Ini udah yang kelima kalinya Shizuka menguap sambil melihat ke arah jendela. Pelajaran Matematika memang pelajaran yang paling dibenci Shizuka dari zaman SD. Kalo sudah ketemu sama yang namanya Matematika nih, biasanya Shizuka bakalan tidur kalau sudah tidak kuat menahan kantuknya. Rita sampai berpaling dari papan tulis saking jelasnya wajah bosan Shizuka. Rita membuka notes khusus otretan lalu menulis sesuatu. Setelah itu ia menepuk bahu Shizuka yang membuatnya langsung menoleh ke arahnya.
bete ya...?
Tulisan itulah yang terbaca di notes Rita. Shizuka memandang Rita dengan wajah bingung. Tapi, ia segera menulis balasannya.
bete itu apa?
Rita membaca tulisan balasan dari Shizuka di notesnya. Rita jadi senyam-senyum kecil. Baru sadar teman sebangkunya ini bukan orang Indonesia asli.
“Tenang, bentar lagi kita pulang kok abis pelajaran ini. Semangat!” Bisik Rita yang diikuti anggukan polos Shizuka. Setelah itu, mata Shizuka yang tajam menatap kursi kosong di baris keempat di seberangnya.
TEEEEEEEEET~! Tak terasa bel tanda pulang sekolah berbunyi. Murid-murid kelas 2-4 langsung ribut kasak-kusuk sambil sibuk membereskan buku.
“Yak, anak-anak. Kumpulkan PR kalian di meja Bapak besok pagi, ya.” Pesan Pak Minto—guru Matematika nyentrik itu, lalu buru-buru pergi. Sambil ikut membereskan buku, Shizuka menggebu-gebu sekali mengungkapkan niatnya yang sanga ingin memakan masakan Indonesia sebanyak-banyaknya. Rita cuma bisa tertawa meringis mendengar ceritanya. Mungkin, orang Jepang seperti Shizuka penasaran dengan masakan Indonesia. Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba seorang cewek cantik berambut sebahu menghampiri mereka. Bikin obrolan mereka soal masakan, harus intermezo sebentar.
“Hai, A...aku Nana....Aku...mau jadi temen kamu. Boleh?” Cewek bernama Nana itu mengulurkan tangan ke arah Shizuka dengan takut-takut sampai gemetaran segala. Awalnya Rita dan Shizuka saling berpandangan heran. Shizuka heran karena ia sadar diri semua orang takut padanya. Sementara Rita merasa heran karena ia tahu Nana cewek kuper yang jarang punya teman. Eeh, lho kok sekarang minta berteman? Tapi sepertinya Shizuka tidak terlalu berpikir macam-macam, deh. Buktinya, dia langsung membalas uluran tangan Nana dengan mantap. Dalam hati, Rita bangga dengan Shizuka yang ternyata tidak membedakan teman dari penampilan luarnya.
“Boleh banget dong. Gue kan bosen kalo temennya cuma Rita doang.” Shizuka menjulurkan sedikit lidahnya ke arah Rita yang sedang cemberut mendengar Shizuka bilang begitu. Tapi setelah itu Rita tertawa. Mungkin karena ia tahu Shizuka bermaksud bercanda, yaah...walau tidak lucu sih menurut Rita.
“Oh iya Na, rencananya aku sama Shizuka mau jalan-jalan sekitar sini. Dia pengen nyobain banyak masakan Indonesia katanya. Kamu mau ikut?” Rita berkata begitu sambil menyingkut lengan Shizuka. Shizuka cuma meringis sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Nana mengangguk sambil tersenyum. Kelihatan senang sekali Rita mengajaknya jalan-jalan bareng. Tapi sekarang malah Shizuka yang bingung. Tumben sekali ada teman sekelas yang mau berkenalan dengannya. Sampai diajakin jalan bareng pun, langsung diterimanya! Wah, bikin Shizuka jadi mikir kejadian hari ini harus dicatat di diary pakai huruf kapital plus spidol warna-warni!
“Lo...nggak takut sama gue?”
Nana tersenyum. “Kenapa aku harus takut sama kamu? Aku percaya kamu orang baik.”
Muka Shizuka terlihat bersemu merah. Terharu-senang bukan kepalang! Yah, habisnya selama ini Shizuka belum punya teman selain Rita. Setiap mencoba berkenalan dengan seseorang, pasti langsung kabur karena takut dengan rumor kekuatan Shizuka yang berhasil mengalahkan Izan dengan mudah. Bahkan Shizuka cuma senyum saja, orang yang diajak senyum langsung ngibrit bagai melihat hantu paling seram se-Indonesia.
