Yakuza van Java

A.M.E chan
Chapter #23

A Little Light Begin to Shine Your Full Darkness Heart #6 END

"Napa, Shi? Lo mau hajar gue? Hajar aja. Toh, dari awal gue nggak pernah suka sama lo."

Shizuka mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.

"Bagus, bagus. Berarti lo sama kayak kita. Balas aja..." Izan tersenyum lemah tapi senang. Merasa Shizuka juga sama brengseknya dengan dirinya.

"SHIZUKAAA!" Revan dan yang lain sudah kompak menjerit. Takut Shizuka termakan kata-kata kurang ajar-tidak tahu malu-songong nya Izan.

BRUAK! PRAK! Kotak kayu di sebelah Nana mendadak pecah terkena pukulan Shizuka. Nana sebenarnya sudah ketakutan dikira Shizuka bakal memukul wajahnya sampai hancur seperti kotak kayu tadi. Mereka berlima menghela napas lega. Izan kaget banget sampai matanya melotot melihat Shizuka mampu membuat kotak kayu tersebut hancur berkeping-keping! Ditambah lagi, sebenarnya ia masih kepikiran kenapa Shizuka mampu menghabisi sepuluh preman paling kuat sejagat raya suruhannya! Sendirian pula! Dan yang lebih bikin Izan bertanya-tanya, dia....tidak memukul Nana. CRING! Sebuah benda mengkilat berwarna putih tiba-tiba saja menyembul dari balik jaket Shizuka. Mata Rita sampai membulat saat melihat benda itu.

"Shi...Shizuka...itu kan..." Rita tahu itu kalung emas putih yang di dalam liontin hatinya terdapat foto kecil bergambar dirinya, Nana dan Shizuka saat foto box di mall dulu. Nana juga sama kagetnya melihat liontin itu.

"Ja...jadi...selama ini lo....foto itu..."

"Gue nggak mungkin bisa ngelupain lo yang nyapa gue dengan ramah waktu itu. Jujur aja, gue terpukul banget ternyata dari awal lo nggak pernah minat sahabatan sama gue. Padahal, gue ngehargain lo banget dan udah nganggep lo sodara gue." Tatapan Shizuka sedih banget saat melihat Nana. Mira, Yukio, Revan dan Rido terdiam mengerti perasaan Shizuka. Rita memeluk lengan Shizuka. Otaknya memutar kenangan saat dirinya bersama Shizuka dan Nana jalan-jalan di Mall dan bersenang-senang. Nana juga teringat soal itu. Hatinya yang awalnya benci-sebal-penuh dengki, jadi luluh mendengar kata-kata Shizuka. Baru sadar ternyata Shizuka benar-benar tulus berteman dengannya. Sampai dirinya memutuskan untuk mengkhianati Shizuka pun, ternyata dia masih menyimpan sesuatu yang berhubungan dengannya. Emosi hatinya meledak-ledak saking malu dan sedihnya. Matanya yang tadi tajam menatap Shizuka, kini menunduk tidak berani menatap cewek itu.

"SHIZUKA! MAAFIN GUE, SHI! MAAFIN GUE! GUE NGGAK TAU KALO LO..KALO LO...SAMPAI SEPERTI INI LO..." Nana teriak-teriak histeris sambil menangis. Shizuka masih menatap Nana dengan wajah sedih. Makin miris saja melihat Nana teriak-teriak seperti orang gila begitu. Menyesal? Tiada guna. Karena Shizuka sudah tidak bisa percaya lagi dengannya. Hatinya sudah tertutup untuk menerima dia lagi sebagai teman. Menurutnya, pengkhianatan tuh kejahatan paling menyakitkan!

"Lo pasti...nggak mau maafin gue, ya...wajar sih gue..."

Tiba-tiba, Shizuka meletakkan telapak tangannya lembut di atas kepala Nana. Nana memejamkan matanya. Ia sudah ketakutan membayangkan tangan Shizuka kali ini bakal benar-benar bikin kepalanya pecah. Puk! Ternyata Shizuka membelai sebentar rambut Nana.

"Gue udah maafin, lo. Tapi gue nggak bakal sudi kenal lagi sama lo. Buat gue, lo...lebih kejam dari Izan." Shizuka melirik ke arah Izan tajam, dan yang dilirik malah memalingkan muka sambil tersenyum tipis. Hih! Dasar blasteran setan!

"HEH! LO JANJI KAN KALO LO KALAH, LO MINTA MAAF SAMA SHIZUKA! AYO MINTA MAAF!" Yukio melotot sambil menendang sepatu sport Izan. Tapi Izan cuma diam memalingkan mukanya.

"HEH! LO MAU MUNGKIR YA?! AYO CEPAT! KALO NGGAK, GUE BAKAL..." Bentakan Rido jadi tertahan saat bahunya ditepuk Shizuka dengan lembut.

"Udahlah, Do. Gue tau Izan nggak punya hati. Dia nggak bakal mungkin minta maaf sama gue. Yuk, kita pergi aja." Shizuka berbalik dan melangkah pergi.

"Awas, lo ya kalo coba-coba kabur!" Yukio mengayunkan kakinya ke depan muka Izan, lalu pergi mengikuti Shizuka. Revan, Mira, Rido dan Rita pun ikut berjalan meninggalkan mereka.

"Ri...Rita..."

Rita yang berjalan paling belakang, menoleh saat Nana memanggilnya.

"Ma...maafin gue. Tolong panggil polisi..."

Rita sempat terdiam lalu mendesah pelan sambil melihat Nana dengan pandangan sedih. Ia mengangguk dan setelah itu pergi menyusul mereka yang sudah keluar duluan.

"Lama banget lo di dalem. Kenapa?" Rido menatap Rita bingung. Rita hanya menggeleng pelan.

Lihat selengkapnya