YANG BULAN SAKSIKAN

Raden Maesaroh
Chapter #10

BAB 10 PERDEBATAN

Clara melangkah seolah ia akan menuju pada Karl. Namun, setelah mereka hampir berhadapan, ia berlalu melewatinya membuat Karl agak tertegun dan kesal karena ia merasa tidak dianggap dan diacuhkan. Dengan wajah yang penuh dengan amarah, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menyusul Clara dengan cepat lalu menarik lengan kirinya dan membalikkan tubuhnya dengan kuat. 

“Aw!” Clara merintih kecil sambil berusaha melepaskan genggaman kuat tangan Karl. 

Pada saat yang sama, saat Karl membalikkan tubuh mungil Clara dengan tenaga yang cukup kuat, Clara kehilangan keseimbangan sebab ia tak menduganya sehingga ia kehilangan keseimbangan dan tubuhnya jatuh menimpa tubuh Karl dan Karl karena ia juga tak berjaga akan hal itu, ia terlambat untuk menahan tubuh perempuan itu sehingga mereka jatuh tumpang tindih di atas rumput. Posisi Karl di bawah dan Clara di atasnya dengan bibir mereka saling bersentuhan, tentunya tanpa sengaja. 

Keduanya melotot. Dengan cepat, Clara bangkit dari atas tubuh Karl sambil mengusap bibirnya dengan belakang tangannya dan memalingkan wajahnya menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Karl juga melakukan hal yang sama. Wajahnya juga memerah dan ia dengan cepat merapikan dirinya dan menenangkan dirinya. 

“Ada apa denganmu?” Clara menatap Karl dengan wajah yang kesal.

“No! Ada apa denganmu? Kau pergi ke pertunjukan dan membuatku malu!” ucap Karl dengan wajah marah. 

“Apa kau bilang?” Clara membelalakkan matanya. 

“Kau pergi ke pertunjukan tadi kan? Tanner Humphrey? Kau mengirimi dia bunga dan catatan not balok itu.. kau yang mengiriminya bukan?” Suara Karl lebih tinggi lagi.

Clara terkejut. Ekspresi di wajahnya memperlihatkan itu dengan jelas sejelas Karl yang berhasil menangkap ekspresi itu juga. Dan entah kenapa hatinya merasa kesal karenanya. 

“Kalau aku melakukannya, memangnya kenapa? Urusi saja urusanmu sendiri!” Clara melengos pergi. Namun dengan cepat Karl menghalangi dengan mendahului langkahnya dan berdiri di depannya. 

“Mau ke mana kau? Pembicaraan kita belum selesai!” Nada Karl terdengar sangat marah.

“Bagiku sudah selesai! Aku lelah mau tidur! Minggir!” Clara berjalan ke arah kanan tapi Karl menghalanginya. Ia berjalan ke arah yang berlawanan dengan Karl dan Karl tetap menghalanginya dan akhirnya Clara menghentikan aksinya.

“Apa maumu!” Clara menatap tajam. 

“Sudah kubilang janga mempermalukan aku! Kenapa kau selalu membuatku jengkel?” Karl membentaknya.

“Apa yang sudah kulakukan? Aku tak pernah membuatmu malu! Apa yang sudah kulakukan?” tanya Clara. Ia benar-benar penasaran dan nadanya masih sama kesalnya seperti sebelumnya. 

“Berapa laki-laki yang sudah mencicipi tubuhmu itu! Kenapa harus kau dekati teman-temanku? Apa kau tak sadar yang kau lakukan sudah membuatku kehilangan muka. Gara-gara kau aku menjadi bahan olok-olokkan! Aku dengar kau bagus di ranjang? Semua lelaki mendamba tubuhmu? Kau sadar kau wanita terkotor dan paling murahan di jagat raya ini! Kau menjijikkan!” Karl menghinanya tanpa ampun.

Plak. Satu tamparan mendarat di pipi Karl membuatnya tersentak kaget.

“Beraninya kau!” Karl membentak Clara. Ia hampir mengangkat tangannya siap membalas tamparan itu. 

“Tuan Karl Brightman! Kau tidak bisa menghina seseorang tanpa tahu siapa dirinya yang sebenarnya! Jadi, jaga bicaramu dan tutup mulutmu itu karena kau tidak tahu apa-apa tentangku!” Clara memang berkata dengan kasar tapi ada nada kesedihan juga terkandung di dalamnya. Ia berlalu. 

Namun, Karl sepertinya belum puas.

“Kau tak boleh mengganggu Tanner Humphrey!” teriak Karl dari posisinya ia berdiri. 

Clara mengindahkannya. Ia tetap berjalan menuju rumah.

“Tanner Humphrey akan menikahi temanku! Awas kalau kau mengganggunya!” teriak Karl lagi. Dia mengatakan sebuah kebohongan karena ingin tahu reaksi dari Clara dan usahanya membuahkan hasil. 

Clara tertegun. Ia membalikkan tubuhnya menatap Karl yang juga menatapnya dengan wajah yang menantang. 

“Apa kau bilang?” Clara menghampiri Karl. Mereka kini berhadapan. Ada raut sedih di wajahnya.

“Aku bilang kau tak boleh mendekati Tanner Humphrey. Dia milik temanku.” Karl berucap dengan nada mengolok. 

“Itu tidak mungkin! Tanny tak mungkin melakukan itu!” Clara menahan ludah dan terlebih menahan air matanya yang siap keluar. 

“Tanny! Ah.... Tanny rupanya panggilanmu kepadanya. Cukup bagus!” nada Karl masih mengejek. 

Lihat selengkapnya