SMP Harapan Raya 2
Semua mata murid-murid tertuju pada seorang cewek berambut ikal panjang yang berjalan dengan santainya. Cowok-cowok yang sedang lewat, Pak kebon yang sedang menyiram tanaman, bahkan guru yang tidak sengaja lewat pun sampai bengong saking terpesona melihat kecantikannya. Tapi, cewek itu cuma memandang tajam lurus ke depan. Langkah kakinya baru berhenti di depan sebuah ruangan bertuliskan ‘ruang kepala sekolah’. Bu Risma—kepala sekolah SMP Harapan Raya 2 langsung menyambut baik kedatangan cewek itu dan memperkenalkannya pada Bu Wita—wali kelas yang akan cewek itu masuki. Begitu bel masuk berbunyi, Bu Wita sudah masuk kelas.
“Ya, anak-anak. Kelas kita kedatangan murid baru. Nah, ayo sini perkenalkan diri.” Ibu Wita wali kelas 2-4 itu memanggil murid baru yang sedang menunggu diluar. Cewek berambut cokelat panjang sedikit ikal, bermata sipit, dan berkulit putih kekuningan itu melangkah masuk ke kelas dengan mata menatap tajam ke semua murid-murid kelas 2-4 di depannya.
“Namaku Shizuka Poinem. Senang berkenalan.”
Wajahnya yang cantik namun tegas dan sama sekali tidak ada raut senyum, membuat semua murid kelas 2-4 terdiam beberapa saat. Berbagai pikiran dan komentar mengenai cewek itu, mulai bermunculan di benak mereka semua. Semakin lama, kelas jadi sedikit ribut dengan bisikan-bisikan usil mereka. Ledekan-ledekan dan tatapan-tatapan jahil terus menyerang Shizuka. Tapi cewek berwajah tegas itu kelihatannya tidak peduli atau mungkin tidak menyadarinya?
“Nah, semuanya berteman baik dengan Shizuka, ya.” Kata Bu Wita.
“Woy! Poinem! Nama depan bagus-bagus amat Shizuka. Benerin dulu dong tuh nama sok Jepang bange...”
BRUAAAAAAK~! Tiba-tiba secepat kilat Shizuka mendorong keras tubuh cowok bernama Izan sampai terjungkal mengenai teman di sebelahnya. Seketika itu, kelas 2-4 jadi heboh. Begitu juga dengan Bu Wita yang terkejut sampai tidak sempat mencegah. Ya iya dong! Karena gerak Shizuka bagaikan ninja yang tiba-tiba menghampiri cowok itu dengan sangat cepat!
“Heh! Apa-apaan lo! Cewek sialan! Mau gue hajar lo?!” Cowok itu melayangkan tinjunya dengan mata melotot seperti hampir mau keluar dari kelopaknya. Semua anak kelas 2-4 yang tahu kebengalan Izan, jadi ketakutan memandang adegan tersebut. Tapi tak disangka, mata mereka semua terbelalak melihat kejadian yang langka bagi mereka. Shizuka menghindarinya dan tidak disangka-sangka juga, Izan jatuh mengenai dua cewek di belakang Shizuka! Shizuka membalikkan badan, melipat tangannya dan menatap Izan dengan mata tajam mengerikan.
“Jangan pernah sebut nama ‘Poinem’ di depan gue.”
“Brengseeeek~!”
Izan yang tidak terima, langsung bangkit lagi dan melayangkan kepalan tangannya sekali lagi. Tapi, Shizuka dengan mudah menahannya dengan tangan kanannya saja!
“AAAAAAA~! ADUH! ADUH! ADUH! SAKIIIIIT!” Izan teriak-teriak kesakitan. Cengkeraman tangan Shizuka kuat banget lho!
“Shizuka! Lepaskan tanganmu dari Izan!” Bu Wita yang baru sadar dari rasa terkejutnya melihat Shizuka mampu mengalahkan Izan, langsung turun tangan teriak-teriak ala ibu-ibu kecopetan. Shizuka menurut lalu melepaskan tangan Izan dengan kasar.
