Karl menyelinap masuk ke dalam kamar Clara. Ia menunggu perempuan itu kembali, duduk di sebuah kursi di pojok dalam keadaan gelap. Setelah hampir satu jam menunggu, usahanya membuahkan hasil. Clara memasuki kamarnya dan langsung menuju kamar mandi. Ia cukup lama berada di sana. Suara gemericik air yang terdengar dari dalamnya menandakan bahwa ia tengah membersihkan dirinya.
Itu benar. Ia keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar dengan pakaian tidur berwarna hijau tenang berupa gaun panjang yang menggapai tumitnya tetapi tanpa lengan. Rambutnya ia urai dan bau sabun menyeruak saat ia berjalan menuju ranjang. Ia menyalakan lampu dan tersentak kaget.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Clara masih dalam kekagetannya.
"Menunggumu, tentu saja," jawab Karl dengan santai. Ia beranjak dari kursinya mendekati Clara.
"Apa yang kau mau?" tanya Clara sambil mundur menjauhi Karl.
"Kau!" jawab Karl masih dengan tenang.
"Apa kau bilang?" Clara menelan ludah.
"Aku mau kau. Malam ini! di sini!" ujar Karl mengulangi perkataan dengan nada yang sama. Ia menatap Clara dalam dan itu membuat Clara cukup takut.
"Kau gila! Pergi dari sini!" usir Clara sambil menunjuk ke arah pintu.
"Tidak, sampai kudapatkan yang kumau," ucap Karl lagi dengan dingin.
"Kau mabuk?" tanya Clara. Ia mencium aroma alkohol saat Karl semakin dekat dengannya.
"Aku minum, tapi aku tidak mabuk," ujar Karl sambil semakin mendekat.
"Pergi dari sini!" usir Clara. Nada suarannya meninggi.
"Kenapa kau harus jual mahal pada suamimu sendiri? Tanggalkan bajumu sekarang! Atau aku yang akan melakukannya," ujar Karl sambil mulai melucuti pakaiannya sendiri.
"Kau sudah gila! pergi!" Clara tidak punya lagi cara menghindar kecuali menaiki ranjang dan berlari keluar. Tapi, ia kalah cepat dengan Karl yang dengan tangkas menarik pakaiannya dan membuat pakaiannya sobek sebagian.
"No!! Hentikan! Brengsek kau!" teriak Clara sambil berlari menjauh.
Satu jam setengah mereka bergumul. Kamar benar-benar berantakan. Mereka benar-benar berkelahi sama seperti mereka tengah melakukan pertandingan keluarga.
Karl menangkap tubuh Clara dari belakang, menarik pakaian tidur istrinya itu begitu kuatnya hingga terkoyak lebar dan menanggalkannya. Sebelum Clara sempat bereaksi, Karl sudah mendorongnya ke atas tempat tidur yang sudah berantakan bekas pergumulan sebelumnya, membuatnya tersungkur dan membalikkannya sehinga posisi Clara menjadi telentang di depannya.
Clara bisa melihat dengan jelas bagaimana Karl menelanjangi dirinya dan pada saat itu ia masih berusaha dengan sekuat tenaga menendangnya, tapi kakinya malah dengan mudah ditangkap Karl dan didekapnya.
Karl tak ragu menindihnya dan melucuti bagian dalam pakaian istrinya itu hingga Clara benar-benar telanjang. Clara mencoba melawannya lagi dengan mendorong tubuh suaminya sekuat tenaga, tapi Karl begitu erat mendekapnya, menciuminya dengan liar dan penuh berahi.
"Kau memaksaku, Karl! Apa kau sadar kau melakukan itu kepadaku? Di mana harga dirimu?" Clara berkata dengan tersengal di tengah-tengah perlawanannya.
"Aku tidak sedang memaksamu. Aku sedang memberikan pelajaran kepadamu. Kau sudah membiarkan harga diriku dinjak rekan-rekan kerjaku, apa kau tak sadar itu, hah!" Karl membentak Clara.
"Apa yang sudah kulakukan? Aku minta maaf, Karl, tolong! Jangan lakukan ini!" suara Clara memelas.
"Sekarang kau memohon kepadaku sementara kau biarkan bibirmu disentuh Tanner Humphrey! Kau benar-benar tidak tahu malu!" Karl marah besar.
"Apa kau bilang!" Clara tersentak kaget.
"Aku melihat yang kalian lakukan malam itu! Kau benar-benar menghinaku!" Tatapan mata Karl tajam. Ia menghentikan kegiatannya sebentar hanya untuk memastikan reaksi wajah Clara saat ia tahu yang dilakukan perempuan itu dengan Tanner.
"Aku minta maaf! Aku tak akan melakukannya lagi. Kumohon Karl! Jangan lakukan ini! Karl, pleaseee!" nada Clara memohon.
"Aku sudah muak dengan kebohonganmu! Kau sadar semua temanku menertawakanku. Mereka bisa menikmati tubuhmu, kenapa aku tidak?" Karl mulai menciumi leher Clara lagi.
"Itu tidak benar! Aku belum pernah melakukannya. Karl! Tolong percaya padaku! Aku tak pernah melakukannya dengan siapa pun! Kumohon! Kau mencintai Sophia. Dia akan sangat kecewa kalau kau melakukan ini!" Clara masih melakukan perlawanan.
"Karl, pleaseee!" Clara mulai menangis.
Karl mengindahkan yang dikatakan oleh Clara. Ia terus melakukan kegiatannya, berfokus pada leher Clara dan memberikannya begitu banyak jejak.
"Kumohon! Aku takut! Aku belum pernah melakukannya. Bukan ini yang kubayangkan saat aku melakukannya untuk pertama kali. Jangan ambil itu dariku! Kumohon Karl!" jerit Clara.
Karl menghentikan kegiatannya. Ia tersenyum. Ia sama sekali tidak kesetanan dan itu bisa dilihat dari cara dia mengontrol dirinya. Ia berbisik di telinga Clara.
"Kalau kau memang belum pernah melakukannya, aku akan memperlakukanmu dengan baik dan hati-hati. Kau tak akan menyesalinya. Jadi, berhenti melawanku. Simpan tenagamu karena malam kita masih panjang," ejeknya.