“Shiratori san~! Motto hayaku shinasai yo~ mou chikoku desu kara~[1] ” Shizuka terus-terusan melihat jam tangannya.
“Mou shiwake arimasen. Ima juutai desu node watashi ga...[2] ” Shiratori tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena tiba-tiba Shizuka menarik tangan Rita dan Nana keluar dari mobil.
“Shi...Shizuka sama![3] ”
“Daijoubu. Watashitachi ga aruku kara. Jaa na, Shiratori san.[4] ” Shizuka menutup pintu mobil dan berlari menyusuri trotoar. Rita yang masih planga-plongo tidak mengerti apa yang dibicarakan barusan, cuma bisa diam mengikuti langkah super jet Shizuka. Nana cuma terbengong-bengong melihat punggung Shizuka yang sedang berlari sambil menggandeng Rita dan dirinya.
“Maaf, ya.” Tiba-tiba Shizuka berkata begitu sambil setengah menengok ke arah Rita dan Nana. Mereka malah bingung tidak mengerti. Langkah Shizuka melambat lalu melepaskan tangannya dari tangan Nana dan Rita. Shizuka menghentikan langkahnya, dan berbalik memandang mereka. Nana dan Rita sekarang malah melongo kagum. Kagum karena melihat wajah cantik Shizuka yang tersinari cahaya matahari pagi. Serasi banget dengan tekstur kulitnya yang putih kekuningan. Membuatnya terlihat makin bersinar. Cantik banget siiih!
“Gue...malah ngajak kalian jalan sampe ke sekolah. Padahal cuaca lagi panas-panasnya. Maaf, ya. Habis kalo nggak gitu...”
“Nggak pa-pa, kok Shi. Aku tahu kamu ngelakuin ini biar kita nggak telat.”
“Iya, kamu nggak usah khawatir. Kita nggak bakalan marah cuma karena itu kok.” Tambah Nana lalu memandang Rita sesaat. Rita pun ikut mengangguk. Shizuka tersenyum cerah yang membuatnya terlihat semakin cantik. Dengan riangnya, Shizuka menggaet lengan mereka berdua dan kembali melangkah. TAP! Langkah Shizuka tiba-tiba berhenti.
Seorang bapak-bapak kurus dengan jalan sempoyongan, tiba-tiba saja mendatangi Shizuka. Shizuka awalnya merasa bingung kenapa tiba-tiba bapak itu mendatanginya. Rita dan Nana pun mulai ketakutan mengira bapak itu akan macam-macam dengan Shizuka.
“Tolong...tolong anak saya...” Bapak itu tiba-tiba menangis sambil menatap Shizuka dengan muka melas. Rita melirik judes ke arah si bapak lusuh itu. Apa-apaan coba si bapak ini? Anaknya kenapa-napa kok malah mendatangi kita? Sana tuh ke kantor polisi! Kini, Rita melirik dengan raut khawatir ke arah Shizuka yang terdiam. Walaupun wajah Rita kelihatan cemas, hatinya masih setia memaki-maki si bapak (yang sepertinya) tidak beres-mencurigakan itu.
“Ma...maaf ya, Pak. Kita mau sekolah...” Nana membungkuk sedikit lalu menarik tangan Shizuka. Tapi....
“Anak bapak kenapa?” Pertanyaan polos Shizuka sukses bikin Rita dan Nana terkejut. Rita jadi makin gusar sampai matanya melotot tajam ke arah Shizuka. Shizuka terhipnotis atau gimana sih? Tadi tuh Nana sudah bagus menberikan kesempatan mereka untuk kabur, tapi kenapa Shizuka malah jadi kepo menanyakan soal anaknya? Tapi sayang seribu sayang. Jangankan suara hatinya, pelototan tajam Rita saja tidak disadari Shizuka.
“A...anak saya mau bunuh diri. Sa...saya...saya nggak sanggup mencegahnya. Saya mohon...” Bapak itu sampai bersujud di depan Shizuka. Bikin orang-orang di sekitarnya bisik-bisik sambil melihat ke arah bapak tersebut. Nana dan Rita lama-lama risih juga sampai menarik-narik lengan Shizuka untuk segera kabur.
“Saya mohon, anak saya juga anak sekolahan. Mungkin kalo sama neng-neng ini hatinya bisa luluh.”
Rita makin curiga dengan bapak-bapak ini. Bapak kurus brewokan, lebay tidak jelas begitu, pikir Rita jelas saja ada yang tidak beres. Jangan-jangan bapak ini berniat menipu terus duit kita diambil? Sori ya kita tidak bego!
“Shi, kita pergi aja yuk. Udah terlambat, kan.” Rita menggandeng tangan Shizuka. Nana juga ikut-ikutan menarik tangan Shizuka. Tapi sayangnya, Shizuka tetap diam tak bergeming. Badan Shizuka juga terasa beraaat banget untuk ditarik dua orang sekelas Nana dan Rita!
“Shi...Shizuka...”