“Ingat, ya. Jangan pernah cari gara-gara sama gue.” Shizuka mengibaskan rambut panjangnya dan berjalan santai menuju kursi kosong.
Sialan tuh cewek. Awas lo! Kejadian ini bakal gue inget!
Izan menatap tajam Shizuka sembari mengibas-ngibaskan tangannya yang masih sakit, lalu kembali ke kursinya. Murid-murid kelas 2-4 yang masih terpaku dengan berbagai macam ekspresi gara-gara melihat duel kecil tadi, langsung kembali duduk saat Shizuka melotot tajam ke arah mereka semua.
“Nah, sekarang buka buku Geografi kalian! Rita, tolong pinjamkan buku cetak Geografinya ke Shizuka, ya.”
Cewek berambut pendek dikuncir dua itu seperti terkaget-kaget. Gadis imut itu baru sadar kalau Shizuka sudah duduk di sampingnya. Dengan takut-takut, ia menggeser buku Geografinya ke arah Shizuka.
“Lo nggak usah takut sama gue. Maaf ya udah bikin lo takut.”
Cewek itu mengangkat kepalanya yang tadi menunduk ketakutan, dan memandang ke arah Shizuka. Ternyata dia bisa ngomong lembut juga toh? Matanya juga melihat teman barunya itu mengulurkan tangannya.
“Panggil gue Shizuka, ya. Soalnya kalo lo manggil nama belakang gue, nanti lo kayak cowok tadi. Maaf, ya.”
Rita terdiam memandang wajah Shizuka. Selain karena senyumnya yang manis banget, ia juga merasa Shizuka yang ini beda banget dengan Shizuka yang tadi menghajar Izan. Walaupun tipis, senyum ramah Shizuka masih bisa terlihat di matanya. Bikin cewek imut itu tersenyum dan merasa kalau Shizuka pasti sebenarnya cewek baik. Tak ada keraguan lagi, langsung saja deh ulurkan tangan!
“Aku Rita.”
********************
“Jangan lupa kerjakan PR nya ya.” Bu Wita buru-buru keluar kelas saat terdengar bel istirahat. Shizuka kaget mendengar kata ‘pe-er’. Soalnya, pikirannya tadi sedang merancang skenario adegan ramah-tamah dengan teman sekelas supaya bisa mendapat teman.
“Hah? Pe-er?! Aduh! Eh, eh pe-er nya Bu Wita tadi...”
GRATAAK! Dua cewek di depan Shizuka langsung beranjak dari kursi dan berlari menjauhi Shizuka. Bikin Shizuka bengong menatap mereka. Kenapa mereka sampai kabur sih cuma karena bertanya soal pe-er?
“Biar aku tanyain, Shi,” Rita menghampiri salah satu temannya. Shizuka duduk lagi lalu membuka-buka buku Geografi dengan wajah bosan.
“HEH! URUSAN KITA BELUM SELESAI!” Tidak ada say hello apalagi assalamualaikum, tiba-tiba saja Izan main gebrak meja Shizuka! Shizuka menatap Izan tajam selama beberapa saat, lalu menghela nafas panjang.
“Ternyata masih belum jera juga ya.” Shizuka sih bisa saja tenang, tapi Izan yang seperti kesurupan genderuwo, jelas tidak bisa tenang dong! Lha wong mata melototnya saja sudah segede jengkol! Izan masih kesal sih dengan Shizuka yang bisa mengalahkannya. Dengan mudah lho saudara-saudara!
“HEH! GUE PALING BERKUASA DI SEKOLAH INI! GUE NGGAK MUNGKIN KA...”
DUAAAK! Tendangan kaki Shizuka yang tiba-tiba, bikin Izan terhempas. Rita dan yang lain sampai menoleh mendengar keributan, dan kaget saat melihat Shizuka dalam posisi mengangkat kaki kanannya dan melihat Izan jatuh terduduk dekat papan tulis.
