YANG BELUM USAI

essa amalia khairina
Chapter #8

8

Maafkan aku, sayang. Aku sudah berbohong padamu. Aku sudah menyembunyikan sesuatu yang seharusnya aku jaga, yakni perasaan dan kesetiaan. Aku tidak bisa untuk menahan hati untuk berkata tidak apalagi jangan. Ingin sekali aku menyerah, ingin sekali aku menghilang, dan ingin sekali aku melupakan. Namun, rasanya sungguh berat dan tak bisa aku lerai. 


Di sudut lorong koridor sebuah klinik kandungan itu, Deska menghela udara dalam-dalam diantara campuran aroma citrus dan obat-obatan yang menusuk rongga hidungnya. 


Tak lama, suara pintu yang sejak tadi ia tunggu-tunggu akhirnya terdengar, disertai degup jantung yang makin tak menentu. Deska kemudian beranjak dan memandang lemas wajah wanita itu. "Karin, apa kata dokter? Kamu dan kandungan kamu apa baik-baik aja?"


Karin mengangguk dengan setingkat senyum manis di wajahnya, meski Deska tahu kesakitannya tadi membuat wanita itu tak berdaya. 


"Syukurlah," Deska mengusap dada kelegaan. "Kalau begitu, kita pulang sekarang."


Karin mengangguk. "Makasih ya, Deska. Dan maaf sudah merepotkanmu lagi dan lagi."


"Aku tidak tega mendengar suara kesakitan kamu di telepon tadi. Tapi, kalau kata dokter kondisi kandungan kamu baik-baik saja, aku ikut merasa lega."


Karin mengangguk, lagi. Ia mulai berjalan lebih dulu lalu Deska menyusul di sisinya. Mereka melangkah, diam-diam tenggelam dalam pikirannya masing-masing. 


Deska melirik ke arah Karin, tapi tak berkata apa-apa. Ada banyak yang ingin ia tanyakan, namun rasanya antara belum waktunya dan terbelenggu oleh rasa bersalahnya terhadap Alia yang mungkin sekarang tengah khawatir menunggunya di rumah.  


Mereka menuju area parkir. Deska membukakan pintu mobil untuk Karin dan mempersilahkan wanita itu masuk. Kemudian, ia berjalan mengitari kap mobil dan duduk di kursi pengemudi. 


Suara mesin menggeram pelan, mengisi keheningan yang menggantung di antara mereka. Sesaat sebelum Deska melesatkan mobilnya, ia sempat melirik Karin. Wanita itu belum mengenakan sabuk pengaman yang seharusnya sudah terpasang. "Karin," Suaranya lirih namun jelas. 


"Iya?"


"Kamu, belum pakai sabuk pengaman?"


"Uh!" Mata Karin menatap tubuhnya sendiri ke bawah. "Oh iya, aku lupa." Gumamnya sambil mulai berusaha menarik tali hitam itu. 


"Bisa?"


"Sebentar." Tangan Karin ke belakang, berusaha meraih sabuk pengaman itu. Namun, jemarinya seakan kehilangan arah dan sulit menemukan pegangan yang tepat. 


"Biar aku bantu." Ujar Deska menghadapkan tubuhnya sedikit ke arah Karin. Tangannya dengan lembut meraih sabuk pengaman itu. 


"Deska," Karin bersuara dengan sangat lembut. 


Terdengar jelas di telinga Deska, seperti bisikkan yang memabukkan. Ia tak menyadari bahwa jarak mereka cukup dekat. Degup jantungnya kembali berdetak lebih kencang, seakan menandakan sesuatu yang tak dapat terucap.


Matanya secara tak sengaja bertemu dengan mata Karin. Ada getaran halus yang perlahan menyelimuti mereka, campuran antara kehangatan, keraguan, harapan, bahkan kerinduan yang sudah lama tak pernah lagi mereka usik. 


Karin tersenyum. "Makasih." Tambahnya mengejutkan. 


"Oh." Deska berpaling dan duduk di posisinya. "I-Iya, Karin, sama-sama." Apa-apaan ini! Ini gila! 


"Kita pergi sekarang?"


"Uhm." Angguk Deska mulai melesatkan mobilnya melaju meninggalkan klinik kandungan yang tak begitu jauh dari pusat kota. 


Deska mulai menyalakan wiper mobil di saat rintik hujan mulai membasahi kaca depan. Sesaat, suara itu memenuhi kesunyian di dalam mobil. 


Deska mengemudikan mobilnya dengan laju pelan, menyesuaikan kecepatan dengan derasnya hujan di luar. Tak lama, suara getar memanggil. Lengannya merogoh saku di balik tuxedo dan mendapati layar tengah menyala, suara panggilan masuk. "Halo, Yud?"


"Lo dimana? Bukannya lo ada urusan di kantor? Gue gak sengaja berpapasan lihat lo tadi di jalan."


Deska tertelan. Gawat! 


"Des?"


"Oh iya, gue tadi habis cek lokasi dulu. Sorry."


"Lo gak lagi sama Karin, kan?"


Sial! Deska membekam bibirnya rapat. Kenapa Yuda bisa menebak itu semua?


"Gue tadi habis ke rumah Karin. Tapi rumah itu udah lama kosong, kayaknya."


"Iya, gue gak tahu. Nanti gue hubungi lagi, ya. Oh ya, Alia udah lo antar sampai rumah, kan?"


"Iya, udah."


"Sekali lagi thanks ya, maaf ngerepotin lo."


"Iya."


Tuuut. 


Deska menghembuskan napasnya sambil memasukkan lagi ponselnya ke dalam tuxedo


"Siapa? Yuda?" Tanya Karin kemudian. "Ada apa dia nelpon kamu?"


Lihat selengkapnya