“Nana, mulai sekarang lo sahabat gue! Rita juga!” Shizuka semangat amat sampai menggenggam tangan Nana dan Rita segala. Wadaw! Genggaman tangan Shizuka berasa seperti digenggam atlet Sumo. Suakit banget! Tapi Nana dan Rita cuma bisa tersenyum kecil. Mereka tidak tega merusak kebahagiaan Shizuka yang akhirnya setelah usaha seminggu, ada juga orang lain yang ‘berminat’ berteman dengannya.
Saat mereka hampir keluar dari gedung sekolah, langkah mereka harus berhenti mendadak. Di depan gerbang, berdiri cowok tinggi besar berkulit cokelat muda dengan kepala sedikit ditumbuhi rambut. Nana dan Rita terkejut. Bukan karena melihat tuyul yang sedang nangkring minta duit, tapi karena mereka tahu siapa cowok agak botak itu.
“Hai, lo masih inget gue?”
Shizuka melihat cowok itu dengan muka bingung. Raut mukanya kelihatan seperti menerawang berpikir siapa cowok Kingkong di depannya ini.
“Nggak.” Karena tidak menemukan jawabannya juga, akhirnya Shizuka menggeleng dengan tegas. Rita sampai menepuk wajahnya. Yaelah, Shizuka! Amnesianya sudah tingkat dunia nih!
“Ini gue! Lo beneran nggak inget gue? Gue yang udah lo kalahin!”
“Nggak.”
Cowok itu lalu melangkah mendekati Shizuka. Sampai jarak mereka dekat banget! Dengan kaku, tiba-tiba ia mengulurkan tangan ke arah Shizuka.
“Gue mau lo masuk ke klub gue. Klub Karate.” Katanya yang bikin Shizuka, Rita dan Nana melongo. Sudah jelas tadi Shizuka bilang tidak mengenalnya, eeh sekarang malah mengajaknya masuk klubnya. Pantas diacungi jempol tangan-kaki lah atas kepercayaan dirinya!
“Klub Karate?”
“Ya, jujur aja gue terkesan liat teknik lo waktu itu. Selama ini gue nggak pernah dibanting sehebat itu. Apalagi sama cewek.”
“Oooh! Iya iya gue ingat sekarang! Elo yang waktu itu ngelawan gue, ya? Si cowok pantang menyerah! Oh, iya gue ingat sekarang!"
GUBRAAAAAAAAK~! Kalau seandainya ini film anime, mungkin Rido sudah nyungsep ke tanah. Daritadi sudah ngomong sampai berbusa buat bikin dia ingat, kenapa malah baru ingat sekarang? Tapi, Rido buru-buru mengesampingkan ungkapan kekesalan hatinya. Demi mengajak cewek hebat tiada banding ini masuk ke klubnya.
“Lo mau kan?”
“Nggak.” Kata Shizuka datar, bikin Rita dan Nana harus melongo sekali lagi, dengan mata melotot pula menatap Shizuka yang ekspresinya sangat datar sekali menghadapi Rido.
“Shi...Shizuka...mendingan...”
“Tenang aja, Na.”
“Gue mohon.” Kata cowok itu lagi.
“Heh! sebelum ngajak orang masuk ke klub nya, harusnya perkenalkan diri dulu dong!” Kali ini, Shizuka main semprot tuh cowok dengan mata tajam sambil berkacak pinggang. Kali ini Rita dan Nana bukan cuma melongo saja, mereka sampai menepuk keras pundak Shizuka.
“SHIZUKAA!” Rita dan Nana kompak melotot ke arahnya. Wajah Rido jadi kelihatan mendung, seperti ada efek petir menyambar-nyambar saking terlihat seramnya ia memandang Shizuka. Dalam hati, sebenarnya Rido sudah tak tahan lagi dengan tingkah Shizuka yang menurutnya sok banget itu. Tapi, yaah apa boleh buat! Harus sabar! Sabaaaar!
“Gue Rido. Kita seangkatan kok. Gue murid kelas dua juga. Tapi kelas 2-1. Kapten klub Karate.”
“Nah, gitu dong. Itu baru bener.” Shizuka senyam-senyum sambil menepuk keras pundak Rido yang besar untuk ukuran anak SMP. Nana sampai tidak bisa berhenti menatap Shizuka. Masalahnya, dia ini Rido, lho! Cowok yang terkenal tidak akan memohon sama siapa pun itu! Cowok berpengaruh kedua setelah Izan! Gila! beneran gila! Hati Nana terus saja bergejolak tidak percaya. Ingin rasanya membantah semua kenyataan yang dilihatnya sekarang.
“Jadi gimana? Gue mohon lo.....”
“Nggak.”
“Kenapa?”
“Nggak tertarik.”
“Gue mohon.”