“Rita, Nana, kita tolongin bapak ini, yuk.” Katanya dengan mata berbinar-binar. Gendang telinga Rita seperti mau pecah mendengar pernyataan polos Shizuka. Hatinya pun jadi semakin was-was. Wajah Nana juga kelihatan sama terkejutnya dengan Rita. Dia ini beneran polos atau gimana sih? Bisa saja kan orang ini mau mengajak ke tempat aneh-aneh terus nanti dijahati? Di...diperkosa misalnya? Waah, gawat!
Nana memegang kedua lengannya erat. Takut karena mengingat kejadian saat dirinya disandera Izan kemarin. Ia juga sering lihat berita pemerkosaan di TV. Hiii!
“Tunggu, Shi. Jangan sembarangan. Nanti kalo ada apa-apa...”
“Ah, nggak mungkin Ta.”
“Shizuka, mending jangan deh. Aku mohon, Shi.” Nana sampai memegang tangan Shizuka dengan kuat. Shizuka melihat wajah ketakutan yang teramat sangat di wajah Nana. Benar juga, dia pasti masih trauma dengan kejadian kemarin.
“Kalo terjadi apa-apa sama lo, gue pasti bakal tanggung jawab deh.”
Nana jadi terdiam—tidak bisa berkata-kata lagi. Sepertinya nih, mau Nana nangis meraung-raung sambil melolong juga, Shizuka bakalan tetap teguh setia pada pendiriannya.
“Lo juga, Ta. Kalian...percaya sama gue, kan? Kita sahabat, kan? Kalian berdua orang yang gue sayang. Nggak akan gue biarin orang ngejahatin kalian. Terutama elo, Na.” Kata-kata Shizuka ini entah kenapa, bikin hati Nana dan Rita tenang. Mereka tersenyum lalu dengan mudahnya mengangguk setuju dengan niat ‘baik’ Shizuka.
“Pak, kami mau bantu bapak. Dimana anak bapak?”
“Oh, makasih. Makasih, nak. Makasih. Ayo, ikut bapak.”
Shizuka berjalan sendirian di depan bapak itu, sementara Nana dan Rita saling mendekat ketakutan berjalan di belakang Shizuka. Hmmm....ternyata rumahnya jauh juga. Wah, ini sih gue harus bolos sekolah. Shizuka menghela napas menyesali keputusannya yang tidak menuruti perkataan Nana dan Rita.
Mereka akhirnya tiba di depan sebuah rumah berwarna hitam yang terlihat menyeramkan dari luar. Nana dan Rita jadi semakin begidik ketakutan dan mempererat rangkulan mereka. Tapi Shizuka dengan santainya masuk mengikuti bapak itu. Saat Shizuka telah masuk ke dalam rumah, pintu rumah itu tiba-tiba tertutup tepat saat bapak itu menjentikkan jarinya! Dari arah belakang, dua orang berbadan besar mengayunkan pentungan akan memukul kepala Shizuka. Tapi dengan mudahnya Shizuka bisa menghindar. Kedua orang itu cuma bisa planga-plongo bingung. Mereka berusaha memukulnya, tapi selalu tidak kena. Dalam hati, bapak separuh baya yang ternyata Jack itu, kaget juga melihat Shizuka dengan mudahnya lolos dari sepuluh anak buahnya yang berusaha mengincar kepala Shizuka.
Hmm.....cewek ini kayaknya bukan cewek biasa...
******************************
"Pak, mana anaknya? Kok daritadi kita muter-muter aja, sih?” Shizuka sebenarnya agak curiga dengan si bapak. Tapi dia tetap bertanya dengan nada sopan.
“Ya...naik ke atas sini, neng. Disana ada kamar anak saya.”
Shizuka mengangguk dan menaiki tangga tersebut sampai tiba di depan sebuah kamar.
“Buka aja. Saya udah nyerah ngadepin dia.” Kata Jack saat Shizuka memandang ke arahnya. Tangan Shizuka perlahan bergerak akan membuka handel pintu.
Hahahahha....rasain lo bocah. Gue emang selalu bersih ngelaksanain tugas. Ini mah gampang. Jack yang sedang menyamar tertawa dalam hati. Merasa senang rencananya akan berhasil. Tapi wajah sumringahnya harus tertahan dulu karena tiba-tiba Shizuka menghentikan gerak tangannya.
“Oh, iya! Daritadi Nana sama Rita kok nggak ada, ya? Bapak tau nggak dua cewek yang tadi sama saya kemana?” Tanya Shizuka dengan wajah khawatir. Sial! Nih cewek berisik amat sih! Tinggal buka pintunya saja padahal. Huh! Apa boleh buat harus akting sedikit lagi. Rasanya kepala Jack sudah berasap bagai cerobong kereta saking tidak bisa bersabar menghadapi Shizuka yang agak polos.
“Kalo gitu, tunggu bentar ya. Saya mau cari temen saya dulu.” Shizuka hampir saja beranjak pergi kalau tangan Jack tidak dengan cepat menangkap bahu Shizuka. Tapi akibatnya.....
“KYAAAAAAA~!” Shizuka langsung melayangkan tendangan kaki kanannya sampai Jack terpental jauh.
