Yakuza van Java

A.M.E chan
Chapter #16

When the Heart Trying to Get Out from the Death #5

Langit sore berwarna oranye gelap telah menggantung di atas mereka saat keluar dari rumah Rita. Revan,Yukio, dan Mira shok menerima kenyataan kalau Shizuka benar-benar korban Izan.

    "Hhh...gue udah duga Shizuka korban Izan." Kata Revan pelan.

   "SIALAAN! GUE YAKIN BANGET CEWEK YANG NAMANYA NANA ITU JUGA YANG BIKIN SHIZUKA JADI BEGITU! HUH! GUE PENGEN KETEMU TUH ORANG TERUS HAJAR MEREKA!"

    Kali ini, Mira dan Revan diam tidak membantah kata-kata Yukio. Entah mengapa mereka juga curiga kalau Nana memang terlibat bersama Izan merundung Shizuka.

    "Besok, kita ke rumah...."

    "NANA!" Seru Yukio memotong perkataan Revan.

   "Heh, Ki! Kita kan belum punya cukup info. Barangkali aja dia nggak terlibat, kan? Lo mau ngelabrak dia ya kalo dateng ke rumahnya?"

    "Kalo emang mau ngelabrak kenapa, Ra? Masalah buat lo? Gue yakin banget, Ra. Feeling gue tuh....."

   "Besok, kita ke rumah Rido." Revan seperti tak terpengaruh dengan teriakan kekesalan Yukio. Matanya terus saja memandang notes sambil membolak-balik kertasnya.

    "BESOK?! LO BILANG BESOK, VAN? KE RUMAH RIDO?"

    "Lo napa sih, Ki? Emosi banget kayak gitu. Kalo gegabah kita yang gagal."

    "AH! COWOK LEMAH KAYAK LO BISA APA? Gue mau pergi ke rumah Nana sekarang!" Yukio langsung berlari pergi meninggalkan mereka.

    "YUKIO! YUKIOOO!" Mira sampai teriak-teriak memanggil Yukio. Maksudnya sih berusaha mencegah, tapi sayangnya dia sudah pergi jauh.

   "Udahlah, Ra. Dia lagi kesel biarin aja. Besok, kita jadi ke rumah Rido kan? Lo ada kegiatan klub nggak?"

    Mira masih diam menatap ke arah jalan. Masih kepikiran kenapa Yukio sampai sebegitu emosinya. Entah kenapa, hatinya jadi merasa tidak enak saat melihat punggung Yukio yang makin jauh berlari membelakanginya.

   "Ra?"

    "A! I..iya? Iya? Kenapa?" Mira langsung gelagapan kaget saat Revan menepuk bahunya.

   "Besok lo ada kegiatan klub?"

   "Oh~ nggak nggak. Nggak ada."

    "Ya, udah kalo gitu besok kita ke rumah Rido, ya. Gue ngerasa...dia saksi kunci masa lalu kelam Shizuka." Kata Revan dengan nada tegas dan raut muka serius.

*****

Sekolah, pukul 07.00

     Suasana kelas 3-1 IPA seketika heboh melihat wajah Yukio penuh plester. Mira dan Revan pun sampai kompak membulatkan mulut. Shizuka juga ikut melihat Yukio, tapi setelah itu ia kembali menatap jendela.

    "Yukio! Lo...lo kenapa bisa sampe kayak gini siiih?!" Mira panik setengah mati sambil mendatangi meja Yukio. Dari kecil, Mira memang sering melihat wajah Yukio yang selalu memakai plester. Tapi untuk hari ini, Yukio pantas mendapatkan penghargaan Guiness Book sebagai wajah paling banyak ditempeli plester sedunia. Begitulah pikiran lebay Mira saat melihat Yukio.

   "Sial banget lah tuh cewek yang namanya Nana! Gue dipukulin sama cowoknya." Dengan wajah cemberut menahan sakit, Yukio melirik ke arah Revan. Shizuka kaget sampai beranjak dari kursinya mendengar kata-kata Yukio tadi. Tidak ada diam mematung, tidak juga pasang wajah bengong, Shizuka langsung mendatangi Yukio. Tentu saja dengan wajah datar.

    "Ngapain lo ke tempat Nana? NGAPAIN?!" Mata Shizuka kelihatan banget tajamnya saat menatap Yukio. Telapak tangannya juga ikut aktif menggebrak meja Yukio.

   "Emangnya kenapa? Gue mau labrak dia! Gue tahu dia...."

    "Sssst! Ssst! Yukio!" Wah, Mira grasak-grusuk takut melihat Yukio yang sedang emosi. Dia tahu banget kalau Yukio sudah emosi, omongan apa saja bakal dia keluarkan. Walaupun harusnya rahasia-top secret, dia pasti bakal bilang juga.

    "Ah! Udah deh, Ra! Biarin aja dia tau!"

    "Tapi, Ki...kita belum punya..."

    "Biarin aja, Ra." Tau-tau aja Revan ada di belakang Mira. Wajah panik Mira sampe menoleh ke arah Revan.

    "Shizuka! Gue udah tau semuanya. Lo jadi begini gara-gara cewek yang namanya Nana dan si Raja Neraka brengsek itu, kan? Jawab, Shi! JAWAB!" Emosi Yukio semakin memuncak saat memuntahkan semua kenyataan pahit itu di depan Shizuka. Tapi, cewek itu cuma diam. Kepalanya mendadak menunduk dalam, sampai wajah tanpa ekspresinya tak terlihat karena terhalang poni rambutnya.

Lihat selengkapnya