Seperti biasa tiap pagi sebelum guru datang, murid-murid kelas 3-1 IPA sedang asyik tertawa sambil mengobrol. Bahkan ada juga yang sedang bercanda heboh sambil main sapu saat piket entah apa tujuannya. Yukio, Mira dan Revan yang sudah sembuh total dari lukanya berkat pengobatan (suster-suster cantik nan seksi) dari keluarga Shizuka, sudah bisa tertawa dan bercanda seperti tidak terjadi apa-apa. Saat mereka bertiga sedang asyik cerita tentang kejadian kemaren, tiba-tiba suasana kelas mendadak gaduh tak seperti biasanya dan murid-murid berlarian kembali ke habitat masing-masing. Bukan karena ada guru super galak yang masuk kelas, tapi karena ada seorang cewek berambut panjang ikal indah yang ditakuti seluruh warga SMA Widya Harapan!
"Ah! Shizukaaa!" Yukio ceria banget melambai-lambaikan tangan ke arah Shizuka. Semua murid melongo heran menatap Yukio. Sangat tidak disangka-sangka, Shizuka tersenyum membalas lambaian lebay Yukio. Sukses besar bikin mereka--terutama cowok-cowok jadi terpana melihat senyum Shizuka yang aduhai lembutnya sekaligus terkaget-kaget juga. Seorang Yakuza van Java yang biasanya selalu pasang muka jutek nyaris kejam bahkan tanpa ekspresi sekalipun, tiba-tiba saja berwajah manis bagaikan bidadari!
"Selamat pagi, semuanya." Sapa Shizuka dengan wajah tersenyum sambil mengangkat tangannya rendah ala idol korea yang sedang menyapa wartawan pada sesi pemotretan. HAAAAA?! Satu kelas kompak membulatkan mulut seperti sedang ikut paduan suara. Dengan elegan, Shizuka menghampiri sekumpulan cewek-cewek yang sedang duduk berhadapan sambil asyik mengobrol.
"Halo, pagi."
GRATAAK! Kumpulan cewek-cewek itu langsung pada menjauh ketakutan. Tapi Shizuka tetap tersenyum dan mencoba mendekati mereka, namun....
"AMPUN! AMPUN YAKUZA! AMPUN! JANGAN PUKUL SAYA!" cewek berkacamata menjerit-jerit dengan tubuh gemetaran dan menunduk-nunduk. Shizuka tetap pasang wajah tersenyum lalu meraih tangannya.
"Lo nggak usah takut sama gue, ya. Kalian juga, ya."
Kata-kata lembut plus senyum Shizuka ini, bikin grup cewek berkacamata itu terpana. Pikir mereka, ternyata seorang Shizuka bisa tersenyum seperti ini. Mereka semua jadi ikut tersenyum dan satu demi satu mulai saling memperkenalkan diri. Memang sih, dari awal masuk mereka belum sempat berkenalan dengan Shizuka karena saking takutnya. Shizuka menyambut mereka dengan senang. Lama-lama, seluruh murid kelas 3-1 IPA berdatangan ingin berkenalan dengan Shizuka. Siapa yang tidak ingin berkenalan dengan cewek super cantik seperti Shizuka? Begitulah pikir mereka. Tentu saja dengan ramah, Shizuka menyambut mereka.
"Syukurlah, ya Van, Ki..." Mata Mira tidak bisa lepas dari Shizuka yang saat ini sedang tertawa mengobrol bareng grup berkacamata tadi.
"Iya, Ra. Usaha kita nggak sia-sia, ya." Revan juga ikut-ikutan menatap Shizuka. Tiba-tiba, Yukio berjalan pelan menghampiri Shizuka. Revan dan Mira hendak mencegahnya tapi terlambat. Shizuka sampai kaget saat menoleh dan melihat Yukio tiba-tiba sudah ada di belakangnya.
"Hai, Yuki....WAA!" Tiba-tiba, Yukio menarik tangan Shizuka sampai ke depan kelas.
"HEI, KALIAN! BUKAN BERARTI SHIZUKA UDAH CERIA, TERUS JULUKAN ITU ILANG, YA! YAKUZA VAN JAVA TETAP ADA!"
