunya. Ada apa, ya? Seragam kalian kok beda sama Rita? Kalian siapa?" Busyeeet! Merepet amat dah pertanyaannya!

    "Saya temen SMP nya. Mereka, temen-temen SMA saya. Saya kesini mau ketemu Rita." Revan ngomong dengan sedikit bumbu bohong biar diijinin masuk.

    "Oh, temen SMP nya. Silakan! Silakan! Ayo, masuk." Benar saja, dengan ramah Ibunya Rita membuka gerendel pagar dan mempersilahkan masuk.

   "Sebentar, ya tante panggilin Rita dulu." Kata ibu Rita begitu mereka telah duduk di sofa ruang tamu. Yukio bisa lihat dengan jelas tuh ibu-ibu melirik centil ke arah Revan sebelum pergi.

   "Tuh tante-tante kayaknya kepincut sama lo deh, Van." Bisik Yukio sambil cengengesan iseng. Revan melirik sinis ke arah Yukio. Bukannya memikirkan rencana untuk mengungkap masa lalu Shizuka yang kelam, eeeh malah kurang kerjaan memperhatikan orang.

   "Yah, daripada lo. Sama nenek-nenek aja nggak laku."

    "Udah udah! Kalian berdua sama aja! Kekanak-kanakan!" Mira bisik-bisik dengan nada kesal. Tiba-tiba, cewek berkuncir dua muncul di depan mereka. Revan dan Yukio sampai tidak berhenti menatap cewek bernama Rita itu. I...imut banget. Kayak anak kecil! Be...beneran seumuran sama Shizuka ya? Mata Yukio sampai membulat memandang cewek manis itu.

    "Kalian....siapa, ya?" Rita duduk di sofa sambil pasang wajah bingung.

    "Kami temennya Shizuka. Shizuka Poinem. Lo kenal kan sama dia?" Kata Revan sambil tersenyum tipis. Yukio melirik sinis ke arah mata Rita yang berbinar-binar memandang Revan. Yaah, nih cewek imut kepincut juga sama Revan. Huh! Dasar cowok sialan! Tapi, wajah kesalnya seketika itu jadi menghilang saat melihat wajah cewek itu mendadak sedih mendengar nama Shizuka.

    "Iya, aku sahabatnya Shizuka waktu SMP." Kata Rita dengan muka sedih.

    "So...sori, Rita. Kami kesini nggak bermaksud bikin lo sedih tapi...gue...gue cuma pingin Shizuka lebih ceria. Gue yakin banget Shizuka bukan tipe orang..."

    "Ternyata Shizuka masih begitu, ya." Rita memotong repetan Mira.

    "Ma...masih? Maksud lo...dari dulu dia begitu?" Mata Yukio membulat.

    "Iya. Tepatnya sejak hari Rabu bulan Desember tiga tahun yang lalu." Wajah Rita makin sedih dan....butir-butir air mata mulai menggenang di matanya.

    "Sori, nih gue nggak ada maksud bikin lo sedih. Tapi, bisa lo ceritain sedikit gimana Shizuka waktu SMP?" Wah, Revan mintanya blak-blakan banget tanpa intro dulu! Mira sampai memberikan isyarat kepada Revan dengan menepuk bahunya. Mira kasihan melihat wajah sedih Rita. Tapi sepertinya kekhawatiran Mira berlebihan, karena wajah Rita seketika itu kembali biasa.

Lihat selengkapnya