YANG BULAN SAKSIKAN

Raden Maesaroh
Chapter #5

Bab 5 Ana dan Hans


Mereka duduk bersama setelah menikmati makan malam dalam keheningan. Sebenarnya sudah berapa kali kedua pelayan itu saling melirik dan cepat mengalihkan kembali seolah keduanya takut ketahuan. Clara menyaksikannya diam-diam dan menyunggingkan senyuman lalu menghela napas panjang. 

“Baiklah! Kurasa aku akan membuka percakapannya saja sekarang.” Clara memperbaiki posisi duduknya. 

Kedua pelayan duduk dengan sigap siap mendengarkan. 

“Tuan Hans,” ucap Clara sambil menatap Hans. 

“Iya, Nyonya,” jawab Hans terlihat gugup.

“Bolehkah aku hanya memanggilmu Hans. Kau lebih muda dariku, bukan?” tanya Clara.

“Oh, tentu saja, Nyonya. Anda boleh panggil saya Hans saja,” ucap Hans. 

“Baguslah!” Clara terlihat lega. 

“Juga, sudah berapa lama kalian berhubungan?” tanya Clara melihat ke arah Ana dan Hans. 

“Eh?” Ana tersentak kaget. Ia menutup mulutnya saking kagetnya.

Hans terkejut dan diam dalam posisinya, tertegun lama. 

“Kalian tidak perlu sekaget itu. Aku tak akan berkata apa-apa kepada siapa pun. Aku tidak tahu peraturan di sini tentang pelayan dan seperti itu, tapi aku bisa pastikan jika kalian adalah sepasang kekasih dan aku bisa menjaga rahasia ini untuk kalian.” Clara menatap Ana lalu Hans. Keduanya saling memandang lalu menundukkan kepala.

“Tidak ada yang bisa menghalangi cinta. Aku sangat paham. Jadi, kalian aman.” Clara mengambil tangan Ana dan Hans dan menyatukan mereka. 

“Jangan ragu untuk berbicara atau meminta bantuan kepadaku jika kalian perlu!” sahut Clara sambil tersenyum.

“Nyonya...!” Ana tampak terenyuh. Matanya berkaca-kaca. 

“Nyonya, ...saya ...!” Hans juga tak bisa melanjutkan kata-katanya karena ia merasa terharu. 

“Aku tak peduli kalian ada di pihakku atau tidak. Itu tidak penting untukku. Dan kalian juga tidak perlu melakukan sesuatu yang membuat kalian dalam posisi yang tidak nyaman. Lakukan saja pekerjaan kalian seperti biasa! Aku tidak akan meminta apa pun dari kalian sebagai imbalan tutup mulut!” Clara menjelaskan. 

“Jadi, jangan khawatir!” sambungnya. Ia melepaskan tangan mereka. 

“Aku memintamu datang karena aku perlu menjelaskan jadwalku kepadamu dan kau bisa menjelaskan itu kepada Tuan Brightman. Ana, kau juga perlu tahu karena kau adalah orang yang paling dekat denganku. Oleh karena itu, mengumpulkan kalian seperti ini jauh lebih mudah untuk mengatakan yang akan kujelaskan.” Clara menghela napas panjang. 

Keduanya menganggukkan kepala. 

“Aku tak perlu lagi menjelaskan tentang makan kan! Kalian sudah tahu!. Aku akan berada di perpustakaan mulai pukul delapan pagi sampai pukul empat sore. Jadi, Ana kau boleh mengantarkan makan siangku ke sana pada siang hari. Lalu aku akan bermain dengan Bando sebelum pukul delapan dan sesudah kegiatan di perpustakaan. Setelah itu, aku akan berada di kamar untuk menulis disertasiku. Aku akan pergi hari Rabu dan Sabtu ke rumah orang tuaku dan selain itu, aku akan tetap berada di mansion. Tolong bilang itu kepada Tuan Brightman,” jelas Clara.

“Baik, Nyonya,” ujar Hans. Ia mencatat di buku kecilnya. 

Clara memberikan waktu untuk Hans mencatat. 

“Nyonya,” ujar Hans setelah ia selesai dengan catatannya.

“Ada Apa?” tanya Clara. Ia menatap Hans. 

“Sebenarnya, ada beberapa kegiatan yang harus Anda hadiri karena Anda adalah istri Tuan Karl,” jelas Hans.

“Kegiatan?” Clara mengernyitkan alisnya. 

“Iya, benar. Dalam waktu enam bulan ke depan, Anda harus mendampingi Tuan Karl,” ucap Hans.

“Kenapa? Karl sangat membenciku. Aku yakin dia tak akan membawaku. Sophia akan lebih pantas dan sebenarnya lebih tepat untuk mendampinginya.” Clara terlihat heran. 

Hans dan Ana saling menatap. Sepertinya isu tentang kedekatan Karl dan Sophia sudah Clara ketahui. 

“Nyonya, maafkan saya memotong pembicaraan. Tapi, apakah Anda tahu tentang Tuan Karl dan Nona Sophia?” tanya Ana dengan nada yang agak ragu.

“Siapa yang tidak tahu? Bahkan semuanya tahu bahwa aku hanyalah pemeran figuran dalam kisah mereka berdua, bukan? Tapi, aku tidak apa-apa, Ana. Karl dan aku hanya korban. Tuan Brightman pasti mengambil keputusan yang amat berat untuk hal ini. Aku sangat tahu karakter ayahku. Kadang-kadang aku berpikir apa yang sudah kuperbuat dalam kehidupan sebelumnya sehingga aku menjalani kehidupan seperti ini sekarang. Tapi, aku tahu bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Selalu. Dan itu artinya ini yang terbaik.” Clara menjelaskan sambil menatap mereka dan tersenyum. 

Ana dan Hans saling menatap heran. Sekarang mereka harus berpikir ulang mengenai Clara yang sama sekali tak sama dengan yang diceritakan kepada mereka sebelumnya. Mereka sama sekali tak melihat keangkuhan atau rasa arogan dari Clara seperti yang diceritakan Karl Brightman sebelumnya. Bukankah Clara Miller adalah perempuan yang sangat kasar dan tak pernah menghargai siapa saja. Apalagi pelayan seperti mereka. 

“Jika aku hanyalah orang asing, aku adalah orang yang pertama akan mendukung hubungan Karl dan Sophia. Sophia cantik, lembut, ... dia wanita yang sempurna. .... dan Karl, meskipun dia terlihat dingin dan datar, aku merasa dia bukanlah laki-laki seperti itu. Aku merasa dia orang yang hangat. Aku bisa melihat dari cara dia memperlakukan Sophia. Aku berpikir mereka adalah pasangan yang sempurna. Aku akan berbahagia untuk mereka. Jadi, Hans, kau bisa bilang kepada Tuan Brightman bahwa Sophia bisa menggantikan aku mendampingi Karl,” jelas Clara dengan nada bicara yang meyakinkan. 

“Sepertinya saya tidak bisa melakukan itu, Nyonya. Tuan Brightman sudah menjelaskan dan ini memang aturannya. Suka atau tidak, baik Nyonya Clara maupun Tuan Karl harus menjalani ini!” jelas Hans. 

Clara diam dan menatap Hans sejenak.

Lihat selengkapnya