YANG BULAN SAKSIKAN

Raden Maesaroh
Chapter #9

BAB 9 PERTUNJUKAN

Karl dan Sophia datang lima menit sebelum pertunjukan dimulai. Jadi, mereka tidak langsung menemui Leonore, tetapi pergi menuju tempat VVIP yang Karl pesan sewaktu mereka makan siang. Mereka berbenah duduk dan menghela napas panjang meredakan masing-masing karena mereka berjalan dengan cepat menuju tempat saking khawatir terlambat. 

Tak lama kemudian, lampu teater dimatikan digantikan dengan lampu panggung yang nantinya menyorot bergantian ke semua arah dan fokus cerita dan ini juga bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Pertunjukan dimulai dengan iringan musik pembuka dan tak lama kemudian para pemain muncul di atas panggung berderet rapi memegang tangan membungkuk melakukan penghormatan sebelum mereka melakukan pertunjukan.  Ini disusul dengan riuh tepuk tangan siap menyambut permainan akting mereka. Setelah itu, tirai ditutup. Suara penonton pun tak terdengar karena mereka paham bahwa pertunjukan akan segera dimainkan.

Adegan demi adegan dimainkan dan alur cerita sedari awal sudahlah sangat menarik perhatian penonton. Ceritanya klasik, tentang seorang laki-laki dan perempuan yang saling mencintai tetapi tidak bisa mengungkapkan perasaan, mirip seperti Karl dan Sophia dan Clara atau Emilia dengan Tanner. Beberapa kali lampu panggung menyorot ke arah penonton juga dan itu termasuk Karl dan Sophia dan setiap kali lampu itu menyorot ke sana Karl akan dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah lain agar matanya tak silau dan wajahnya tak tertangkap kamera. 

Saat ia memalingkan wajahnya pada suatu titik, wajahnya terlihat kaget. Ia memicingkan matanya seolah ingin melihat dengan jelas sosok seorang perempuan yang duduk di barisan penonton VIP yang tepat berada di seberang bawahnya. 

“Clara!” lirih Karl. 

Tentu saja suaranya tidak akan terdengar oleh siapa pun karena suara musik pertunjukan cukup keras. Kali ini ia tertarik akan sorotan lampu panggung dan kamera itu yang beberapa kali menyorot bangku penonton dan pastinya itu dilakukan karena ingin memastikan bahwa perempuan yang ia lihat di deretan bangku itu adalah benar perempuan yang ia kira. 

Dan itu terjadi. Saat kamera dan lampu panggung menyorot ke arah Clara, perempuan itu langsung menunduk menyembunyikan wajahnya. Ia menarik topinya menutupi wajahnya, tapi tangan yang menjadi tempat melingkar cincin pernikahan Clara dan Karl tentu tak luput dari perhatian Karl. Mata Karl tetap menuju pada Clara bahkan ketika lampu panggung dan kamera sudah berpindah dari sana. 

Ia bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana perempuan itu tersenyum dengan indahnya saat menikmati permaina piano Tanner Humphrey lalu ia akan mengusap air matanya juga karena permainan piano dan lagu Tanner Humphrey. Beberapa kali ia menatap Clara lalu matanya bergulir pada si pemain piano di atas panggung dan beberapa saat kemudian kembali lagi pada istrinya itu. 

Kini pertunjukan itu tak lagi menarik perhatiannya. Ada yang lebih membuatnya penasaran. Karl seorang pengacara. Ia bisa dengan jelas berasumsi bahwa ada sesuatu di antara istrinya dan sang pemain piano. Plus, keduanya sama-sama berada di bidang musik. Tidak sulit bagi mereka untuk kenal satu sama lain dan bisa jadi sang pianis itu adalah satu di antara sekian banyak lelaki yang juga pernah mencicipi tubuh istrinya itu. 

Ketika pemikiran itu muncul, ia mengepalkan tangannya. Ia tidak cemburu, tetapi merasa terhina karena menikahi sampah seperti istrinya itu dan ia bahkan menjadi gunjingan teman-teman di kalangannya sendiri. Bukan sekali dua kali. Gunjingan di restoran itu sudah yang ke sekian kalinya. Ia sudah mulai jengah mendengar kata ‘mencicipi’, ‘menikmati’, dan semua yang berasosiasi dengan kata-kata itu hanya untuk menggambarkan bagaimana semua lelaki itu mendamba tubuh istrinya di ranjang. Namun, ia masih bisa menahannya. Dan itu karena harga dirinya yang tinggi, bahwa ia tidak akan terpancing dengan ucapan kotor dan mesum bahkan dari mulut teman-temannya sekali pun. 

Pertunjukan berlangsung selama 90 menit dan setelah selesai, Karl dan Sophia langsung menemui Leonore di belakang panggung. Sebenarnya, bukan Leonore bintangnya, melainkan lelaki yang tengah dekat dengannya, Tanner Humphrey. Hubungan mereka belum jelas, pacar atau sekadar jalan. Namun, bisa dipastikan bahwa ada sesuatu yang istimewa di antara keduanya. 

Selama pertunjukan, beberapa kali Karl sengaja pergi ke luar ruangan, khususnya ketika Clara terdeteksi olehnya meninggalkan kursinya. Diduga perempuan itu pergi ke kamar kecil, tapi dia tidak berhasil menemukannya. 

“Terima kasih sudah datang,” ucap Leonore ketika ia bertemu dengan Karl dan Sophia. Ia menjabat tangan mereka bergantian. 

“Mana pacarmu? Aku tidak melihatnya!” ujar Karl dengan santai. 

“Di depan sedang diwawancara. Sebentar lagi akan ke sini,” ucap Leonore dan baru saja ia berpaling saat lelaki yang ia sebutkan tengah berjalan menuju kepada mereka sambil menyunggingkan sebuah senyuman. 

“Halo, selamat ya! Pertunjukan yang luar biasa!” ujar Karl sambil menyalami Tanner. 

“Terima kasih!” ujar lelaki yang bertubuh tinggi tegap dan jelas tampan menyambut uluran tangan Karl sambil tersenyum ramah. 

“Dan Anda pasti Nona Sophia Brightman, adik dari Tuan Karl Brightman, bukan?” Tanner menicum tangan Sophia dengan sopan dan ia terlihat seperti seorang gentleman dan hal itu membuat Sophia tersipu malu. 

“Terima kasih sudah menghadiri acara ini!” ujar Tanner sambil tersenyum dan bergantian melihat ke arah Sophia lalu pada Karl. Yang ditatap mengangguk sambil tersenyum. 

“Mana istrimu?” tanya Leonore. Ia celingukan. 

Karl tersentak kaget. 

“Oh, dia tidak ikut!” ujarnya sambil berusaha bersikap tenang. 

“Sayang sekali!” ujar Tanner sambil masih tersenyum. Ada yang lain dari tatapannya. Namun, Karl berusaha tidak menunjukkan bahwa ia tengah curiga dengan tatapan dan senyuman Tanner saat mereka membicarakan istri Karl. 

“Permisi!” seorang perempuan dengan bunga Lily of the Valley di tangannya menghampiri ke arah mereka. 

Lihat selengkapnya