“Pokoknya nggak. Udah, ya. Gue nggak mau bikin Nana dan Rita nunggu.” Shizuka membungkuk sedikit lalu menggandeng kedua sahabatnya itu berjalan melewati Rido. Tangan Rido terkepal semakin kuat. Tidak menyangka dirinya ditolak mentah-mentah! Sama cewek, lho! Cewek! Padahal cuma mengajak Shizuka masuk klub Karate, tapi sakitnya berasa seperti ditolak cewek yang disukai untuk jadi pacarnya saja! Yosh! Bukan Rido namanya kalau menyerah begitu saja. Semangat!
“Gue bakal ngikutin lo kemana pun lo pergi sampe lo nerima ajakan gue!”
Tap! Shizuka berhenti melangkah. Ia membalikkan badannya dan melihat Rido berjalan menghampirinya. Rita dan Nana jadi menyeret Shizuka berbalik membelakangi Rido untuk berdiskusi berusaha meyakinkan cewek tegas itu.
“Eh, Shizuka. Mending kamu terima aja, deh. Cocok buat kamu juga kan? Kamu bisa dapet piala kalo menang, mengharumkan nama sekolah, bangsa dan....”
“Nggak mau, Ta.”
“Kenapa? Nanti dia ngikutin kamu terus lho. Dia itu yaa nggak pernah ditolak kalo dia minta. Cowok aja nggak ada yang berani bantah perintah dia kecuali Izan. Kamu orang pertama yang berani nolak permintaannya, lho.” Nana juga tidak mau ketinggalan bisik-bisik membujuk Shizuka. Shizuka jadi terdiam lalu berbalik menatap Rido dengan tajam.
“Ternyata reputasi lo ‘bagus’ juga di sekolah.” Shizuka mengayunkan dua jari telunjuk dan tengah di kanan-kiri tangannya.
“Yaaah...asal lo tau aja gue ngajak lo karena gue mengakui...”
“Silahkan aja lo ngikutin gue. Gue tetep nggak mau masuk klub itu.” Potong Shizuka dengan tegas. Rido kaget tidak percaya mendengar kata-kata Shizuka. Ia cuma bisa terpaku kesal memandang kepergiannya.
Tapi tanpa mereka sadari, Rizal—tangan kanan sekaligus mata-mata Izan, sedang mengawasi di belakang pohon. Ia mengambil ponsel dari sakunya lalu menelpon Izan.
“Halo, bos. Ini saya. Target udah keluar dari sekolah.”
“Bego lo! Kenapa lama banget! Hah?!”
“Ma..maafkan saya, bos. Tadi dia dicegat sama si botak.”
“Si botak? Sialan! Ya, sudah! Lo awasin terus boneka gue. Oke?”
Rizal menutup ponselnya. Ia menghela napas meratapi sikap Izan yang makin lama makin ganas. Tapi hatinya tidak putus berdoa untuk kesadaran Izan.
******************
Shizuka sedang berbicara tidak jelas dengan supirnya yang sudah menunggunya di tempat biasa. Rita dan Nana cuma terbengong-bengong melihat betapa mewahnya mobil Shizuka. Ditambah lagi supir Shizuka yang nyentrik dengan kimono hijau motif bambu. Bikin mereka cuma bisa diam dengan mata hampir copot deh saking lebarnya mata melotot mereka. Saat mobil hitam mentereng itu pergi, Shizuka kembali menghampiri Nana dan Rita.
“Yuk!”
“Ka...kamu...i..itu tadi...hah...apa?”
“Hahahhaha...kalian ini. Itu asisten gue, Shiratori san.”
Mereka berdua saling pandang. Sepertinya pemikiran Rita dan Nana sama. Asistennya aneh! Namun mereka memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan cowok nyentrik tadi. Mending tanya-tanya soal Jepang ke Shizuka deh. Namun, langkah mereka tiba-tiba terhalang cowok kuyu dengan seragam ala manusia rimba. Berantakan banget! Siapa lagi kalau bukan Izan?
“Halo, boneka sayang.”
“TEMEE[1]~! UDAH GUE BILANG...”
“Udah siap dengan neraka level dua?”
Rita dan Nana begidik ketakutan melihat tatapan tajam Izan yang padahal cuma menatap Shizuka. Tapi aura dingin dan kejamnya, sangat terasa sampai ke pikiran Rita dan Nana. Tiba-tiba dengan secepat kilat, Izan beranjak dari tempatnya berdiri dan tiba-tiba ia sudah melingkarkan tangannya yang kuat ke arah Nana. Jangankan hajar mampus si Izan, mencegah saja Shizuka tidak sempat! Cepat banget lah gerakan Izan!
“ELO?! MAU LO APAIN NANA?! LEPASIN DIA!” Shizuka ambil ancang-ancang siap mengeluarkan jurus ilmu bela dirinya ke Izan untuk membebaskan Nana.
“Eits! Tunggu dulu. Kalo lo macem-macem, leher cewek ini bakalan putus dan gue nggak bakalan main-main.”