Yang tersisa hanyalah Anastacia dan ia tahu jelas dari situasi yang ia terima dari polisi yang mengumumkan situasi terbaru. Anastacia tersenyum.
"Clara, keluarlah! Sekarang hanya antara kau dan aku! Kau tahu kau tak akan bisa memenangkan pertandingan ini selama aku di sini. Samantha tak akan bisa menyentuh bendera itu." Anastacia menantang.
Clara tak merespons. Ia tengah mempersiapkan sesuatu di Hpnya.
"Ayolah kakakku sayang! Kau tahu hanya aku yang akan menjadi Miller sejati!" ucapnya dengan keras. Semua orang yang mengawasi lewat monitor bisa mendengarnya dengan jelas. Terlebih Clara.
"Benarkah? Benarkah kau seorang Miller, Anastacia? Tidakkah kau bertanya kenapa ayah tidak pernah menyayangimu sama seperti menyayangiku? Apakah kau tak curiga kenapa ayah tak pernah memberimu jabatan tertentu di perusahaan. Ayolah! Jangan bodoh! lihatlah rambutmu dan wajahmu! Kau harus berkaca. Kau tumbuh dan besar dengan nama Miller tapi kau bukan seorang Miller, adikku sayang! Apa kau tak pernah mendengar bagaimana ibumu dan seseorang yang bernama Drake West menghangatkan malam-malam mereka untuk menciptakanmu, hmmm!" Clara tertawa kecil dan jelas ia melakukan itu untuk memancing kemarahan adiknya itu.
Semuanya kaget mendengar pernyataan Clara.
"Ini gila!" ucap Ian.
"Perempuan itu berbahaya!" ujar Brad mengomentari Clara yang berbicara dengan nada melecehkan.
"Ia tahu benar bagaimana cara menyulut kemarahan orang lain!" ujar Karl.
"Pengalamanmu, Karl!" sindir Ian sambil tersenyum tipis.
"Bukankah kau juga?" ucap Karl.
"Tidak! Dia selalu membuatku tertawa." Ian menatap Karl sambil tersenyum.
"Berhenti berdebat!" ucap Justice dan itu membuat keduanya diam.
Usaha Clara berhasil. Anastacia tampak sangat marah. Semua bisa melihat dari monitor.
"Kau tak perlu repot-repot menyulut amarahku. Aku tak akan terpancing dengan kata-kata manipulatifmu," ucap Anastacia dengan suara yang keras.
"Manipulatif?" nada Clara terdengar heran. Ia tertawa kecil.
"Kau selalu menginginkan bukti, bukan? Akan kuberikan!" ucap Clara dan ia mengambil Hpnya lalu mengotak-atik sejenak HPnya dan tetiba semua monitor di medan dan di tenda mati berganti dengan musik klasik dengan melodi yang cukup sedih. Semuanya masih dalam rasa terkejutnya ketika monitor kembali hidup dan menayangkan sebuah adegan percakapan antara ibu Anastacia dan seorang lelaki yang bertengkar hebat tentang sesuatu dalam bahasa Rusia.
"Enjoy, Anastacia!" Clara tersenyum.
Sementara semua menyaksikan video yang jelas tengah memperdebatkan Anastacia sebagai anak mereka dan rencana mereka untuk mengambil alih harta Sergei Miller dengan menggunakan Anastacia sebagai umpannya, Clara menggunakan kesempatan itu untuk bersiap menyerang.
"Brengsek kau, Clara! Akan kubunuh kau!" Anastacia kini benar-benar murka.
"Perempuan gila! Kau jalang!" teriak Anastacia sambil dengan cepat mengacungkan senapannya ke langit.
Clara tersenyum dan setelah penayangan video itu selesai, monitor menunjukkan kembali keadaan mereka. Kali ini Clara benar-benar terekam jelas dan dia tengah berada di depan kamera utama, menyalakan rokok yang menempel di bibirnya sambil tersenyum.
"Clara merokok?" Brad terlihat kaget.
"Sekarang kita bisa lihat siapa perempuan ini sebenarnya!" ucap Karl terlihat bahagia seolah ia telah berhasil mengungkap sebuah rahasia besar, padahal dia tidak tahu apa-apa.
"Anastacia, aku di sini!" ucap Clara sambil melambaikan tangannya pada kamera dan asap rokok yang ia hisap semakin lama semakin menebal.
Anastacia yang sudah diliputi amarah, berlari menuju kamera utama dan semakin lama asap rokok itu semakin menebal dan membumbung tinggi dan menutupi kamera.