Shizuka menoleh tajam. "Yu...Yukio! Apa-apaan sih?! Gue nggak ma..."
"Shizuka, gue, Revan, dan Mira bakal bantuin kalian yang punya masalah sama preman, dibuli atau apalah itu. Yakuza Van Java ini yang bakalan nyelesein masalah kalian sampai kami lulus!" Teriakan Yukio yang bagaikan teriakan tukang obral perabot ke rumah-rumah penduduk, disambut ramai banget oleh anak-anak kelas 3-1 IPA, kecuali Mira dan Revan. Mereka langsung menyeruak diantara kerumunan anak-anak. Seenak jidat saja nyebut nama buat promosi gila tadi. Ogah lah!
"HEH, YUKIO! LO GILA, YA! KALO MAU CARI MATI..."
"Ya! Mereka juga salah satu personil kami!"
"Heh! Dengerin gue dulu, Yukiooo! Main potong main promosi! Gue..."
Puk! Tiba-tiba, Revan menepuk bahu Mira yang bikin si empunya bahu menoleh. Tepukan Revan tadi sukses banget menghentikan repetan kemarahan Mira.
"Nggak pa-pa, kan? Toh, ini buat bikin nama Shizuka jadi lebih baik. Yakuza van Java yang dulunya sangar dan seram jadi tim penolong. Bagus, kan?"
Mira terdiam bengong menatap Revan, lalu matanya kembali menatap Yukio. Sejak kapan Revan menjadi bestie Yukio dengan menyetujui usul gila Yukio? Benar-benar, kali ini Mira tidak bisa berkata apa-apa saking herannya.
"OKE! TOLONG SEBARIN KE KELAS LAIN, YA HAHAHA...MAKASIIIH!" Yukio turun dari 'podium' dengan dibanjiri tepuk tangan dan teriakan 'Yakuza van Java' dari mereka.
"Yukio...."
"Ra, nggak pa-pa kan? Nanti lo juga bakal kecipratan populer dah. Ya, nggak Shi?!" Yukio pede amat minta pendapat ke Shizuka. Wow! Ajaib! Shizuka mengangguk mengiyakan dong! Jarang bahkan hampir tidak ada lho yang setuju dengan ide Yukio! Ide dia kan suka asal tidak jelas juntrungannya begitu! Tapi kali ini ide Yukio didukung Shizuka dan Revan? Yaah mau mengajukan keberatan pun jadi tidak bisa.
"Mira. Kalo lo merasa keberatan, lo nggak usah ikutan juga nggak pa-pa, kok. Biar gue nanti yang ngomong sama Yuki..."
"Gue mau!" Yah, sifat tidak mau dikasihaninya keluar lagi. Padahal tadi kan Shizuka sudah bilang tidak mengapa kalau memang keberatan. Duuh! Dasar mulut tidak bisa sinkron dengan hati! Hati juga tidak bisa sinkron sama otak! Pasrah deh. Mira hanya bisa tepuk jidat.
"Oke, grup penolong kita lengkaaap!" Yukio semangat empat lima banget 'meresmikan' grup pembasmi kejahatannya.
Tiba-tiba, Ibu Lastini wali kelas mereka datang, yang sontak membuat mereka langsung kocar-kacir berlarian ke tempat duduknya masing-masing. Tapi raut mereka semua bingung. Kenapa bukan pak Einstein—julukan mereka untuk Pak Sobirin, guru Fisika yang datang?
"Ya! Anak-anak. Ibu potong sebentar untuk pelajaran Fisika nya. Hari ini kita kedatangan dua murid baru." Kata-kata kemayu Bu Lastini, langsung disambut seruan riuh dan berisik dari anak-anak. Cewek berkuncir dua dan cowok kekar tinggi besar masuk setelah disuruh Bu Lastini. Murid-murid cowok kelas 3-1 IPA langsung ramai suit-suit bagai burung saat melihat wajah imut si cewek yang parasnya bagaikan artis idola Korea. Tatapan agak seram langsung menyerang si cowok yang badannya bisa disamain deh dengan Rambo! Gede banget!
GRATAAK! Mira, Yukio, dan Shizuka kompak berdiri dan tercengang melihat mereka.
"RITA?! RIDO?!"