“Shizuka!” Rita buru-buru meninggalkan temannya yang tadi ia tanyakan soal pe-er. Maksudnya sih ingin menarik Shizuka dari duel versus Izan, tapi....
“ADUH! ADUH! AMPUN, SHIZUKA! AMPUN!” Lho? Izan yang tadinya koar-koar sok hebat, eeh saat tangannya dipelintir ke belakang oleh Shizuka, cowok cungkring mata sayu itu kok jadinya malah mencicit bagai tikus minta ampun sembah sujud ke kucing?
“Hah! Katanya paling berkuasa! Mana? Tenaga cuma segini doang! Nggak pantes disebut paling berkuasa!” Shizuka melepaskan tangan Izan dengan kuat, sampai ia jatuh tersungkur memegangi perut dan tangannya. Rita buru-buru menghampiri Shizuka lalu menyeretnya menjauh dari kerumunan teman-teman sekelas. Aneh dan gila banget sih mereka! Bukannya berusaha melerai, malah teriak-teriak seru mendukung Shizuka atau Izan! Sakit jiwa semua! Begitulah pikir Rita.
“Shi...Shizuka....dia tuh...”
“Iya! Dia ngaku paling berkuasa di sekolah ini. Hah! Yang kayak gini sih sekali pukul udah out!” Shizuka melipat tangannya dengan raut kesal. Ya iya dong kesal! Shizuka diam saja, eeh tiba-tiba tuh cowok main cengkeram kerah kemeja saja! Kan sakiiiit! Harus dilawan dong! Begitulah rutukan hati Shizuka yang masih saja memelototi Izan.
“A...awas lo ya...” Izan berusaha bangun sambil menatap Shizuka tajam.
“APA?! HAH! MAU LAGI?” Shizuka melotot garang sambil menunjukkan tangannya yang memang agak berotot untuk ukuran cewek. Izan langsung kabur diikuti empat orang temannya.
“Shi...Shizuka...” Entah kenapa, baru kali ini Rita merasa teman barunya ini sangat berbeda dengan teman-teman cewek yang ia kenal. Saat Shizuka menoleh ke arahnya dengan wajah ramah pun, Rita dibikin heran. Sikap kasar dan kuatnya tadi rasanya seperti menghilang tiba-tiba. Rita jadi agak bingung menghadapi teman sebangkunya yang unik itu. Namun dalam hatinya, ia memuji ketangguhan Shizuka. Soalnya Rita sangat tahu betapa menakutkannya Izan di sekolah. Baru kali ini aku lihat ada cewek setangguh itu menghadapi cowok.
“Oh, iya! Gimana kalo lo nemenin gue liat-liat klub yang ada disini?” Shizuka tiba-tiba meraih tangan kecil Rita lalu berjalan cepat keluar kelas.
******************
Selama melewati lorong-lorong kelas, banyak siswa-siswi yang kasak-kusuk bisik-bisik sambil melirik judes ke arah Shizuka. Tentu saja bisikan-bisikan itu mengganggu telinga Rita yang anehnya sama sekali tidak dirasakan Shizuka. Cewek tangguh itu terus saja berjalan dengan santainya sambil sesekali pamer senyum tipis namun manisnya ke semua orang. Lama-lama, Rita jadi khawatir juga dengan Shizuka.
“Ngngng...Shizuka, ka...kamu mau masuk klub apa emangnya?” Rita sengaja mengajak bicara Shizuka. Maksudnya sih untuk mengalihkan pendengarannya dari bisikan usil soal Shizuka. Untungnya, respon Shizuka baik-baik saja. Tapi.....
“Klub minum teh. Hehehhe...pasti asyik tuh kayak di sekolah gue yang dulu.”
“Hah? Klu...klub mi...minum teh?” Rita heran dengar kata-kata polos namun serius darinya. Dia ini sedang mengigau atau apaan sih? Mana ada klub seperti itu? Kalau mau minum teh kan tinggal beli saja di salah satu kantin sekolah yang jumlahnya bejibun. Mau teh melati, teh olong, teh hijau, teh ungu, teh merah kek tinggal pilih saja. Kenapa harus ada klubnya segala?
