YANG BULAN SAKSIKAN

Raden Maesaroh
Chapter #11

BAB 11PERMINTAAN

Amanda mengetuk pintu kamar Clara dan Ana membuka dengan wajah yang terihat sangat kaget. 

“Nyonya!” Ana menelan ludah. 

“Kenapa kau terlihat kaget? Aku ingin melihat menantuku. Apa dia sedang tidur?” tanya Amanda dengan suara yang pelan. Ana mengangguk dengan ragu. 

“Aku hanya akan melihatnya sebentar. Aku tak akan mengganggunya.” Amanda berbisik.

“Baik, Nyonya!” ujar Ana sambil memberi jalan kepada majikannya untuk masuk. 

Dan Amanda kaget sebab ia tidak mendapati Clara di ranjang. 

“Di mana Clara?” tanya Amanda. 

Ana menunduk lalu menatap sejenak kemudian menunjuk ke arah kloset.

“Apa maksud semua ini, Ana?” tanya Amanda. 

“Silakan, Nyonya ikut saya!” suara Ana memelan. Ia berjalan di depan Amanda menuju Kloset dan secara perlahan membuka pintu ruang itu lalu keduanya masuk. Setelah itu, mereka berjalan menuju lemari besar dan Ana membuka lemari itu dengan cara yang sama, perlahan. 

Amanda sekali lagi terlihat kaget. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia melihat Clara tertidur di lantai beralaskan kasur lipat tipis dan berselimut kain rajut berwarna hijau yang sudah cukup usang. 

Amanda melihat ke arah Ana.

“Jelaskan semuanya kepadaku!” ucap Amanda. Suaranya pelan tapi nadanya tegas. 

Ana menganggukkan kepalanya. Ia bilang bahwa Clara tidak pernah benar-benar tidur di ranjangnya. Ia hanya akan merebah beberapa saat lalu saat ia ingin benar-benar tidur, ia akan berpindah ke tempat itu. Saat dokter memeriksanya, ia memang merebah di ranjang. Namun, saat dokter selesai memeriksanya, ia meminta Ana untuk membantunya membawanya ke ruang itu lagi. Ia bilang kepada Ana bahwa ia merasa lebih aman dan nyaman ketika berada di sana.

Mata Amanda berkaca-kaca. Ia duduk di sebelah Clara yang tengah tertidur. Wajahnya pucat dan bibirnya kering. 

“Apa yang sudah kau lalui sehingga kau melakukan ini?” lirih Amanda. Tanpa sadar tangannya menggapai kepala Clara dan mengelusnya pelan-pelan. Clara membuka matanya dan menatapnya sejenak lalu ia tersenyum. 

“Ibu!” ucap Clara dengan lirih. Ia memegang tangan Amanda. 

“Uhm,” jawab Amanda sambil tersenyum.

“Kau baik-baik saja? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu.” Clara tersenyum. Amanda mengernyitkan alisnya, sepertinya Clara tidak sedang berbicara dengannya. 

“Apa maksudmu aku baik-baik saja? Tentu saja aku baik-baik saja. Tapi kau tidak, kau tidak baik.” Amanda mencoba memahami situasinya. 

“Aku tidak apa-apa. Aku hanya lelah. Ibu jangan khawatir. Aku akan hidup. Aku pasti bertahan. Aku harus bertahan. Jadi, tolong bertahan untuk masa depan kita, uhm. Hanya sebentar lagi dan semuanya akan berakhir. Aku berjanji aku akan hidup dan akan memastikan Ibu dan Joseph aman. Kita akan bersama lagi seperti dulu! Ibu jangan khawatirkan aku! Aku akan bertahan!” lirih Clara. Ia mencoba mengeratkan pegangan tangannya. 

“Clara!” lirih Amanda. 

“Ah, benar! Untuk Clara juga! Aku akan melindungi kalian semua. Tolong percayalah kepadaku dan bertahanlah untukku. Hanya sebentar lagi!” suara Clara semakin pelan. 

 “Untuk Clara!” Amanda mengernyitkan alisnya. 

Lalu Clara menggumam. 

Aku tidak bisa mendengar apa yang ingin kau ucapakan,” ucap Amanda dan ia mendekatkan telinganya.

“Aku ingin memelukmu. Aku sangat merindukanmu,” lirih Clara. Air mata mengalir dari kedua sudut matanya. 

Lihat selengkapnya