“A! Maaf! Maaf! Maaf! Saya tidak sengaja. Maaf.” Shizuka membungkuk beberapa kali lalu mendekatinya dan mengulurkan tangan.
GILA! Beneran gila! Cewek ini kuat banget! Gue...gue bisa terpental jauh seperti ini dan dia bilang itu tidak sengaja?! Gue harus waspada sama nih cewek! Hati Jack masih tidak berhenti bicara saking banyak hal diluar dugaannya. Jack sebenarnya sudah habis kesabaran gara-gara kena tendang, tapi ia ingat tugasnya harus ‘bersih’ sempurna. Jack langsung menggenggam kedua tangan Shizuka sambil menangis. Sepertinya kalau menghadapi Shizuka, Jack harus mengeluarkan semua jurus pamungkas akting ala aktor Hollywood.
“Saya mohon, Neng. Kasihan anak saya. Dia nggak mau sekolah dan sekarang dia bilang pengen mati. Saya mohon.”
Shizuka yang masih juga tidak sadar kalo sebenarnya ia tertipu, iba juga melihat muka melas Jack. Sedikit kecurigaan yang tadi muncul di benak Shizuka, langsung hilang begitu melihat wajah melas bapak itu.
“Baiklah. Aku buka, ya Pak.” Kata Shizuka sambil berjalan mendekati pintu tersebut dan kali ini tanpa ragu ia membukanya. Begitu pintu terbuka, Shizuka sangat kaget dengan apa yang dilihatnya. Ia melihat Izan duduk dengan tangan terikat ke belakang. Kepalanya menunduk, sepertinya sedang tak sadarkan diri. Walaupun ia tahu Izan kejam, tapi sisi kemanusiaan Shizuka tetap peduli dan kasihan melihatnya.
“IZAAAN!” Shizuka segera mendatangi Izan untuk melihat keadaannya. Jack menyeringai jahat. Ia mengeluarkan pisau dari saku jasnya lalu dengan gerakan cepat tanpa bersuara, menghunuskan pisau ke arah Shizuka yang membelakanginya. Tapi beneran tak disangka-sangka Jack, Shizuka menahan pisau yang akan menusuk dirinya itu dengan tangan kanannya, tanpa membalikkan badannya! Jack berusaha menarik-narik pisau yang digenggam Shizuka dengan kuat, tapi tetap saja tidak bisa terambil.
“Temee nani wo yatta no ka shitteru ka...?[5] ” Shizuka berkata pelan menahan sakit di tangannya yang sudah berdarah-darah menahan pisau. Entah kenapa tubuh Jack serasa merinding saat Shizuka bilang begitu. Yaah, walaupun tidak bisa mengerti dia ngomong apa. Tapi baru kali ini tubuhnya serasa kaku sampai tidak bisa bergerak. Apalagi, lawannya cuma cewek. Aah! Ini beneran rekor baru untuk Jack sang bos tukang pukul!
“Apa yang udah lo lakuin ke temen gue?” Shizuka menoleh ke arah Jack yang ada di belakangnya dan berdiri sambil masih menahan pisau Jack. Jack berusaha menghindar, tapi ia cuma bisa menjauhinya beberapa inchi. Entah kenapa saat melihat Shizuka, seperti ada lem yang membuatnya tidak bisa melepaskan pegangan pisaunya. Mungkin saking seramnya wajah Shizuka sekarang, Jack sampai gemetaran. Ini juga masuk dalam rekor Jack sebagai sikap yang baru kali ini ia tunjukkan setelah sepuluh tahun menjadi tukang pukul terselubung.
“SHINEE YOO USOTSUKEEE~![6] ” Dengan wajah berapi-api dan membabi buta, Shizuka membanting Jack berkali-kali. Saat tubuh Jack membentur pintu, ia menendang perut Jack sampai ia terlempar ke samping dan akhirnya pingsan. Napas Shizuka terengah-engah sambil menahan tangan kanannya yang masih tidak berhenti mengeluarkan darah. Dengan mata sedikit berkunang-kunang, ia menghampiri Izan yang masih diam tak bergerak.
“Izan...Izan...lo nggak pa-pa kan? Izan...”
DUAK! Tiba-tiba Izan membenturkan keningnya ke kening Shizuka yang membuatnya jatuh terduduk. Izan mengeluarkan tangannya yang ternyata selama ini tak terikat sama sekali. Telunjuknya mengangkat dagu Shizuka yang sepertinya sedang pingsan.
“Gue...bisa...gue...ngalahin boneka bodoh ini? Hahaha....” Izan tertawa puas sambil melihat wajah Shizuka.
“Hmmm...ternyata ide gue hebat juga. Gue emang sengaja nggak ngasih tau detail soal Shizuka ke Jack biar dia dulu yang jadi korban amukan si boneka brutal ini.” Gumamnya sambil duduk santai. Ia menyibak rambut panjang Shizuka yang menghalangi wajahnya. Wajah Izan seketika itu memerah. Baru sadar kalau ternyata Shizuka secantik ini.
“Hmmm... ternyata kalo lagi pingsan gini cantik juga. Coba dia bukan cewek kuat, udah gue pacarin.” Izan mengangkat wajah Shizuka.