“Ngngng....Shizuka. Klub kayak gitu nggak ada di sekolah ini.” Kata Rita pelan sambil tersenyum dengan wajah meringis. Shizuka menghentikan langkah cepatnya. Senyum tipisnya yang dari tadi mengembang, mendadak hilang bagai ditelan bumi.
“HEEEEEEEEEEEEEEEEEEE?! MA...MASA SIH?! SERIUS?! DI SEMUA SEKOLAH HARUSNYA ADA KAN? EH, RITA! HEI!” Shizuka mengguncang-guncang tubuh Rita dengan kuat. Kepala Rita sampai berputar-putar pusing. Gimana tidak pusing kalau guncangan Shizuka sudah seperti gempa bumi skala seratus yang bikin bumi terbelah?
“I...i...iyaaaa...to...tolong ja...jangan..gu...guncang ba...badanku.....” Perkataan Rita saja sampai terputus-putus karena saking hebatnya guncangan tubuhnya. Shizuka reflek berhenti mengguncang tubuh Rita lalu mengangkat kedua cengkeraman tangannya dari bahu Rita. Shizuka langsung membungkuk-bungkuk di depannya, yang tentu saja bikin Rita makin bengong. Ah, sudahlah.
“Emangnya dulu kamu sekolah dimana?”
“Di Tokyo. Dari SD sampai SMP kelas satu, gue sekolah di Tokyo.” Mungkin sekarang ini, hati Rita sedang mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Jawaban Shizuka soal klub minum teh saja bikin pikiran Rita harus ekstra kerja keras lembur seharian. Eeeh, ditambah sekarang mendengar kata ‘Tokyo’, lagi-lagi otak Rita dipaksa berpikir sekolah di Bandung mana itu ya? Tapi sayangnya, pikiran Rita malah semakin berputar-putar memikirkan kata ‘Tokyo’ itu.
“To...Tokyo itu...sekolah di Bandung mana, ya?” Karena kecapekan berpikir sendiri, akhirnya Rita memutuskan untuk bertanya langsung saja ke orangnya. Daripada nanti jadi gila kan?
“Hahahaha! Rita nggak tau, ya? Tokyo tuh kota di Jepang. Tau Jepang, kan?”
Memang sih satu pertanyaan sudah terjawab, tapi tetap saja Rita masih tidak habis pikir soal Shizuka. Masalahnya, kalau memang Shizuka orang Jepang tulen, lha kok bahasa Indonesianya lancar jaya begini? Pakai bahasa gaul lo-gue pula!
Untungnya, Shizuka melihat mata berputar-putar kebingungan Rita yang membuatnya tersenyum, lalu tak lama kemudian tertawa lebar. Rita langsung menunjukkan wajah cemberut yang malah membuat Shizuka memegang perutnya saking sakitnya menahan tawanya yang semakin menjadi.
“Haha...sori-sori....walaupun gue tinggal di Jepang selama hampir tujuh tahun, dari kecil Mama ngajarin gue bahasa Indonesia sampe bahasa gaulnya. Jadi yaaah bisa lancar kayak gini. Mama orang Indonesia dan Papa orang Jepang. Gue half (baca: harufu).”
Wajah Rita yang tadinya cemberut berubah jadi berbinar-binar kagum memandang cewek cantik di sampingnya ini. Siapa yang tidak kagum kalau ternyata orang asing seperti Shizuka mau belajar dan bisa juga berbahasa Indonesia dengan lancar begini? Yaah~ walaupun cara bicaranya masih kaku dan aneh sih. Orang yang dengar, pasti ingin tertawa saja rasanya!
“Ah! Disana ada ruang klub Karate. Kayaknya cocok deh sama kamu.” Mata Rita tidak sengaja membaca plang di depan sebuah ruangan yang daritadi berisik gedebak-gedebuk itu. Rita menarik tangan Shizuka untuk melihat lebih dekat kegiatan di ruangan itu.