Bu Lastini dan anak-anak kelas 3-1 kompak menoleh ke arah mereka bertiga. Bingung kenapa mereka sudah kenal duluan?
"Nama saya Amrita Selovina pindahan dari SMAN 3 Bandung. Senang berkenalan." Salam perkenalan Rita disambut bisikan-bisikan kagum saat si cewek imut itu menyebut nama sekolah asalnya.
"Nama saya Revaldio. Panggil saya Rido aja. Gue pindahan dari SMA Tirta Harapan. Salam kenal, ye." Perkenalan Rido sayangnya disambut dengan tatapan sinis dan nyinyir murid-murid cowok yang iri dengan tubuh atletis Rido, dan tatapan biasa murid-murid cewek.
"Yah, sekarang kalian bisa duduk di..."
"Maaf, apa boleh saya duduk disitu, Bu?" Rita menunjuk bangku sebelah Revan yang memang sedang kosong. Otomatis, cowok-cowok yang kepincut sama keimutan Rita (termasuk Yukio) langsung menatap tajam plus penuh kebencian ke arah Revan. Sayangnya, Revan tidak menggubrisnya karena pikirannya sedang tenggelam dalam buku Fisikanya.
"Revan, nanti aku tanya-tanya soal sekolah ini, ya."
Revan melirik malas ke arah si empunya suara. Berpikir cewek gatal mana lagi yang sedang berusaha PDKT dengannya. GRATAAK! Revan terkejut sampai buku yang dipegangnya tadi terlempar, dan dirinya nyaris jatuh dari kursi. Raut ceria Rita seketika itu jatuh ke dasar jurang. Wajahnya jadi agak menekuk. Siapa yang tidak kesal dengan respon Revan yang melihat dirinya bagaikan melihat kuntilanak di siang bolong?
"Ri...Ri..."
"Kok malah kaget, siiih?"
"So...sori, tadi gue lagi baca buku. Ko..kok..lo...disini..hah? Terus tadi lo ngomong apaan?" Gestur Revan sangat terlihat kikuk sambil mengambil bukunya yang tadi jatuh di bawah meja.
"Nggak. Nggak pa-pa." Rita tersenyum kecut. Masih kecewa dan kesal dengan reaksi Revan yang tidak disangka-sangkanya tadi.
"Wah! Asiiik! Dekat Yukio!" Rido sih senang tapi Yukio entah mengapa malah merasa tidak enak Rido harus duduk di sampingnya.
"Kenapa, sih lu kesini?" Nada nanya Yukio ke Rido terkesan kesal. Bukan karena Rido yang harus duduk bareng dia, tapi karena merasa hak bebasnya jadi terenggut. Dia memang biasa sih duduk sendirian dan memang tidak mengizinkan siapapun untuk duduk di sebelahnya.
"Lho? lo nggak suka duduk sama gue? Abis sebenarnya pengen deket Shizuka tapi...tuh." Rido menunjuk Shizuka dengan gerakan kepalanya. Shizuka dan Mira tersenyum, saat Yukio melihat ke arah mereka. Yukio cuma menghela napas. Iya juga sih, bangku kosong di kelasnya cuma tinggal bangku di sebelahnya saja. Tapi kalau Yukio boleh memilih, tentu saja dia bakal memilih Rita sebagai teman sebangkunya.
"Wah! Lo populer, ya! Daritadi lo diliatin terus tuh sama cewek-cewek. Hahahaha." Rido menepuk-nepuk pundak Yukio dengan akrabnya. Yukio sih tetap cemberut. Secara, dia tau 'arti' tatapan-tatapan sadis mereka.
Hhh...dasar bego. Mereka tuh natap elo karena duduk di samping gue! Tapi Yukio segera mengesampingkan pikirannya. Ya, kursi di sebelah Yukio memang tidak pernah ada yang menempati, karena aturannya yang mengharamkan siapa saja duduk di sebelahnya—terutama cewek. Ya sudahlah mau gimana lagi. Toh yang duduk di sebelah gue, si Rido bukan cewek. Begitulah hati Yukio berusaha menghibur dirinya.
"Eh, Do. Kok lo sama Rita bisa barengan pindah ke sekolah ini, sih?"