"Dia tidak merokok! Dia berusaha menutupi kamera!" ucap Justice.
"Little Sergei! Apa yang ingin kau lakukan?" gumam Justice. Wajahnya terlihat serius.
"Bawakan ponselku!" ujar Justice kepada salah satu pelayannya.
"Cepat!" teriak Justice
"Or we gonna miss the blessed event!" tambah Justice.
Ketiga anaknya dan Amanda terlihat bingung. Ayahnya seperti sedang berada di dimensi lain.
Ayahnya mengotak-atik ponselnya itu. Ia lalu menghubungkannya dengan monitor di tenda mereka. Tak lama setelah mengotak-atik ponselnya lagi, ia berhasil menangkap gambar di medan perang. Mereka dengan jelas bisa melihat bagaimana Clara meluncur menggunakan seutas tali dari satu pohon ke pohon lainnya mendekati benteng lawan. Di sana ia menuruni pohon itu dan melepas kedua anting-antingnya beberapa ratus meter dari tenda Norman Brightman. Ia tersenyum dan bersiul pelan dan tak lama Bando datang membawa sesuatu di mulutnya.
"Good girl! My baby girl!" ucap Clara sambil menciumi anjing itu.
"Let's go!" ujar Clara. Ia berlari kembali pada posisinya. Dan dengan menggendong Bando di punggungnya menggunakan pengaman yang kuat. Ia kembali mengaitkan tali glidingnya dan kemudian menggunakan alat pengontrol di ponselnya mengarahkan kembali pada posisi kamera utama.
"Dia gila! Dia menanam alat pelacak atau apa di sana?" Ian memicingkan matanya.
"Bukan! Itu alat peledak buatan!" ujar Brad yang sejak tadi merinding melihat aksi perempuan itu.
"Dia akan menjadi aset yang berharga di tangan orang yang tepat!" ucap Brad. Jiwa staf pertahanannya muncul.
"Itu curang, kan!" ujar Karl.
"Tidak, itu tidak akan meledak dan melukai banyak orang. Itu hanya akan menimbulkan suara keras." Justice menjelaskan.
"Halo, adikku sayang!" ujar Clara sambil melambaikan tangannya. Ia tengah duduk di atas sebuah batu tak jauh dari kamera utama. Anastacia yang baru saja datang masih terengah-engah. Ia pasti berpikir bahwa Clara sudah lama menunggunya di sana. Hanya Justice dan keluarganya yang tahu bahwa ia juga baru datang dan dengan cepat mengatur napasnya dan posisi dirinya agar terlihat bahwa ia sudah lama berada di sana.
"Kau tak akan pernah menang dariku dalam pertarungan jarak dekat. Kau tahu itu! Sejak kecil aku sudah mengalahkanmu!" nada Anastacia mengejek.
"Wow! Miller for a Miller! This is gonna be fun!" Nolland tersenyum.
Sekarang monitor mereka kembali bisa mempertontonkan adegan di medan pertempuran.
"Benar! Kalau yang kau lawan adalah Clara!" ucap Clara.
"Hah! Dia bilang apa?" ujar Ian. Tak mengerti ucapan Clara yang mencampur bahasa Jepang, Korea, dan Prancis dalam sebuah kalimatnya.
Justice tertawa lebar.
"Dia benar-benar anak Sergei!" ujar Justice sambil bertepuk tangan puas.
"Majulah!" ucap Clara. Ia sudah bersiap untuk menahan serangan.
Anastacia tertawa keras.
"Kau lucu sekali!" Anastacia dan dengan cepat ia melancarkan serangan tangannya.
Clara menangkisnya berkali-kali dan seolah tengah kesurupan Anastacia membabi buta tapi Clara selalu berhasil menahannya sampai pada suatu saat, Clara melumpuhkan kakinya dengan cara menotok pada bagian urat di bawah lututnya dan menekan urat di belakang lehernya sambil mendorongnya pelan.
Brug!
Anastacia jatuh tersungkur ke tanah. Ia berusaha berdiri tetapi tak bisa.
"Jangan banyak bergerak! Atau kau akan lumpuh selamanya!" ucap Clara dengan santai. Ia menghela napas panjang seolah pertarungan telah selesai.
"Perempuan gila!" ujar Nolland dan Karl pada waktu bersamaan tetapi beda tempat.
"Kami menang!' ucap Clara sambil melihat kamera utama lalu menatap kamera Norman.
"Bendera masih menancap. Siapa bilang kau menang?" Norman bicara dengan nada kesal.
"Benarkah?" ucap Clara dengan suara yang menantang.