“YAK! BERIKUTNYA!” Seru seorang cowok bersabuk hitam. Rita mengernyitkan dahi saat melihat Shizuka malah menghela napas sambil memajukan ujung bibirnya yang kecil.
“Ke...kenapa?”
“Nggak tertarik, ah.” Shizuka cemberut yang bikin Rita bengong melihatnya. Apa sih yang dia pikirkan? Bukannya dia kelihatannya jago banget ilmu bela diri seperti ini?
“Ngngng....coba aja dulu. Nggak ngecewain kok.”
“Yah, okelah kalo Rita yang minta.” Dengan santainya, Shizuka masuk ke ruangan itu. Cowok berbadan besar yang sepertinya ketua klub Karate, langsung menghampiri Shizuka—maksudnya sih berniat mengusir.
“Heh, lo siapa? Yang bukan anggota dilarang...”
“Ayo adu kekuatan!” Shizuka langsung menantang cowok tinggi besar di depannya. Semua anggota cewek dan cowok yang ada di ruangan, riuh tertawa lebar jadinya.
“Hahhaha....cewek itu mau nantangin kapten kita hahhahaha.”
“Iya, kita aja yang kakak kelas susah ngalahin dia.”
“Udah, deh nggak bakalan bisa.”
Rita jadi semakin takut saat mendengar bisikan-bisikan anggota klub. Lama-lama, makin khawatir juga sama teman barunya yang unik itu. Ya iya khawatir dong! Masalahnya yang ditantang Shizuka tuh Rido. Cowok yang menang kejuaraan Karate antar sekolah sepuluh kali berturut-turut! Aduh, Shizuka bisa babak belur nih! Cegah nggak cegah nggak. Rita sampai gigit-gigit kuku berpikir bakal ada ‘pertumpahan darah’ seperti kejadian di kelas tadi. Dalam hati sih ingin sekali mencegah Shizuka. Tapi apa daya dirinya yang lemah, kecil dan pendek, merasa tidak sebanding banget dengan Shizuka, apalagi Rido yang badannya segede kingkong.
“Heh, elo nggak tau siapa gue, hah? Elo tuh cewek. Gue nggak bisa lawan....”
“Jangan remehin gue cuma karena gue cewek, ya?! Kalo nggak dicoba kita nggak bakalan tahu hasilnya, kan? Atau....elo nggak berani lawan...”
“SIALAN! AYO SINI!”
Shizuka tersenyum menyeringai. Saat Rido maju hendak menyerang Shizuka, tiba-tiba tuh cewek mencengkeram tangan Rido lalu membantingnya dengan mudah. BRAK!
“Hhh....udah gue duga.” Shizuka menepuk-nepuk tangannya.
“HYAAAAT~!”
“Hoo...masih bisa nyerang rupanya. Bagus. Bagus.” Shizuka membalikkan badannya saat mendengar suara langkah kuat yang mendekatinya. Lalu ia melempar Rido dengan cuma satu cengkeraman tangan kanannya. BRAK! BRUK! Rido terjatuh dan cuma bisa diam meringis kesakitan! Anggota-anggota klub Karate yang tadi asik sekali bisik-bisik meremehkan, kini melihat ke arah Shizuka dengan pandangan kaget plus mata melotot.
“Woy! Rita! Bener kan dugaan gue! Gue menang!” Shizuka teriak-teriak riang sambil mengacungkan dua jari di tangan kirinya. Rita yang dari tadi menutup wajahnya dengan kedua tangan, mulai berani melihat apa yang sedang terjadi. Kalau sekarang Rita sedang berada di dunia komik, Rita rela deh mencopot bola mata kecilnya. Ia melihat Rido yang masih duduk memegangi bahunya di pojokan ruangan! I...ini...Shizuka yang melakukannya? Saat itu juga terdengar suara tepuk tangan dari semua anggota klub di ruangan. Kagum dengan kehebatan Shizuka dong!
