Clara kembali pada posisi duduknya di tepi ranjang. Ia mulai melucuti pakaian pengantinnya secara perlahan, lalu ia berjalan menuju kamar mandi untuk berendam. Setelah hampir setengah jam ia berada di sana, ia keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kloset, mengeluarkan pakaian tidur berwarna putih berbentuk daster lengan panjang yang menutupi semua bagian tubuhnya sampai ujung mata kaki. Di bagian lehernya, pakaian tidur itu dihiasi pita kecil berwarna hijau muda. Semua barang-barang pribadinya telah sampai di kediaman Brightman seminggu sebelum acara pernikahan dan telah dirapikan oleh pelayan yang memang diperuntukkan melayani kesehariannya.
Ia tengah duduk di depan meja rias dan menyisir rambut pirangnya ketika seseorang mengetuk pintu dari arah luar dengan lembutnya.
“Masuk!” ucap Clara sambil menatap ke arah pintu.
Seseorang membuka pintu kamar dan Sophia Brightman dengan pakaian tidur yang serupa dengan pakaian tidur Clara berdiri di depannya.
“Apakah aku mengganggumu?” tanya Sophia sambil tersenyum dengan manisnya. Tuturnya lembut selembut tatapannya pada Clara.
“Tentu saja tidak. Masuklah!” ucap Clara sambil berdiri dan menghampiri Sophia. Ia menarik tangan Sophia lembut mengajaknya ke ranjang.
“Ada apa?” tanya Clara. Mereka duduk bersebelahan dan bertatapan.
“Aku ingin minta maaf,” ujar Sophia.
“Minta maaf? Kenapa?” Clara terlihat bingung.
Ia mengernyitkan alisnya. Bagaimana pun itu komunikasinya yang pertama dengan Sophia dan itu dimulai dengan minta maaf. Tentu saja, ia menjadi bingung.
“Karena Karl bersikap kasar kepadamu,” ucap Sophia dengan lembut. Ekspresi di wajahnya terlihat agak kecewa.
“Ah!” Clara tertegun.
Pikirannya langsung ingat pada kejadian di upacara pernikahan dan saat Karl mengancamnya di kamar agar tidak mendekati Sophia. Ia dengan cepat paham tentang Sophia dan Karl, menguatkan rumor yang dikatakan oleh publik bahwa memang ada sesuatu yang istimewa antara Karl dan Sophia. Itu juga memberikannya sebuah pengetahuan bahwa dirinya hanyalah pemeran figuran yang dibuat antagonis oleh mereka saja yang menonton kisah mereka.
“Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu dan bukan tanggung jawabmu untuk meminta maaf. Yang salah si Kulkas enam pintu itu. Jadi, biarkan saja!” ucap Clara sambil tersenyum. Cara dia bicara agak lucu sehingga Sophia tertawa kecil sambil menggumamkan sesuatu. .
“Kulkas enam pintu?” Giliran Sophia yang mengernyitkan alisnya, tetapi tak lama. Ia langsung tertawa kecil saat ia paham siapa yang Clara sebut kulkas enam pintu itu.
“Sebenarnya, Karl orang yang hangat dan lembut.” Sophia mencoba menjelaskan.
“Iya, hanya kepadamu, tidak kepadaku, tapi aku tidak apa-apa dan sebenarnya tidak peduli. Jadi, kau tak perlu khawatir,” ucap Clara sambil tersenyum.
“Bagaimana pun, selamat datang di Keluarga Brightman. Semoga kau nyaman. Jika kau ada masalah atau apa saja, kau bisa bicara kepadaku. Aku senang karena akhirnya aku punya teman perempuan yang seusiaku. Sebelumnya, aku merasa kesepian,” ujar Sophia dengan nada yang agak sedih.
“Kesepian?” Clara terlihat heran.
“Kenapa? Bukankah semua orang menyayangimu di sini?” Clara menatap dan benar ia sungguh tak paham dengan yang dikatakan Sophia, oleh karena itu ia bertanya.