KLINING!KLINING! Suara hiasan lonceng yang tergantung di jendela kamar Shizuka berbunyi merdu sekali. Shizuka duduk di kursi rotan yang ada di balkon sambil menatap langit siang yang saat itu sedang cerah-cerahnya. Shizuka masih memikirkan perkataan Yukio. Perkataan Yukio tempo hari saat ia sedang menyendiri di atap sekolah.
Shi...Shizuka...gue..gue..bakalan pergi nemuin Izan dan Nana bu...buat nyuruh mereka minta...maaf sama lo.
Apa...gue harus percaya sekali lagi? Apa gue harus gini terus? Mereka...mau nyelamatin gue kan? Kenapa? Padahal gue aja nggak pernah mikirin keadaan gue sendiri. Mereka...
"Shizuka sama. Ocha de gozaimasu."[1]
Hati Shizuka berhenti ngomong saat mendengar ada suara lembut wanita di sampingnya. Shizuka menoleh dan melihat pelayan wanita itu tersenyum sambil menaruh teh dan teko berukiran indah di atas meja. Shizuka bingung. Bingung karena ia bisa bicara bahasa Jepang. Tentu saja pelayan itu mengerti maksud tatapan bingung Shizuka. Soalnya Shizuka tipe yang gampang ketebak hehehe.
"Oh, gini nona. Saya belajar banyak dari Nyonya besar ngomong bahasa Jepang." Jelas pelayan tersebut. Ya, semua pelayan wanita di rumahnya memang asli orang Indonesia. Wajar saja tadi Shizuka sempat bingung pelayannya itu tiba-tiba ngomong bahasa Jepang.
"Mimi."
"Iya, Nona?"
"Mimi tinggal dimana sebelum kesini?"
"Oh, di kampung, Nona. Tepatnya sih di Solo."
Shizuka bingung lagi saat mendengar kata 'Solo'. Dalam hati Mimi, lucu juga melihat Nona muda di depannya yang tetap ekspresif. Yaah, walau tidak seceria dulu.
"Iya, itu nama salah satu kota di negara ini, Nona." Mimi langsung menjelaskan apa itu 'Solo' pada Shizuka saat melihat wajahnya yang jelas banget kelihatan bingung.
"Oh, gitu. Hmmm...Mimi di kampung punya temen?"
"Ya iya punya toh, nona." Jawab Mimi dengan logat Jawanya.
"Hmmm...sekarang masih temenan?" Tanya Shizuka lagi sambil meminum tehnya.
"Iya dong. Bagi saya ya Non, temen itu orang yang paling penting setelah orang tua. Kalo saya nggak bisa curhat ke orang tua, yaa saya curhat ke temen. Temen yang baik bakal membantu kita. Saya selalu percaya itu, Non."
Shizuka terdiam. Serasa disindir oleh Mimi pelayannya. Tapi, ia tahu Mimi jelas tidak ada maksud untuk itu.
"Kalo....seandainya temen Mimi berkhianat, gimana?"
"Oh, ya ndak apa-apa."
"Ke...kenapa?!" Shizuka sampai memiringkan kepalanya yang mungil. Mimi sampai sedikit tersenyum melihat wajah Shizuka yang polos.
"Ya pastilah awalnya saya akan sakit hati. Tapi, kan masih banyak temen yang peduli sama saya. Kalo satu berkhianat yaa saya percaya bakal muncul seribu temen yang peduli sama saya. Intinya saya nggak terpaku sama satu orang yang mengkhianati saya, gitu Nona. Lho? emang kenapa toh Nona?"
"Ah, nggak. Nggak..."
Acara ngobrol-ngobrol dengan pelayannya harus berhenti sebentar, karena ponsel Shizuka tiba-tiba bergetar. Wajah Shizuka seketika itu seperti terlihat kaget saat melihat layar hp nya. Tapi, ia memutuskan untuk tetap menerima telepon itu.
"Halo."
"Halo, boneka sayang. Ternyata nomer lo masih sama kayak yang dulu."