“Udah, yuk. Kita cabut.” Shizuka menggandeng tangan Rita.
“Tu..tunggu...”
“KYAAAAAA~! JANGAN SENTUH GUE~!” gara-gara si cowok kurus main sentuh bahu Shizuka, cowok malang itu harus kena tendangan bom nuklir Shizuka! BRAAAAK! ZRUAK! ZRUAK! BRUKK! Seketika itu, cowok tadi jatuh bertubi-tubi sampai membentur tembok. Semua anggota klub Karate jadi ketakutan dan mundur teratur menjauh dari Shizuka sejauh-jauhnya.
“Shi.... Shizuka. Dia kan...”
Shizuka menoleh ke belakang ingin melihat siapa yang tadi dihajarnya. Ternyata, cuma cowok kurus yang sepertinya sih tadi bermaksud menyuruh Shizuka minta maaf karena sudah bikin kekacauan. Shizuka buru-buru mendatangi cowok yang tadi dilemparnya dengan wajah cemas.
“Maaf! Maaf! Gue nggak sengaja! Maaf!” Shizuka heboh amat minta maaf sambil membungkuk beberapa kali. Rita senyam-senyum melihat tingkah Shizuka. Lucu banget sih diaaa!
“Yuk, Ta kita pergi.” Shizuka mengajak Rita pergi dari ruang klub Karate, setelah merasa puas minta maaf.
“WOY~! LO HARUS TOLONG MEREKA DULU~! WOY! JANGAN PERGI!” Sayangnya teriakan Godzila ngamuk anggota klub Karate yang lain, diacuhkan Rita dan Shizuka.
***************
Mereka sudah lama berputar-putar mengunjungi semua klub yang ada, tapi tidak ada yang cocok dan berkenan di hati Shizuka. Akhirnya, Rita berhenti berjalan dan menyandarkan tubuh mungilnya ke tembok untuk melepas lelahnya. Shizuka yang baru menyadari Rita tidak berjalan di sebelahnya lagi, langsung menoleh ke belakang dengan wajah bingung.
“Shizukaaa, capek tauuu. Bagi bagi kek tenaga kamu yang berlebih itu!”
“Lho? Kok udah capek? Gue masih mau keliling, nih.”
“Udah nggak ada lagi klub yang harus aku tunjukiiin. Gimana? Masa nggak ada yang suka, sih?”
“HEEEEE?! CUMA SEGINI KLUBNYA?” Suara Shizuka heboh banget seheboh mas-mas menawarkan obralan baju di pasar! Rita sampai tutup kuping saking melengkingnya suara Shizuka.
“Yah, mungkin di sekolah Jepang klub nya ada banyak kali ya. Tapi di sekolah ini cuma ada sepuluh klub dan itu juga yang paling aktif cuma klub olahraga. Sisanya cuma karena hobi doang. Makanya.....”
Rita jadi tidak tega melanjutkan kata-katanya, saat melihat Shizuka jadi seperti kehilangan semangat. Seperti ada bayang-bayang hitam di punggungnya. Kasihan juga jadinya. Mungkin klub olahraga memang sudah terlalu biasa bagi Shizuka kali, ya. Tapi, yaa gimana lagi dong? Kalo masih tetap keukeuh ingin masuk klub minum teh, bikin saja sendiri bareng Bu Juminten—si ibu kantin yang terkenal ganjen itu. TEEEEET~! Bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Rita melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Hah?! Gawat! Rita buru-buru meraih tangan Shizuka untuk berlari bersamanya.
“Shi, kita harus cepat masuk kelas! Pak Budi itu killer lho!”
“Killer? Hah?! Pak Budi itu mantan pembunuh gitu maksudnya?”
Rita tetap diam tidak menggubris pertanyaan polos Shizuka. Lebih takut dengan hukuman disuruh mengerjakan sepuluh halaman Matematika yang akan diterimanya kalau telat masuk kelas, daripada membayangkan jotosan bom atom Shizuka.
“Hoi, Rita. Jawab dong! Apa perlu gue hajar dia?”